SI PEMBUNUH TANPA MELIHAT

SI PEMBUNUH TANPA MELIHAT

Penulis_senja

5.0
Komentar
2.3K
Penayangan
42
Bab

Di tinggalkan oleh sang ibu, diasuh oleh mantan mafia juga dididik keras oleh mafia terkenal membuat hidupnya dingin juga penuh darah karena kasih sayang yang tak pernah dia dapatkan. Selama bertahun-tahun hidup penuh rintangan dan dosa, pertemuannya dengan gadis bernama Gaylen membuat hidupnya berubah. Apakah pria buta itu menemukan kebahagiaan selanjutnya? Dan Rahasia apa yang terjadi antara mereka

Bab 1 TIDAK WARAS

Darah berserakan dimana-mana, mayat juga tergeletak tak berdaya, pria yang membawa tongkat panjang ditangannya berjalan dengan santai sambil berjalan kearah orang yang sedang berlari menghindari langkahnya.

Ruangan ini terkunci rapat, bahkan mereka yang menguncinya dan lihat sekarang siapa yang terjebak oleh siapa. Pria yang memakai kacamatanya hitam itu terus mengikuti kemanapun pria yang berlari menghindari hingga dia jatuh.

Saat itu pula pria yang membawa tongkat mendekat membuat orang itu menggeleng dengan air keringat mengucurkan deras. "Tidak! Tidak! Ampuni aku Tuan, aku mohon biarkan aku hidup."

Mendengar hal itu, pria yang memakai kacamata tertawa kencang, membuat pria yang ketakutan menatapnya aneh. "Ke-kenapa anda tertawa?"

"Satunya yang lucu disini adalah dirimu, karena kau lemah pada orang buta sepertiku," ucap pria itu yang tak lama membuang kacamata hitamnya, dan terlihat iris putih yang membuat pria terakhir itu syok.

Jadi yang selama ini terjadi, dia membunuh tanpa melihat, dan tentu saja hal itu membuat orang terakhir itu malu juga ketakutan.

"Jadi karena kau sudah tau, mata tidak ada alasanmu untuk hidup, maka matilah dengan jika bisa," ucap pria buta itu yang setelahnya mengkat tinggi-tinggi kayu tersebut dan menghantam tepat diarea kepala, darah menyembur kewajah jiga bajunya karena saking kerasnya hantaman itu yang mungkin membuat keretakan sedikit pada tengkorak dan rusaknya otak bagian belakang.

Merasakan tak ada langkah lagi, pria itu terdiam sebentar. Padahal dia baru saja membunuh tapi dia tetap tenang seperti tak terjadi apa-apa, karena tak merasa gerakan dia pun pergi dari sana sambil mengeluarkan tingkat lipatnya dari celana.

Dia menerawang disetiap sudut berusaha mencari celah untuk keluar selain pintu, kadang orang buta dari lahir memiliki penglihatan sendiri bisa merasa dari hembusan angin, aroma juga pendengaran.

Dia pun keluar dari jendela yang lumayan kecil, dan itu tertutup oleh kayu. Dia tidak takut jatuh apalagi ini lantai dua, selah berhasil keluar lalu meloncat dari ketinggian itu, dia menabrak batu beberapa kali tapi setelah dia berusaha biasa saja padahal tubuhnya sakit.

Secepat mungkin dia harus mencari baju ganti atau dia akan dicurigai. Inilah takdir yang dia ikuti, menjadi pembunuh bayaran dari golongan mafia terkenal, yang punya musuh banyak di dunia gelap, dan mereka selalu diincar oleh para polisi karena kriminal mereka.

Dan pria bernama Dion itu tak takut, jika ketahuan. Lagipula mana ada yang percaya kalau seorang tunanetra bisa membunuh, hanya orang bodoh yang percaya hal itu, melihat saja tidak bisa apalagi melakukan hal terlarang, uang bermiliar-miliar tapi pekerjaan berbahaya, enak? Tentu saja tidak!

Karena nyatanya dia hanya bertahan hidup dari kemampuannya.

***

25 tahun yang lalu

Hujan lebat membuat seisi basah juga banjir karena, ditengah-tengah itu apalagi malam gelap seperti ini seorang wanita sedang menggendong sesuatu diperlukan, sembaei berlari cepat dia juga melihat sekeliling takut ada orang yang melihat.

Dalam keadaan basah kuyup dia mencoba melindungi yang ada di pelukannya ini agar tetap hangat juga basah, hingga tiba dia sebuah rumah yang sederhana, kecil juga kumuh.

Rumah itu terletak digang sempit, sambil melihat yang ada di pelukannya, dia pun memencet bel pintu.

Air matanya menetes menayuti dengan air hujan. "Maafkan ibu, nak. Tapi ibu tidak bisa merawatmu, apalagi kamu buta. Kamu tidak salah, sayang! Ini salah ibu, saat kamu besar ibu akan kembali untuk menjemputmu, bersabarlah nak!"

Dalam hujan deras itu, dia meletakan anak laki-laki di teras, wanita itu pun pergi meninggalkan anak sambil menangis, suara tangisan bayi terdengar ketika dekapan ibunya tak ada lagi bersamanya, hingga terbukalah pintu.

Terlihat pria yang acak-acakan, melihat kebawah dan terkejut dengan bayi yang ada di terasnya. "Hei, siapa yang meletakan bayinya disini?"

Dengan kondisi mabuk, dia mengambil anak itu lalu mencoba menenangkannya. Dia memang orang yang tidak benar, tapi mana mungkin dia tega pada anak yang tak berdosa.

Cukup lama hingga akhirnya bayi itu tenang, terlihat matanya yang terbuka perlahan. Alangkah terkejutnya dia melihat matanya yang seperti tanpa iris, padahal ada namun tak berwarna.

