Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS

GADIS AMNESIA MILIK SANG PEWARIS

Penulis_senja

5.0
Komentar
1.8K
Penayangan
29
Bab

Safira pernah kecelakaan beberapa tahun yang lalu, membuat kehilangan ingatan dan sakit kepala bila mengingat sesuatu, mau tak mau harus ke kota demi membantu ibunya di desa. Namun saat baru sampai dia malah kecopetan, membuat seluruh barang-barangnya raib, hingga dia bertemu dengan seorang pria bernama Dexter Jackson, dia amat baik padanya sehingga membuat Safira bertanya-tanya, pria yang biasa ia panggil dengan sebutan "Mas." itu berkata, bahwa mereka teman lama. tapi kenapa ia merasa hubungan mereka lebih dari itu, apa yang terjadi sebenarnya?

Bab 1 RASANYA INGIN PECAH

"Kamu yakin mau Ke kota?" tanya seorang wanita paruh baya, yang membuat wanita yang berumur 24 tahun itu tersenyum sambil merapihkan pakaiannya ke dalam tas.

"Yakin lah Bu, masa enggak? Ini aku lagi ngapain keliatannya!?" balas anaknya, yang baru saja menutup tas hitam itu.

"Tapi ibu masih takut gitu loh, kamu kan baru aja sembuh."

"Bu! Itu udah bertahun-tahun lalu, emang ibu mau aku sakit terus?" tanya wanita yang bernama Safira itu, ia tau ibunya sangat menyayangi karena dia anak satu-satunya, namun ekonomi membuat dia harus melakukan ini.

Karena ayahnya yang sudah meninggal mengharuskan wanita paruh baya itu bekerja lebih keras untuk menghidupi dia juga, dan ia sama sekali tak ingin merepotkannya.

Mendengar kabar bahwa temannya memiliki lowongan pekerjaan di kota, membuat Safira memutuskan untuk ikut menyusul temannya tersebut untuk menyambung hidup.

Kecelakaan yang membuat hilang ingatan sebagian, membuat dia sering sakit kepala jika berpikir terlalu keras membuat ibunya itu masih saja khawatir.

"Enggak sih, Fira! Tapi ibu takut."

Tangan yang mulai mengkriput itu Safira pegang, guna meyakinkan orang yang sudah berjuang seorang diri demi menghidupinya. "Bu! Percaya sama aku! Aku janji kalau aku punya uang banyak, aku bakalan bawa ibu jalan-jalan!"

Mata wanita paruh baya itu berkaca-kaca sambil menggenggam erat tangan anak gadisnya. "Ibu gak minta apa-apa, ibu mau kamu pulang dengan keadaan sehat!"

Safira yang melihat itu hanya mengangguk. "Ibu sering aja bawa hpnya! Nanti aku telepon kok kalau ada waktu."

"Kamu janji ya sama ibu!"

Wanita itu hanya mengangguk sambil tersenyum, dia pun memeluk tubuh kecil ibunya, sambil sesekali mengecup kepalanya seperti yang ibunya lakukan waktu kecil dulu.

.

.

Safira menoleh ke sana kemari mencari wanita seumuran dengannya guna menjemput. Dengan membawa sisa uang 100 rb lagi Safira yakin hal itu tak cukup makan sampai 3 hari kedepan, apalagi mahalnya harga di Jakarta membuat gadis itu memutar otak agar tidak boros.

Sekarang dia masih ada di terminal bus, banyaknya orang yang ke sana kemari membuat Safira agak pusing. Bahkan di hp kecilnya itu telepon yang ia hubungkan untuk temannya tersebut tak kunjung diangkat.

"Kemana sih tuh orang?"

Cukup lama ia menunggu, batang hidung temannya itu tak kunjung terlihat membuat Safira menggaruk kepalanya tak gatal, ia berharap ini bukan tipuan, tapi mengingat mereka sekampung ia masih yakin kalau sebentar lagi temannya tersebut datang.

Saat sedang terdiam, tiba-tiba tasnya juga hp jadulnya dibawa membuat Safira kaget dan sontak berteriak. "Copet! Copet!"

Safira berusaha mengejar bersama beberapa orang yang ikut membantu, namun sialnya di tengah perjalanan, pria copet itu menaiki sepeda motor milik temannya yang membuat nasib sial benar-benar berpihak pada Safira.

"Tasku!" ucapnya yang seperti menangis, niat hati ingin mencari uang, malah ia kehilangan uang juga ponselnya bahkan baju dan yang lain.

"Sabar ya mbak! Di sini emang rawan copet, ada beberapa yang kekejar, tapi ya kayak gitu ada juga yang enggak, maaf ya mbak gak bisa bantu!"

