Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Sang Pemuas
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Pagi hari.
Tok tok tok ....
Suara ketukan pintu dari luar kamar. Itu terdengar begitu berisik hingga membuat Ziana kesal.
"Ian..." Panggil seorang wanita di balik pintu yang tidak lain adalah kakak kandung Ziana yaitu shiren.
"mendengarkan tidak ada respon dari dalam. shiren kembali mengetuk pintu sambil memanggil nama kecil Ziana.
"Hah...! Mereka tidak pernah membiarkan hidup ku tenang sedikit pun." Ujarnya kesal lalu beranjak dari tempat tidurnya menuju kearah pintu kamarnya.
"Ian, apa kau baik-baik saja...? Semalam kau pulang larut malam." Ujar Shiren yang mengkhawatirkan kondisi adiknya itu.
"Bukankah, aku telah memberitahu mu untuk tidak memasuki kamarku! cepat keluar dari sini!" ucap kesal Ziana mengusir sang kakak dengan nada kasar.
itu bukan pertama kalinya, Ziana mengusir Shiren.
Ziana begitu membenci sang kakak yang lebih di sayangi kedua orang tuanya.
Tapi Shiren tidak pernah membenci sang adik atas perlakuan kasar Ziana padanya.
walaupun berulang kali Ziana mencoba menyakiti dan juga memfitnah dirinya. Shiren tidak pernah marah dan membalas sang adik.
"Baiklah, aku akan keluar. Oh iya, papa dan mama menunggu mu untuk sarapan bersama." ucapnya dengan lembut tapi malah di jawab dengan ucapan kasar lagi oleh Ziana.
"Berisik! cepat keluar." Shiren pun keluar dari kamar Ziana.
"Mereka sungguh membuat kepala ku sakit."
Ziana selalu merasa sendiri dan kesepian, Karena kedua orang tuanya selalu saja sibuk dengan sang kakak yang sering sakit-sakitan.
kedua orangtuanya lebih banyak mengabaikan Ziana. Ia kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuannya sejak kecil.
Sebab itulah Ziana sangat membenci kedua orang tuanya, dan juga sang kakak yang mengambil semua kasih sayang orang tua mereka.
Seperti biasa, Ziana melangkah pergi tanpa menghiraukan kedua orang tuanya, dan juga sang kakak yang menyapa serta memintanya untuk sarapan bersama sebelum pergi ke kampus.
"Makin hari, Anak itu semakin tidak bisa di atur. aku terlalu memanjakan dirinya, sehingga ia berbuat sesuka hati."
Tuan Zi yang merupakan ayah dari Ziana, begitu kesal dengan sikap Ziana yang menurutnya semakin berbuat semena-mena.
"Pa... redakan amarah papa. nanti penyakit jantung papa kumat lagi. Ian, juga seperti itu karena kita pa... seharusnya kita lebih mengerti akan sifatnya saat ini. padahal dulu, Ian adalah anak yang begitu manis." kata Tante Diana yang mencoba menenangkan amarah sang suami.
"Semua ini salah Iren, jika bukan karena penyakit Iren, Ian tidak akan jadi seperti saat ini."
Shiren sangat menyayangi Ziana. Ia benar-benar sangat menyesal dengan apa yang terjadi pada sang adik selama ini.
"Sudahlah... jangan saling menyalahkan.
dia saja yang masih kekanak-kanakan." ucap tuan Zi dengan nada acuh tak acuh akan Ziana. mereka pun melanjutkan sarapan tanpa Ziana.
Seperti biasa. Ziana berangkat ke kampus menggunakan taksi. Sudah 2 tahun lamanya, Ia tidak menggunakan atau naik mobil mereka.
Alasannya cukup klise, sang ayah terkadang meminta sopir pribadi mereka untuk lebih mementingkan shiren dibandingkan ziana.
ziana yang kesal akan hal itu, memutuskan untuk pergi naik taksi ke kampus. bahkan naik bus ke kampus.
Setibanya di kampus. Ziana menguatkan dirinya untuk masuk kedalam kelas/ruang dimana tempat mereka menerima mata kuliah dari dosen.
baru saja, Ia melangkahkan kaki di depan pintu. tatapan sinis,dan ketidak nyamanan mereka membuat ziana berbalik pergi.
kelas itu, adalah kelas yang sama dengan shiren. di beberapa mata kuliah, dirinya dan shiren sekelas.