Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Saat ini Maya sedang duduk di balkon kamarnya, menikmati keindahan sunset di sore hari. Besok adalah hari minggu, hari dimana Maya akan menghabiskan waktu di kamar dan tidur.
Bagi Maya hari Minggu adalah hari yang sangat berarti, hari pelepas penat selama enam hari kerja. Dia tidak pernah meninggalkan kamarnya saat hari Minggu.
"Kakak!" panggil salah satu gadis dengan rambut lurus yang kini menghampiri Maya.
"Ada apa?" tanya Maya santai sambil menyeruput coklat panas miliknya.
"Di panggil Papa, katanya ada sesuatu yang penting. Sepertinya Papa sedang cemas Kak," ucap wanita itu.
"Aila jangan main-main!" ucap Maya.
"Aila serius Kak. Coba Kakak lihat Papa sana!" Maya langsung bergegas membawa coklatnya ke dalam. Dia mencari keberadaan Papanya. Namun, dia tidak melihat keberadaan lelaki itu dimana pun.
"Papa!" panggil Maya.
"Aila, kamu bohongin Kakak ya?" tanya Maya berteriak.
"Gak, Aila gak bohongin kamu Maya. Papa di sini," ucap lelaki paruh baya. Namun wajah tampannya tak lekang oleh waktu.
"Ada apa Papa?" tanya Maya bingung. Jantungnya terus berdegup kencang.
"Papa ingin meminta sesuatu dari kamu May, Papa akan melakukan apa pun, asalkan kamu mau menuruti permintaan Papa." Lelaki itu langsung bertumpu pada lututnya di depan Maya. Di dekat dapur Mama sedang memperhatikan dengan mata berkaca-kaca.
"Papa, kenapa seperti ini?" tanya Maya langsung mengajak Papanya berdiri.
"Papa tidak boleh seperti ini. Maya anak Papa, Maya pasti lakuin yang Papa minta." Maya tidak sadar dengan apa yang ia katakan.
"Papa mau kamu menikah May. Dengan musuh terbesar Papa dalam bisnis." Lelaki itu tampak menunduk tak berani menatap mata putrinya.
"Apa maksudnya Pah?" tanya Maya mulai bingung. Kesadarannya perlahan menurun dan sulit mencerna semuanya.
"Papa kalah tender, dan Papa rugi besar May. Untuk memulihkan perusahaan Papa butuh modal. Papa sudah berusaha mencari bantuan pinjaman. Namun, tak satu pun teman Papa yang membantu. Hanya kamu satu-satunya harapan Papa saat ini Maya. Papa berharap kamu bisa menerimanya." Lelaki itu menggenggam kedua tangan putrinya dan menatap penuh permohonan.
"Papa, karir Maya. Semua impian Maya selama ini?" tanya Maya bingung dengan semua kejadian ini.
"Kamu harus melepaskannya Maya. Jika ada kesempatan Papa tidak akan melarangku meneruskannya. Papa mohon Maya!" ucap lelaki itu.
"Tapi Pah!"
"Papa mohon Maya. Dia orang baik," ucap Papanya.
"Maya akan memikirkannya Pah," ucap Maya lirih.
"Papa mohon, sebelum tengah malam kau harus sudah mengambil keputusan. Karena pernikahan akan diadakan besok," ucap lelaki itu.
"Papa!" Maya langsung naik ke kamarnya. Dia tidak akan bisa menangis di depan orang tuanya.
Setibanya di kamar, Maya langsung ambruk di kasurnya. Dia membenamkan wajahnya dibawah bantal. Maya langsung menangis sejadinya, tidak mengerti takdir membawanya kemana.
Maya adalah wanita cantik dengan kulit putih dan rambut agak sedikit bergelombang. Saat ini Maya sedang merintis karir sebagai Agen Online Shop di negaranya. Dia bercita-cita ingin memiliki perusahaan sendiri suatu saat. Namun, dia tidak tahu sama sekali kalau akhirnya akan seperti ini.
Setelah cukup lama menangis, dan matanya pun sudah mulai membengkak. Maya menurunkan kakinya dari kasur dan melangkah ke kamar mandi. Dia menghidupkan shower dan air hangat langsung mengenai kulit mulusnya. Cukup lama dia berada di sana, sampai akhirnya air di kamar mandinya mati. Maya mulai panik, dan ke arah shower itu.