Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
"Terima ... terima ...." Sorak-sorai para remaja berseragam putih Abu-abu memberi dukungan kepada kedua remaja yang berada di tengah lapangan bola, pria berbaju kaos bola sedang berlutut dan tangannya memegang bunga mawar putih beserta pot dari bahan plastik.
"Siti Nur Aisyah, maukah kamu menerima cintaku dan menjadi kekasihku?" tanya pria mengulangi pernyataannya kepada sang pujaan hati. "Jika kamu menerima cintaku maka terimalah bunga ini, dan jika kamu menolak kamu buang aja bunga ini," sambungnya.
"Iya," jawab sang gadis pelan.
"Iya apa nih?" tanya pria itu. "Iya mau jadi pacarku atau iya menolak?" tanya sang pria yang masih setia berlutut menunggu jawaban.
"Iya, aku mau jadi pacar Kak Krisna," sahut sang gadis dan langsung mengambil pot beserta bunga mawar yang ada di tangan pria itu.
"Yeeehhhhh ... selamat, ya," ucap semua penonton yang menyaksikan adegan tersebut.
"Cieee ... cieeee ...bosku akhirnya jadian juga," goda teman si pria.
"Kak Krisna romantis banget sih, pengen deh ditembak cowok ditempat kayak gini," ucap gadis berambut keriting.
"Emangnya ada yang mau sama kamu?" balas pria berbadan gemuk
"Adalah suatu saat nanti," ucap gadis itu sambil melengos.
"Romantis kok ga modal," ucap gadis berambut sebahu.
"Widia,mending kamu diam deh jangan ikut campur." Kata Krisna
"Gimana ga ikut campur, itu bunga kesayangan mama, kalo dicariin mama, gimana?" tanya Widia.
"Sudah itu jadi urusan kakak nanti, yang penting kan cinta kakak sudah diterima," jawab Krisna sembari bangkit dari posisinya dan berdiri tegap dihadapan gadis pujaan hati sambil tersenyum.
Hati Krisna kini berbunga karena setelah berkali-kali mengatakan cinta selalu ditolak, dan sekarang akhirnya diterima juga entah karena si cewek kasihan atau terpaksa, itu tak menjadi pikiran untuk Krisna karena baginya memiliki Aisyah gadis yang selama ini telah mengisi hati dan pikirannya.
"Tapi kok sama pot nya sih, Kak?" tanya Aisyah heran.
"Karena aku mau kamu merawat bunga ini, dengan begitu berarti kamu juga merawat cinta yang aku berikan ke kamu agar tumbuh subur dan kuat," jawab Krisna santai.
"Huuueeekk ... ternyata Kakak aku bucin juga, pengen muntah aku dengernya," kata Widia yang malas mendengar bucinan dari kakaknya.
"Siapa juga yang suruh kamu denger. Ini tuh khusus untuk pujaan hati, Aisyah seorang," goda Krisna sambil mengedipkan mata.
Aisyah yang digoda tersipu malu-malu, wajahnya merah merona membuat gadis itu makin cantik.
***
Sebuah motor KLX hitam melaju membelah jalan. Hamparan pohon sawit yang luas menghiasi disetiap sisi jalan raya, kondisi jalan yang lengang membuat si pengemudi menambah kecepatan laju motor hingga tibalah dia di depan gerbang sekolah menengah atas.
"Maaf, Sayang, aku telat," ucap si pria yang turun dari motor sambil melepas helm dan menghampiri gadis yang duduk di bangku panjang pinggir ruang kelas.
"Kok lama banget sih, Kak?" tanya Aisyah kesal, jika saja dia pulang bersama teman-temannya mungkin sekarang dia sudah rebahan di kamar, tetapi ini dia justru masih berada di halaman sekolah karena permintaan sang pacar yang akan menjemput dan mengantarnya pulang.