Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta dan Dendam Sang Mafia

Cinta dan Dendam Sang Mafia

Twine Twin

5.0
Komentar
14
Penayangan
6
Bab

Fabio Adam Holman merupakan Bos mafia yang sudah lama berkonflik dengan klan Jarlinson. Fabio merupakan pria yang bengis yang tidak kenal dengan perasaan simpati. Fabio tidak pernah merasakan menyesal menyiksa musuhnya entah dia perempuan ataupun anak kecil. Fabio melakukan banyak cara menjatuhkan lawannya termasuk dengan cara paling curang sekalipun. Suatu hari Fabio menculik Leonora Jarlinson, puteri bungsu Mr. Jarlinson. Seorang perempuan yang sangat disayangi dan berharga bagi keluarga Jarlinson. Fabio ingin memporak-poranda kedamaian di keluarga Jarlinson. Sayangnya, saat mata Fabio bertemu dengan netra amber milik Leonora, saat itulah dia tahu bahwa dia baru saja menciptakan masalah yang besar untuk dirinya.

Bab 1 Penculikan Puteri Mafia

Leonora mencoba memberontak sebanyak yang bisa dia lakukan. Matanya tertutup oleh kain hitam sehingga dia tidak bisa melihat apapun. Sementara tangan dan kakinya terikat sempurna pada kursi. Perempuan itu sudah berusaha membebaskan dirinya semenjak beberapa menit yang lalu. ia tidak menyerah sedikitpun walaupun dia sudah mulai lelah.

"Sialan! Lepaskan aku! Kalian tidak tahu apa yang sedang kalian lakukan." Leonora berteriak keras tapi tidak ada yang mempedulikannya.

"Keparat! Aku akan melaporkan kalian pada keluargaku dan kupastikan kalian akan menjadi mayat tidak utuh keesokan harinya." Leonora tidak menyerah membuat kalimat mengancam. Ia sudah habis kesabaran. Tidak ada yang pernah berani menyakiti Leonora selama ini. Ayahnya merupakan seorang mafia yang sangat ditakuti sekaligus disegani oleh banyak kelompok. Leonora tidak percaya dia mengalami penculikan untuk pertama kalinya.

Fabio menggeram di luar ruangan mendengar teriakan yang memenuhi lorong tersebut. "Dia sangat jauh dari keanggunan dari yang selama ini diceritakan banyak orang. Dia lebih cocok dirumorkan sebagai singa betina."

"Apakah Anda ingin saya melenyapkannya segera, bos?" Arnold sebagai asistennya selalu bersedia melakukan setiap tugas yang diperintahkan.

"Tidak perlu. Aku akan menembaknya saat ini juga. Berikan aku pistol." Fabio menengadahkan tangannya. Arnold segera memberikan barang yang diminta oleh bosnya. Sebuah pistol glock 26 cukup untuk melenyapkan perempuan yang terikat tanpa banyak daya memberontak tersebut.

Fabio memasuki ruangan dengan sinis. Langkahnya santai terdengar lantang pada ubin rubanah yang hampir tidak memiliki ventilasi udara tersebut.

"Kau terlalu berisik, Miss Jarlinson. Bagaimana jika aku membunuhmu menjadi mayat tidak utuh sebelum kau bisa mengatakan kepada keluargamu?" Fabio mendekati musuhnya dengan cara paling mengintimidasi yang biasa dia lakukan.

"Siapa, siapa kau?" Leonora memberanikan diri bersuara meskipun tergagap.

"Kau bisa mengganggapku sebagai dewa kematianmu, Miss Jarlinson." Fabio berbisik di telinga gadis itu dengan seringaian setan kebanggaannya. Fabio mengambil jarak di depan Leonora agar dia bisa melihat wajah ketakutan musuhnya dengan sangat pas. Fabio juga memerintahkan Arnold untuk membuka ikatan mata gadis itu namun saat itulah Fabio mengalami masalah.

Bang! Peluru Fabio melesat menghindari bagian vital Leonora. Untuk pertama kalinya, Fabio merasa mengarahkan peluru pada dirinya. Fabio tidak pernah menyangka bahwa mata gadis itu merupakan sumber kekacauannya. Mata dengan iris amber itu berhasil membuat jantung Fabio terkejut, menggeliat dan bangun untuk kali pertamanya.

"Bos, apakah Anda baik-baik saja?" Arnold menyadari bahwa sesuatu yang salah sedang terjadi pada bosnya. Fabio Holman tidak pernah kehilangan kendali sedikitpun pada pistol selama ini. Pria itu merupakan pria paling bengis yang sudah banyak menembakkan peluru pada wanita atapun anak kecil yang mengganggunya.

Fabio terdiam selama beberapa saat hingga pada akhirnya dia bisa menguasai diri. "Kau bawa dia ke kamarku kemudian panggilkan dokter untuk mengobatinya."

"Pardon?" Arnold terkejut dengan perintah aneh.

Fabio segera memberikan dia tatapan mengintimidasi mematikan seperti biasanya. "Aku tahu kau mendengar apa yang kuperintahkan."

"Baik, sir!" Arnold tergagap segera melakukan perintah setelah mendapatkan kewarasannya kembali. Fabio keluar ruangan itu tanpa berkata apapun lagi. Pria itu masih ingin mencerna apa yang baru saja terjadi pada dirinya. "Sialan, apa yang terjadi padaku?" Fabio memandangi telapak tangannya. Bayangan mata amber Leonora muncul di kepalanya tidak hilang. Itu bukan kali pertamanya Fabio melihat seorang gadis memiliki iris mata amber tapi itu kali pertamanya Fabio ingin menenggelamkan diri di mata itu.

***

Leonora bermimpi. Perempuan itu bermimpi menjalani rutinitasnya seperti biasa. Leonora melihat orang tua dan abangnya sibuk berbincang tentang bisnis mereka. Leonora juga mendengar keluarganya sedang terusik oleh klan baru yang mensabotase bisnis mereka.

"Huft! Kalian membosankan seperti biasa." Leonora menghembuskan nafasnya. Para lelaki di rumahnya hampir selalu membahas tentang pekerjaan seolah mereka tidak memiliki topik lain. Leonora mengambil buku dan tas kemudian bersiap menuju ke kampus. Sudah ada puluhan pengawal yang membungkuk padanya bersiap untuk menjaganya.

"Hari ini aku akan mengikuti kelas menari ballet. Kalian bisa menungguku di tempat biasa." Leonora merasakan telinganya tiba-tiba berdenging kemudian kembali normal yang membuatnya berhasil memindai suara disekitarnya. Bahkan Leonora merasakan rasa sakit pada bahu. Hal ini membuat Leonora berhasil membuka matanya.

"Keparat!" Leonora langsung duduk mencoba mengambil senjata melindungi dirinya. Tiba-tiba Leonora merasakan sakit pada bahunya.

"Kau masih terluka. Kau tidak disarankan oleh dokter untuk banyak bergerak. Kau harus terbaring di ranjang selama beberapa hari lagi." Suara dewa kematian yang hampir membunuh Leonora terdengar lagi. Bahkan sosoknya kembali hadir di depan wajah perempuan itu.

"Kenapa kau batal membunuhku?" Leonora tahu pistol yang ditodongkan kepadanya tidak untuk bercanda atau sekedar ingin menakutinya.

Fabio melangkahkan kakinya mendekati Leonora. "Aku tidak merencanakannya. Peluruku melesat begitu saja." Fabio melangkahkan kakinya mengamit dagu Leonora yang membuat wajah mereka lebih dekat. Leonora sigap memalingkan wajah sebelum bibir Fabio berhasil menyentuhnya. Fabio menyeringai. "Sepertinya kau ditakdirkan untuk menjadi tawananku seumur hidupmu."

"Omong kosong!" Leonora mendesis. Setelah itu dia memberanikan diri lagi menatap mata Fabio. "Kau tahu keluargaku. Kau mengenalku. Itu berarti kau menyelidiki identitasku." Leonora menatap Fabio bersungguh-sungguh. "Dengar! Klan Jarlinson tidak akan pernah mengampuni nyawamu. Tapi jika kau melepaskan aku saat ini, aku bisa membalas kebaikanmu. Aku akan mengatakan pada keluargaku untuk membebaskanmu."

"Bagaimana jika aku tidak melakukannya?" Fabio menaikkan alisnya menantang.

"Maka kupastikan kau akan lenyap detik itu juga. Klan Jarlinson akan menemukanku dengan banyak cara."

Fabio menyunggingkan senyumnya. Fabio tahu bahwa apa yang Leonora katakan bisa saja terjadi. Fabio tidak takut bahkan dia sengaja menantang klan mafia paling berpengaruh tersebut. itulah alasannya menculik Leonora. "Aku sudah menghancurkan semua alat pelacak milikmu sebelum aku meyeret kau ke tempat ini. Apakah keluarga Jarlinson memasang chip sebagai alat pelacak lainnya ditubuhmu?"

"Tidak! Tentu saja alat seperti belum pernah kudengar sebelumnya."

Fabio berjalan mundur menyeringai. Pria itu duduk angkuh di sofa beberapa meter dari Leonora. Ia merentangkan tangannya seolah sedang menunjukkan kekuasaannya. "Kalau begitu, aku tidak perlu takut dengan apapun. Kau tidak bisa ditemukan. Tidak akan pernah bisa ditemukan. Lagipula aku sudah mengirim peluru yang berisi darahmu ke keluarga Jarlinson. Aku yakin mereka sudah menganggap kau mati saat ini."

"Oh tidak!" Leonora menutup mulutnya. "Bagaimana bisa kau melakukan itu?"

"Aku ingin tidak akan ada yang mengusikmu selama kau bersamaku. Termasuk para keparat di keluargamu itu." Fabio mengibaskan tangannya pongah.

"Berengsek, kenapa kau kejam sekali?"

Fabio tertawa. "Keluargamu melakukan hal yang sama. Apakah kau menganggap mereka berengsek juga?"

"Tidak!" Leonora menggelengkan kepalanya. "Mereka tidak pernah melakukan cara curang. Dan kau, kau merupakan pecundang."

Wajah Fabio mengeras. "Pecundang, huh? Apa hakmu menilaiku?"

"Dan kau tidak memiliki hak apapun untuk menawanku disini. Pergi kau!" Leonora mengusir Fabio dengan sedikit tenaga yang dimilikinya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Twine Twin

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku