Aisyah adalah gadis biasa yang di cintai Krisna pria dari keluarga bangsawan, tetapi cinta mereka di tentang oleh Ayah Krisna karena perbedaan keyakinan di tambah lagi perbedaan kasta yang jauh. Krisna menentang Ayahnya dan memilih pergi bersama kekasihnya. Akankah Ayah Krisna merestui cinta mereka?
"Terima ... terima ...." Sorak-sorai para remaja berseragam putih Abu-abu memberi dukungan kepada kedua remaja yang berada di tengah lapangan bola, pria berbaju kaos bola sedang berlutut dan tangannya memegang bunga mawar putih beserta pot dari bahan plastik.
"Siti Nur Aisyah, maukah kamu menerima cintaku dan menjadi kekasihku?" tanya pria mengulangi pernyataannya kepada sang pujaan hati. "Jika kamu menerima cintaku maka terimalah bunga ini, dan jika kamu menolak kamu buang aja bunga ini," sambungnya.
"Iya," jawab sang gadis pelan.
"Iya apa nih?" tanya pria itu. "Iya mau jadi pacarku atau iya menolak?" tanya sang pria yang masih setia berlutut menunggu jawaban.
"Iya, aku mau jadi pacar Kak Krisna," sahut sang gadis dan langsung mengambil pot beserta bunga mawar yang ada di tangan pria itu.
"Yeeehhhhh ... selamat, ya," ucap semua penonton yang menyaksikan adegan tersebut.
"Cieee ... cieeee ...bosku akhirnya jadian juga," goda teman si pria.
"Kak Krisna romantis banget sih, pengen deh ditembak cowok ditempat kayak gini," ucap gadis berambut keriting.
"Emangnya ada yang mau sama kamu?" balas pria berbadan gemuk
"Adalah suatu saat nanti," ucap gadis itu sambil melengos.
"Romantis kok ga modal," ucap gadis berambut sebahu.
"Widia,mending kamu diam deh jangan ikut campur." Kata Krisna
"Gimana ga ikut campur, itu bunga kesayangan mama, kalo dicariin mama, gimana?" tanya Widia.
"Sudah itu jadi urusan kakak nanti, yang penting kan cinta kakak sudah diterima," jawab Krisna sembari bangkit dari posisinya dan berdiri tegap dihadapan gadis pujaan hati sambil tersenyum.
Hati Krisna kini berbunga karena setelah berkali-kali mengatakan cinta selalu ditolak, dan sekarang akhirnya diterima juga entah karena si cewek kasihan atau terpaksa, itu tak menjadi pikiran untuk Krisna karena baginya memiliki Aisyah gadis yang selama ini telah mengisi hati dan pikirannya.
"Tapi kok sama pot nya sih, Kak?" tanya Aisyah heran.
"Karena aku mau kamu merawat bunga ini, dengan begitu berarti kamu juga merawat cinta yang aku berikan ke kamu agar tumbuh subur dan kuat," jawab Krisna santai.
"Huuueeekk ... ternyata Kakak aku bucin juga, pengen muntah aku dengernya," kata Widia yang malas mendengar bucinan dari kakaknya.
"Siapa juga yang suruh kamu denger. Ini tuh khusus untuk pujaan hati, Aisyah seorang," goda Krisna sambil mengedipkan mata.
Aisyah yang digoda tersipu malu-malu, wajahnya merah merona membuat gadis itu makin cantik.
***
Sebuah motor KLX hitam melaju membelah jalan. Hamparan pohon sawit yang luas menghiasi disetiap sisi jalan raya, kondisi jalan yang lengang membuat si pengemudi menambah kecepatan laju motor hingga tibalah dia di depan gerbang sekolah menengah atas.
"Maaf, Sayang, aku telat," ucap si pria yang turun dari motor sambil melepas helm dan menghampiri gadis yang duduk di bangku panjang pinggir ruang kelas.
"Kok lama banget sih, Kak?" tanya Aisyah kesal, jika saja dia pulang bersama teman-temannya mungkin sekarang dia sudah rebahan di kamar, tetapi ini dia justru masih berada di halaman sekolah karena permintaan sang pacar yang akan menjemput dan mengantarnya pulang.
"Soalnya tadi ada urusan mendadak yang ga bisa ditunda," jelas Krisna.
"Sampe lupa jemput aku, dan biarin aku di sini nunggu sendirian. Kalo aku diapa-apain sama orang gimana, atau diculik?" Aisyah tampak sangat kesal.
"Ga akan ada yang bakal berani nyentuh kamu sayang, selain aku." Krisna tertawa kecil.
"Enak aja main pegang-pegang." Aisyah menepis tangan Krisna yang menyentuh punggung tangannya, dengan cepat Aisyah bangkit dari tempat duduk.
Krisna segera mengikuti langkah kaki Aisyah yang menuju ke arah motor. Krisna mempercepat langkahnya dari Aisyah dan memberikan helm merah muda untuk sang kekasih.
"Sini aku pakeiin," pinta Krisna sambil memasangkan helm ke kepala Aisyah.
"Makasih," balas Aisyah malas.
"Huuh gini amat, ya, dicuekin sama pacar," gumam Krisna.
Dalam perjalanan pulang Aisyah hanya diam, padahal Krisna sudah banyak bicara tetapi tak satu pun yang dijawab Aisyah. Hingga tiba di rumah kediaman keluarga Aisyah, gadis itu berusaha membuka helm yang dikenakan, tetapi entah kenapa kali ini sangat susah. Krisna yang melihat itu langsung membantu Aisyah untuk membuka helm tersebut.
"Susah banget sih di buka ini helm, Kakak kasih lem, ya," cibir Aisyah.
"Kalo, iya, emang kenapa?"
"Nyebelin!" Sesaat tatapan mata mereka beradu, mata indah milik Aisyah terpanah menatap mata hitam milik Krisna, tatapan yang begitu teduh dan menenangkan siapa pun yang melihat pasti akan demikian. Tanpa mereka sadari seorang wanita paruh baya memperhatikan mereka sedari tadi saat mereka turun dari motor.
" Heem." Deham ibu Mariam, ibundanya Aisyah yang membuat keduanya segera mengalihkan pandangan masing-masing.
"Tante, apa kabar?" tanya Krisna sambil meraih tangan Mariam dan mencium punggung tangan dengan takzim, begitupun dengan Aisyah. Keduanya terlihat canggung saat Mariam melihat mereka dalam posisi saling berdekatan.
"Alhamdulilah, tante baik." jawab Mariam.
Setelah kehadiran ibu Aisyah, Krisna segera pamit undur diri. Aisyah terus memandangi bayangan motor beserta sang pengemudi yang telah menghilang.
"Sudah jangan dilihatin terus, ayo masuk," ajak Mariam sembari menepuk pelan pundak sang putri hingga membuat Aisyah tersentak kaget. Sambil mengelus dada, Aisyah dan Mariam melangkah masuk ke rumah.
"Om, Swastyastu." Salam Krisna ketika tiba di kediaman rumah orang tuanya, tak ada sahutan dari dalam entah ke mana para penghuni rumah pergi. Krisna langsung masuk tak lupa melepas sepatu hitam yang dikenakan, kemudian melangkah menuju kamar.
"Kenapa bayangan Aisyah selalu muncul di mata aku, senyum manisnya, mata indahnya, ah semua yang ada pada diri Aisyah aku suka", gumam Krisna pada diri sendiri dan masih dalam posisi yang sama yaitu duduk di pinggir ranjang empuk. Tak henti-hentinya Krisna tersenyum.
"Kamu adalah ciptaan Tuhan yang sempurna Aisyah, sampai kapan pun kamu hanya akan menjadi milik aku, apa pun caranya akan aku lakukan asalkan kamu selalu ada bersamaku," gumam Krisna dalam hati sambil memandangi foto mereka.
***
Udara pagi yang masih berkabut tak menyulutkan semangat pemuda yang tengah asik berlari ringan di jalan raya yang masih sepi oleh penduduk. Sambil meregangkan Otot-otot ke dua tangan, jalan yang masih lengang membuat Krisna senantiasa bergerak untuk melatih Otot-otot kaki dengan cara berlari setiap pagi sudah menjadi rutinitas Krisna semenjak dia masuk menjadi anggota kepolisian. Krisna kerap berlatih tak kenal waktu demi meraih cita-cita yang kini sedang dia perjuangkan, tanpa lelah Krisna terus berlari hingga matahari menampakkan pesonanya.
"Astaga," ucap Krisna melirik arloji di tangan kiri yang menunjukan pukul 06:30.
Dengan tergesa-gesa Krisna segera berlari pulang tak peduli keringat yang terus turun membasahi kaos hitam miliknya. Rambut hitam yang basah oleh keringat membuat Krisna makin menambah kadar ketampanannya yang alami.
Bab 1 Awal
09/05/2022
Bab 2 Perpisahan
09/05/2022
Bab 3 Pergi
09/05/2022
Bab 4 Tempat Baru
09/05/2022
Bab 5 Kembali
09/05/2022
Bab 6 Kembali Bertemu
09/05/2022
Bab 7 Kembali Bersama
09/05/2022
Bab 8 Tragedi di sungai
09/05/2022
Bab 9 Selalu bertengkar
09/05/2022
Bab 10 Kecelakaan
09/05/2022
Bab 11 Tragedi 21+
15/05/2022
Bab 12 Pulang
15/05/2022
Bab 13 Mengulang 21+
15/05/2022
Bab 14 Takut kehilangan
19/05/2022
Bab 15 Kehadiran Dani
19/05/2022
Bab 16 Malam Pesta
19/05/2022
Bab 17 Kehadiran Imelda
19/05/2022
Bab 18 Widia
19/05/2022
Bab 19 Cemburu
19/05/2022
Bab 20 Rencana
19/05/2022
Bab 21 21. Dobel Date
02/09/2022
Bab 22 22. Pulang Berdua
09/09/2022