"Kau! Buta?" tanyanya, tak lama dia pun lebih teliti pada wajah anak itu. "Seperti aku kenal wajar yang mirip dengan dirimu, apa ibumu meninggalkanmu disini? Jahat sekali dia."

Pria yang bernama Hunter itu masuk kedalam dengan membawa anak itu, mana mungkin dia membiarkannya diluar, mungkin besok dia akan membawanya ke panti asuhan untuk diurus.

Keesokan harinya dia yang baru bangun terkejut dengan anak yang menangis tepat diatas meja, bukan apa-apa dia lupa kalau kemarin ada yang meninggal anak ini di rumah.

"Astaga, sudah lama aku sendiri, dan sekarang ada bayi di rumah."

Tak lama sebuah ketukan pintu membuat dia menoleh, sambil menggendong anak itu dia pun berjalan ke luar lalu membukanya, terlihat beberapa orang dengan pria berjas di depannya.

"Alger?"

"Hahaha? Kau bangkrut dan nasibmu jelek sekali kawan?!" ucap pria itu, dia adalah teman Hunter di dunia gelap, ya pria yang menggendong bayi itu dulunya mafia, dia berhenti karena muak dan memilih untuk bersenang-senang lalu kerja serabutan ketika uangnya habis.

"Sialan kau," ucap Hunter yang sebal, sudah 2 tahun terakhir mereka bertemu, tentu saja Alger yang namanya sudah menjadi berita utama sebagai penjahat internasional, heran dengan keadaan teman senasibnya, menjadi seperti ini.

Dulu mereka bersaing, walau berteman perlombaan tak ada habisnya bagi kedua dan sangat disayangkan bagi Alger melihat nasib Hunter yang seperti sekarang.

"Ngomong-ngomong kau punya istri dan anak sekarang?" tanya Alger yang sudah mulai pusing dengan tangis anak yang ada didekapan Hunter.

"Bukan, dia bukan anakku. Ada seseorang yang menaruhnya didepan rumah, aku juga tak tau siapa, nanti siang aku akan bawa dia ke panti asuhan."

"Hah?" tanya Alger dia pun melihat bayi itu, tak lama terlihat matanya yang tak memiliki warna pada iris matanya. "Di-dia Buta?"

"Iya," balas Hunter santai.

"Kenapa kau tidak merawatnya saja?" tanya Alger yang membuat Hunter heran.

"Apa kau gila? Hidupku saja susah sekarang apalagi kalau bersama bayi ini?" tanyanya yang mulai sebal.

Alger kembali melihat anak itu. "Aku akan memberimu yang setiap bulannya, kalau kau mau menjaga anak ini."

"Kau sudah kebanyakan uang ya? Untuk apa kau mau memberikan makan anak yang bukan anakmu sendiri, apalagi dia buta?" tanya Hunter yang merasa semakin heran.

"Entah kenapa aku yakin dia sangat berguna untukku nanti."

"Aku rasa kau memang sudah gila," ucap Hunter sambil menghembuskan nafas kasar.

"Deal?" tanya Alger.

"Kau memang gila."

"Buat dia menghormatiku, karena aku yang membuat dia hidup, kau paham."

"Kenapa tidak kau saja yang merawatnya sialan?" tanya Hunter yang heran.

"Aku tidak ada bakat menjadi seorang ayah."

"Lalu aku ada?"

"Sedikit, hahaha," balasnya dengan tawa keras, yang membuat Hunter jengah. Padahal Alger cukup ditakuti oleh siapapun yang mengenalnya, tapi Hunter dia sama sekali tak gentar, kalau pun dia mati di tangan orang aneh dia, dia tak takut sama sekali karena Alger, dia orang yang sama sekali tak waras.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Penulis_senja

Selebihnya

Buku serupa

Dari Istri Tercampakkan Menjadi Pewaris Berkuasa

Dari Istri Tercampakkan Menjadi Pewaris Berkuasa

Gavin
5.0

Pernikahanku hancur di sebuah acara amal yang kuorganisir sendiri. Satu saat, aku adalah istri yang sedang hamil dan bahagia dari seorang maestro teknologi, Bima Nugraha; saat berikutnya, layar ponsel seorang reporter mengumumkan kepada dunia bahwa dia dan kekasih masa kecilnya, Rania, sedang menantikan seorang anak. Di seberang ruangan, aku melihat mereka bersama, tangan Bima bertengger di perut Rania. Ini bukan sekadar perselingkuhan; ini adalah deklarasi publik yang menghapus keberadaanku dan bayi kami yang belum lahir. Untuk melindungi IPO perusahaannya yang bernilai triliunan rupiah, Bima, ibunya, dan bahkan orang tua angkatku sendiri bersekongkol melawanku. Mereka memindahkan Rania ke rumah kami, ke tempat tidurku, memperlakukannya seperti ratu sementara aku menjadi tahanan. Mereka menggambarkanku sebagai wanita labil, ancaman bagi citra keluarga. Mereka menuduhku berselingkuh dan mengklaim anakku bukanlah darah dagingnya. Perintah terakhir adalah hal yang tak terbayangkan: gugurkan kandunganku. Mereka mengunciku di sebuah kamar dan menjadwalkan prosedurnya, berjanji akan menyeretku ke sana jika aku menolak. Tapi mereka membuat kesalahan. Mereka mengembalikan ponselku agar aku diam. Pura-pura menyerah, aku membuat satu panggilan terakhir yang putus asa ke nomor yang telah kusimpan tersembunyi selama bertahun-tahun—nomor milik ayah kandungku, Antony Suryoatmodjo, kepala keluarga yang begitu berkuasa, hingga mereka bisa membakar dunia suamiku sampai hangus.

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku