Revenge (Cinta dalam Dendam)

Revenge (Cinta dalam Dendam)

Yani Santoso

3.7
Komentar
706
Penayangan
40
Bab

Menikah dengan Dirga, bukanlah impian Gendis. Namun siapa sangka, pernikahan yang sejak awal tidak pernah diharapkannya, justru mengantar Gendis pada dunia yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Menjadi budak nafsu para pria berhidung belang! Hingga sebuah takdir mempertemukan dirinya dengan Steve. Pria tampan yang sangat dingin, namun mampu meluluhkan hatinya. Bagaimana Gendis dan Steve melewati segala perbedaan dalam hidup mereka?

Bab 1 Dijual

Revenge

Bab 1

Dimana aku ... kenapa aku ada di sini?"

Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan, semua terasa asing baginya.

Karena, ruangan itu bukanlah ruangan tempat terakhir yang dia datangi.

Gendis, nama gadis itu.

Mengerjap-ngerjapkan matanya, sembari mengingat peristiwa terakhir yang dia lakukan.

"Bukankah aku saat ini harusnya berada di rumah, menerima tamu undangan pernikahanku. Kenapa aku ada disini, dan dimana ayah dan ibuku."

Gendis melompat turun dari tempat tidur dan berlari menuju ke pintu, untuk membukanya. Namun gagal.

Ternyata pintu itu dalam keadaan terkunci.

Sementara dia berada di dalam ruangan itu sendiri. Lalu, dimana Dirga?

Laki-laki yang baru saja menikahinya dan berjanji akan membahagiakannya ketika berada di hadapan orang tuanya.

"Dirga ... Dirga ... dimana kamu?"

Panggil Gendis, dia mulai merasa panik. Setelah beberapa saat tidak ada jawaban atau tanda-tanda ada orang lain selain dirinya di sana.

Gendis kembali berusaha membuka pintu, namun usahanya terasa sia-sia. Pintu itu tidak dapat dibuka tanpa menggunakan kunci.

Lalu, gadis itu berjalan menuju tempat tidur dan duduk di sisinya. Dia mulai terisak.

"Bapak ... Ibu ... tolong Gendis," rintihnya.

Dia memperhatikan baju yang melekat di tubuhnya.

Semua masih lengkap, baju kebaya putih yang dia kenakan ketika ijab kabul dengan Dirga.

Gendis berusaha mengingat-ingat kembali, kejadian disaat dia menikah dengan Dirga.

Saat itu, setelah acara ijab kabul, hampir semua keluarga besar Dirga hadir, termasuk teman-temannya yang dia sendiri tidak kenal.

Hampir semua keluarga Dirga hadir dengan mengendarai mobil.

Namun, ada dua orang tamu yang menurutnya berbeda dengan yang lain.

Tamu itu datang dengan seorang sopir dan mengendarai mobil mewah. Semua teman Dirga sepertinya menaruh hormat padanya.

Tapi, dia tidak begitu mengingat wajah pria tersebut, tapi satu hal yang dia ingat. Pria itu bertubuh gendut dengan kepala sedikit botak.

Setelah para tamu satu persatu pulang, orang tua dan keluarga Gendis pun akhirnya berpamitan pulang, meninggalkan gedung tempat Gendis dan Dirga mengadakan resepsi pernikahan.

Hingga tinggal beberapa orang saja yang masih ada di sana. Termasuk pria gendut dan beberapa orang.

Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu, dan sesekali menatap ke arah Gendis yang duduk di temani oleh seorang keponakan yang menjadi pagar ayu.

Hingga akhirnya, Dirga menghampirinya dengan membawa segelas air minum dan menyerahkan padanya.

"Sayang ... minumlah, kamu pasti haus dan lelah."

Dirga menyodorkan segelas air putih ke tangan Gendis.

Tanpa rasa curiga, Gendis meminum air tersebut hingga habis.

Dirga memperhatikan Gendis yang telah menghabiskan minumnya, lalu tersenyum.

"Pinter." Dirga berkata sambil mengusap pucuk kepala Gendis.

Gendis menepis pelan tangan Dirga, karena merasa risih dengan apa yang dia lakukan. Walau mereka telah resmi menikah, namun mereka tidak saling mengenal sebelumnya.

"Hei ... kita sudah menikah sayang, jangan memperlakukanku seperti itu," protes Dirga.

"Aku menikahimu karena permintaan ayahku, kamu ingat itu, kan?"

"Semua akan berubah setelah malam ini, percayalah."

Lalu, Dirga meninggalkan Gendis untuk kembali bergabung bersama teman-temannya. Terlihat mereka tertawa-tawa sambil menenggak minuman.

Di saat yang bersamaan, Gendis merasakan kalau kepalanya tiba-tiba merasa pusing dan seolah berputar.

Dia memejamkan matanya sambil tangannya memegang erat kursi tempat dia duduk.

"Gendis, kamu kenapa?" Tanti, saudara sepupu yang bersamanya saat itu bertanya ketika melihat Gendis seperti mengalami sesuatu.

"Aku tidak apa-apa." Gendis menjawab.

"Kamu istirahatlah, biar Gendis bersamaku."

Dirga berkata pada Tanti dan menyuruh gadis itu pergi. Lalu, Dirga duduk di sebelah Gendis yang sudah kehilangan separuh kesadarannya.

"Dirga, kamu ...."

Gendis tidak melanjutkan ucapannya, karena semua berubah menjadi gelap.

Namun dia masih bisa merasa, seseorang kemudian membopongnya keluar.

"Apakah aku pingsan, lalu seseorang membawaku ke sini ... tapi, siapa orang yang telah membawaku?"

Gendis berteriak menutup mulutnya begitu menyadari apa yang terjadi dan mengingat sebagian yang dia alami.

Dan disaat bersamaan, seseorang membuka pintu.

Gendis melihat ke arah pintu dengan dada berdebar.

Dan debaran di dadanya meredd begitu melihat siapa yang membuka pintu ruangan itu.

"Dirga!" teriaknya.

Namun Dirga tidak menjawab, dia melangkah mendekati Gendis yang masih mengenakan baju kebayanya.

"Kamu sudah sadar, Sayang ...."

"Apa yang akan kamu lakukan padaku."

Gendis melangkah mundur begitu Dirga mendekatinya.

"Bukan aku yang akan melakukannya malam ini, sayang. Tapi dia."

Seorang pria bertubuh tambun dengan kepala sedikit botak, muncul di belakang Dirga. Dia menyeringai ke arah Gendis.

"A--apa maksudmu, Dirga?"

"Kamu tidak akan menghabiskan malam pertamamu bersamaku, tapi ... dengannya."

"Kamu ... kamu."

"Jadi, menurutlah padanya, dia sudah membayar mahal untuk malam pertama ini."

Gendis merapatkan tubuhnya ke dinding. Sementara, Dirga melangkah keluar dari ruangan itu. Meninggalkan dirinya bersama laki-laki tua yang dia lihat di resepsi pernikahannya

"Tenanglah Manis ... aku tidak akan menyakitimu."

Pria bertubuh tambun itu semakin mendekat ke arah Gendis.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku