Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
PENJUAL REMPEYEK YANG DIHINAKAN SAUDARA TIRINYA ITU DINIKAHI SULTAN
#MENIKAH DENGAN SULTAN
“Nay! rempeyek kacang apaan kayak gini? Aku ‘kan bilang mau pakai kacang tanah, bukan kacang hijau!” pekik Natasya. Dia membanting bungkusan rempeyek yang sudah Rinai siapkan untuknya. Natasya berniat membawanya ke rumah calon mertuanya dan mengatakan jika itu adalah rempeyek buatannya.
“Maaf, Sya! Bahan-bahannya habis kemarin. Aku uangnya kurang, Sya! Uang yang kamu kasih, sudah aku pakai buat berobat ibu. Ibu lagi sakit,” getar suara Rinai sambil membungkuk hendak memungut plastik yang dilempar kakak tirinya itu. Namun kaki Natasya membuat pergerakannya terhenti. Dia menginjak-injak plastik rempeyek itu hingga hancur.
“Ck! Wanita pelakor sudah pantas sakit-sakitan! Itu Karma, tahu?! Perempuan itu sudah menyakiti momyku!” Natasya mencebik sambil menatap wajah Rinai. Sementara itu, kakinya kembali menginjak plastik berisi rempeyek itu hingga remuk.
“Sudah cukup, Sya! Kamu bisa merendahkanku semuamu, tapi aku tak terima kalau kamu merendahkan ibuku!” Rinai menatap Tasya dengan mata menyala. Ada amarah dan kebencian terpancar di sana.
“Faktanya, wanita yang kau sebut itu memang pantas direndahkan! Mau-maunya menikahi pria beristri, pasti hanya mengincar kekayaan papiku saja ‘kan?” ucapnya sambil tersenyum miring. Dia menatap wajah Rinai yang tampak memerah menahan kekesalan.
Plak!
Satu tamparan mendarat pada pipi Tasya yang merah karena blush on. Rinai berdiri, giginya gemelutuk menahan kesal. Dia bisa jadi lembut dan penurut, akan tetapi ketika wanita yang dicintainya direndahkan! Dia akan menjadi singa yang siap menerkam.
“Kamu berani sama aku, Nay?” Gadis berusia 23 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan S1nya itu menatap tak percaya! Setahunya anak dari istri kedua papanya itu selalu menurut dan tak pernah melawan! Namun apa, ini? Sebuah tamparan membekas panas pada pipinya.
“Aku tak pernah tahu tentang masa lalu orang tua kita yang rumit. Yang aku tahu sekarang, aku hanya memiliki Ibu, perempuan yang aku sangat cintai. Jika kamu merendahkan ibuku, maka aku tak segan-segan memangkas lidah tak bertulang itu!” pekik Rinai lantang.
Kedua bola mata Tasya mengerjap tak percaya. Gadis yang pernah tinggal di rumahnya dan sering sekali dijadikan kacungnya itu kini berani melawan. Bukan hanya itu, dia berani menampar wajah cantiknya yang sudah dipoles karena akan kencan dengan Rendi---lelaki yang sedang didekatinya habis-habisan.
Hari itu, dia meminta Rendi menjemput ke rumahnya. Karena hari itu, Rendi sudah setuju mendeklarasikan hubungan mereka berdua di depan orang tuanya. Karenya Tasya susah payah sedang memanipulasi keadaan. Membuat seolah dirinya itu sempurna dan tidak bisa diragukan.
“Berani juga ya, kamu?!” Tasya mengulangkan tangan hendak menampar wajah Rinai. Namun tiba-tiba tangan kekar menangkap pergelangan tangannya lalu menepisnya.Tampak satu orang lelaki dengan caping dari kain dan handuk melingkar pada lehernya menepis lengan itu. Dia berdiri tidak jauh dari tempat Rinai dan Tasya beradu mulut.
“Tolong, jangan berbuat kekerasan di sini! Mbak sebaiknya pulang sebelum saya mau membunuh orang!” suara baritonnya penuh penekanan.
“Lepas!” Tasya menepis lengan kekar yang tampak kumal itu dengan jijik. Dia menatap lelaki berpostur tubuh tinggi tegap itu dengan merendahkan.
“Memang kalian berdua itu cocok! Yang satu miskin, yang satu rendahan!” ucap Tasya dengan mulut nyinyirnya.
“Mbak, tolong tinggalkan tempat ini sebelum kesabaran saya habis!” suara bariton itu terdengar tajam. Wajah yang sebagian tertutup caping itu tidak begitu jelas, akan tetapi getaran suaranya begitu tegas.