"Iya maaf ya!" ucap yang lainnya, membuat Safira mengangguk pasrah.

"Iya gak apa-apa, bapak-bapak, makasih juga udah bantu tadi," ucap Safira yang tak tau lagi harus apa, setelah mereka pergi wanita itu hanya menyenderkan diri di tembok, mengingat nasib apes yang ia rasakan saat ini.

Sekarang ia tak dapat lagi menelpon ibunya dan uangnya makanannya sudah tidak ada, sekarang ia harus bagaimana?

Ya Allah! Kenapa cobaan engkau berat sekali? tanya Safira di dalam hati.

Karena tak tau harus apa, wanita itu berjalan lesu sambil menyusuri jalan yang ada, berharap ada lowongan kerja yang menerima gadis malang yang sedang apes ini.

Sambil berjalan pelan, matanya menatap penuh lapar pada jejeran masakan pada yang terlihat di dinding etalase dagangan, yang membuat dirinya menjadi sangat lapar, tapi ia tak punya uang.

Saat sedang meratapi nasib, Safira di buat kaget dengan sesosok pria berjas hitam rapih berdiri tepat di sampingnya, sambil memandang etalase makanan. "Lapar?"

Safira terdiam sebentar memandang mahluk ciptaan tuhan yang amat indah, jika di gambarkan mirip seperti taburan bintang di kegelapan malam, indah namun dingin.

Wanita itu menggeleng. "Enggak kok, saya gak punya uang mas!"

Wajahnya yang mulus nyaris tanpa noda itu memancarkan kebingungan. "Mas?"

Safira kembali terdiam, apa dia terlalu tua memanggilnya? Atau lebih muda lagi? "Maaf saya gak tau umur mas berapa, jadi saya panggil gitu?"

"Kamu gak ingat aku?" tanya pria itu yang membuat Safira terdiam, jika ia mengingat-ingat sekarang maka sakit kepalanya yang sudah lama tak kambuh akan muncul kembali, apalagi obatnya raib juga bersama barang-barang lainnya.

"Maaf mas siapa ya?" tanya Safira yang berkata jujur, ia sangat memohon pada pria datar ini untuk tidak memaksanya mengingat.

Tiba-tiba suara gemuruh perut terdengar, Safira memegang perutnya sambil menyerinyit kearah samping, dia amat malu di saat seperti ini, apalagi orang di depannya sangat tampan.

"Masuk kedalam, kita bicarakan setelah kamu makan!" ujar pria itu yang masuk terlebih dahulu, sebelum Safira menjawab.

Jika di suruh bayar masing-masing dia harus apa?

"Safira!" panggil pria itu dengan suara bassnya, membuat Safira bingung sekaligus bergegas masuk.

.

Di dalam Safira memesan banyak makanan, yang sekiranya muat, apalagi mendengar pria itu akan membayar semuanya.

Saat sedang makan dengan tangan yang kotor, dia menatap pria di depannya dengan bingung, namun sebaliknya pria itu hanya menatapnya datar. Tentu saja Safira yang diperhatikan, menghentikan aktifitas sebentar, karena tak enak hati.

"Masnya gak makan?" tanya wanita itu dengan gugup.

"Kamu makan saja, aku baru saja makan tadi."

Wanita yang memiliki tampang tidak terlalu cantik, namun memiliki kulit mulus kuning Langsat yang cerah terkadang menjadi daya tarik para pria. Walau seperti ini, tak jarang para pejabat desa meminangnya guna dijadikan istri kedua atau lain semacamnya.

Mengingat itu semua, nyeri kepalanya kembali terasa. "Maaf sebelumnya, saya gak tau masnya siapa tapi saya bener-bener gak bisa inget saat ini."

"Kenapa?"

"Saya pernah kecelakaan beberapa tahun silam, benturan keras itu membuat saya kehilangan hampir semua ingatan saya, dan ketika berusaha mengingat, kepala saya akan terasa sakit, jadi maaf sekali ya mas, tapi nanti saya kan mau kerja, saya akan ganti semuanya, saya janji kok!"

Terlihat tangan pria itu mengepal kuat, namun tatapan masih sama, membuat Safira merasa ada yang salah dalam kalimatnya. Tak lama pria itu mengangguk paham, walau tangannya saat ini di turunkan agar tidak membuat perhatian.

"Dexter! Dexter Jackson!" balas pria itu, yang membuat, Safira terdiam.

Suara nyaring yang biasanya terdengar bila dia mengingat sesuatu, kembali terdengar, membuat dia menutup kupingnya dengan wajah meringis. Beberapa Bayangan kabur terlihat membuat kepalanya serasa ingin pecah.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Penulis_senja

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku