Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Andai Aku Boleh Memilih

Andai Aku Boleh Memilih

nita suryani

5.0
Komentar
14.5K
Penayangan
61
Bab

PROLOG KENANGA WULAN Dia seorang gadis berparas cantik namun selalu berpenampilan lusuh dan kucel. Namun prestasi akademisnya sejak di bangku sekolah sampai di bangku kuliah patut diacungi jempol. Lelah dan letih, itulah yang mendera Kenanga hari demi hari. Ia selalu mendapat tekanan dari ibunya. Ia harus kerja keras mengurus pekerjaan rumah. Ia harus bekerja di toko agar punya uang sendiri untuk biaya kuliahnya. Saking pontang-pantingnya ia mengurus semua pekerjaannya, membuat dirinya sering terlambat masuk kuliah. Akibatnya ia terancam tidak bisa mengikuti ujian semester. Dan tidak boleh mengajukan proposal skripsi. Dan Kenanga semakin hancur perasaannya ketika ibu mengusirnya dari rumah tanpa ia tahu apa salahnya. GHAFFAREL DHARMA PUTRA Pemuda tampan dan trendy, putra tunggal seorang konglomerat yang tinggal di Bandung. Namun ia punya seorang saudara sepupu bernama Arkatama Faturrakhman yang kedua orang tuanya sudah meninggal. Lalu diangkat anak oleh keluarganya Ghaf. Orang tua Ghaf memperlakukan mereka berdua dengan penuh kasih sayang tanpa membedakan satu sama lainnya. Ghaf tumbuh sebagai seorang yang pendiam dan tertutup. Sampai saat ia duduk di bangku SMP, ia berkenalan dengan teman sekelasnya Ray. Ghaf lebih suka memanggilnya Raiya. Dengan Raiya, Ghaf menemukan dunianya. Mereka berdua saling mengerti, saling menyayang dan saling membutuhkan. Hubungan mereka berjalan mulus. Kedua keluarga merekapun menerima dengan baik. Sampai suatu ketika, mama Ghaf memergoki keduanya di tempat tidur tanpa sehelai benangpun... MIRNA Ia begitu tergila-gila pada Bastian, tetangganya di kampung. Padahal saat itu Bastian sudah punya istri yang sangat dicintainya Sheruni Wulandari dan seorang putri cantik Kenanga Wulan. Saat Kenanga berusia dua tahun, Wulan menghilang tanpa kabar sedikitpun. Membuat Bastian membenci wanita yang dicintainya itu. Mengetahui Bastian sudah berpisah dengan istrinya, Mirna langsung mendekati. Ia berjanji akan merawat Kenanga seperti anak kandungnya sendiri. Kenanga tumbuh semakin besar. Wajahnya sangat mirip dengan Wulan, ibu kandungnya. Hal itu membuat ayahnya jadi tertekan dan selalu menghindar dari Kenanga. Setiap menatap putrinya itu, selalu saja rasa rindu pada mantan istrinya muncul. Hal ini membuat Mirna cemburu. Mirna ingin menyingkirkan Kenanga dari rumah mereka agar suaminya tak lagi teringat pada mantan istrinya. Ia ingin menyingkirkan Kenanga agar gadis itu tidak pernah tahu bahwa setiap bulan Mirna menerima transferan uang puluhan juta rupiah serta mendapat kiriman barang-barang mewah yang seharusnya untuk Kenanga tapi tidak pernah disampaikannya pada gadis itu. FIRDA Seorang ibu yang ingin menyelamatkan putra kesayangannya Ghaffarel Dharmaputra dari kondisi yang tidak wajar. Kenanga, sahabat Ghaffarel dianggap paling tepat untuk membantunya. Bagaimanapun caranya Ghaf harus menikah dengan Kenanga. Meski ia tahu bahwa sebetulnya Kenanga sudah menjalin hubungan cinta dengan Arkatama. SHERUNI WULANDARI Di bawah ancaman, ia terpaksa meninggalkan suami tercintanya Bastian serta putri tersayangnya Kenanga Wulan. Namun diam-diam ia tetap memberi perhatian dengan mengirimi uang dan barang-barang kebutuhan putri kesayangannya itu.

Bab 1 Paginya Kenanga

PAGINYA kENANGA

Kenanga menyeka keringat yang meleleh di keningnya. Lehernya pun sudah terasa lembab. Baru saja ia selesai mencuci dan menjemur pakaian. Sekarang ia bergegas menyiapkan sarapan untuk seisi rumah yang terdiri dari Ibu, Ayah, dirinya serta kedua adiknya Arfan dan Arfin. Suasana rumah masih sangat sepi karena kedua orang tua dan kedua adiknya masih tidur. Hanya Kenanga yang punya kewajiban bangun lebih pagi. Kata Ibu karena Kenanga anak sulung dan anak perempuan jadi ia bertanggung jawab melayani orang tua dan adik laki-lakinya. Sebuah peraturan yang aneh menurut Kenanga dan sangat tidak adil. Setiap hari ia harus bangun jam empat subuh agar saat berangkat kuliah semua pekerjaan rumah yang menjadi tugasnya bisa selesai. Kalau tugasnya tidak selesai pagi itu, maka siap-siaplah berangkat kuliah dengan kuping penuh omelan dari ibunya. Tugas rutinnya setiap pagi adalah mencuci pakaian, membersihkan rumah, menyiapkan sarapan serta menyiram tanaman hias. Kalau ada pesanan kue atau masakan lainnya dari para tetangga, Kenanga juga harus menyiapkannya. Seringkali ia harus tidur sampai jam satu malam dan sudah harus bangun lagi jam empat pagi agar semua pekerjaannya selesai. Setelah semua selesai barulah ia bisa berangkat ke kampus. Nanti pulang kuliah ia tidak pulang ke rumah, tapi langsung ke toko sembako milik tetangganya tempat ia bekerja. Kenanga baru pulang ke rumahnya setelah toko tutup jam delapan malam. Sampai di rumah masih ada tugasnya yaitu menyetrika semua pakaian yang tadi pagi dicucinya. Duuh...rasa tak kuat tubuhnya mengerjakan semua itu seorang diri.

Ketika ia tamat SMP, ibu memintanya untuk berhenti sekolah. Sebab penghasilan ayah tidak cukup untuk biaya sekolahnya. Dua orang adik lelakinya lebih membutuhkan pendidikan dibandingkan Kenanga yang anak perempuan. Kalau Kenanga berhenti sekolah maka ia bisa fokus mengerjakan pesanan-pesanan kue atau masakan lainnya yang dipesan pelanggan mereka untuk tambah-tambah penghasilan ayah. Tapi Kenanga menolak. Ia bersikeras mau melanjutkan pendidikannya. Agar bisa bersekolah Kenanga harus bekerja untuk mendapatkan uang. Ia bersyukur ada toko sembako dekat komplek perumahannya mau menerimanya bekerja setelah pulang sekolah. Malah ketika ia mulai kuliahpun , ia masih diizinkan bekerja di sana di sela-sela jam kuliahnya. Kalau lagi libur kuliah ia akan bekerja sepenuh hari di toko itu. Kenanga diberi kelonggaran waktu oleh pemilik toko karena ia rajin dan jujur dalam bekerja. Dari penghasilannya itulah ia membiayai sendiri biaya sekolah dan kuliahnya. Sebab penghasilan Ayah sangat kecil. Ayah hanya memiliki kios kecil foto copy serta menjual alat-alat tulis dekat sekolahan.

Seringkali Kenanga merasa sangat letih dengan beban berat yang dijalaninya setiap hari. Namun kepada siapa ia harus mengeluh ? Kepada Ayah ? Tidak mungkin ! Ayah adalah sosok yang sangat pendiam. Kadang ia merasa sosok ayah tidak pernah ada dalam hidupnya. Jangankan bisa bermanja-manja pada Ayah, untuk bertanya kalau ada masalah saja Ayah menyerahkan pada Ibu. Ibulah yang berperan dominan di rumah ini. Tugas Ayah hanya mencari nafkah. Itupun selalu kurang hingga Kenanga sebagai anak sulung harus ikut bekerja demi mendapatkan uang.

Mengeluh pada Ibu ? Justru ibulah yang memberinya beban seberat itu. Ibu menyerahkan sebagian besar tugas rumah pada diri Kenanga. Kata Ibu, sebagai anak tertua Kenanga wajib membantu pekerjaan Ibu. Kata Ibu, sebagai anak perempuan Kenanga wajib mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga agar kalau nanti menikah ia sudah mengerti urusan rumah tangga dan tidak mengecewakan suaminya. Kata Ibu, sebagai anak paling tua ia wajib mengurus kedua adik-adiknya, wajib memberi contoh yang baik. Kata Ibu, sebagai anak perempuan ia wajib melayani semua kebutuhan saudara laki-lakinya. Karena kata Ibu, anak laki-laki itu memang mempunyai kedudukan yang istimewa dalam keluarga, harus dijaga marwahnya sejak masih kecil. Agar kalau sudah dewasa nanti ia punya wibawa karena ia akan menjadi kepala keluarga dan imam dalam rumah tangganya kelak. Lihat saja dalam pembagian warisan, menurut hukum agama anak lelaki mendapat bagian yang lebih besar daripada anak perempuan. Artinya anak lelaki diberi keistimewaan karena tanggungjawab yang akan dipikulnya dalam keluarga kelak. Sebagai anak tertua...sebagi anak perempuan... sebagai kakak sulung.... duuhh..berbagai kewajiban, bebagai keharusan dibebankan ke pundaknya. Hanya karena ia anak tertua dan anak perempuan. Apakah memang begitu kodratnya sebagai anak sulung dan anak perempuan ? Kalau saja Kenanga boleh memilih, pastilah ia akan memilih untuk tidak jadi anak sulung. Agar beban di pundaknya tidaklah seberat ini. Kalau saja ia bisa memilih, tentulah ia akan memilih menjadi anak laki-laki agar punya hak istimewa di rumah seperti kedua adik—adiknya yang bak pangeran serba dilayani segala-galanya. Tapi Kenanga tidak bisa memilih. Takdir hidupnya sudah digariskan demikian. Meski berat ia menuruti semua apa yang dikatakan ibunya. Sebab kata Pak Ustadz guru mengajinya surga itu di telapak kaki ibu.

“Kak, baju seragamku belum disetrika ya ? “ Tiba-tiba Arfan muncul mengagetkan Kenanga yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan..

“ Seragammu kan baru dicuci pagi tadi. Yang satunya ada di lemarimu “ Jawab Kenanga.

“ Tolong disterika sampai kering, Kak. Mau aku pakai sekarang.

“ Kan masih ada yang satu.nya ? “

“ Nnggg... dipakai Wawan tuh, semalam ia menginap di sini dan dia ngga bawa baju seragam. “ Ucap Arfan dengan ringannya. Kenanga melirik dengan kesal. Kenapa ngga bilang dari tadi, sih ?

“ Maaf, aku ngga bisa. Aku ngga mau telat lagi masuk kuliah hari ini. Sudah kena peringatan tiga kali. Kalau hari ini telat lagi, aku ngga boleh ikut ujian semester. Dan itu artinya harus mengulang di semester depan. “ Kenanga meninggalkan adiknya dan beregas masuk kamar mandi.

Ya, urusan terlambat itu sudah jadi langganan Kenanga. Beberapa dosen mau memaafkannya, mengingat nilainya yang selalu bagus dan sikapnya yang selalu sopan. Namun berbeda dengan Pak Burhanudin, dosen mata kuliah Metodologi Penelitian. Baginya tidak ada ampun bagi mahasiswa yang sering terlambat.. Seorang sarjana itu bukan hanya butuh nilai mata kuliah bagus, tapi juga harus punya attitude bagus. Kalau yang suka terlambat berarti ia termasuk orang yang tidak bisa menghargai waktu. Dan orang yang tidak bisa menghargai waktu adalah orang yang attitude nya buruk. Tidak layak menjadi seorang sarjana. Begitu pendapat Bapak Dosen tersebut.

Harusnya untuk mata kuliah tersebut, Kenanga sudah lulus pada semester kemaren. Bahkan kalaupun ia diberi ujian lisan, ia sanggup karena ia sudah menguasai materi perkuliahan tersebut dengan baik. Namun karena catatan absensinya buruk ia tidak diluluskan dan harus mengulang pada semester ini. Dan di semester inipun ia sudah tiga kali terlambat. Awalnya Pak Burhanuddin sudah tidak membolehkannya mengikuti kuliah tersebut lagi. Tapi Kenanga memohon-mohon pada Pak Burhanudin serta Ketua Jurusan agar diizinkan ikut mata kuliah tersebut dan membuat surat pernyataan bahwa ia tidak akan terlambat lagi. Bu Rani seorang dosen senior di kampus itu, yang selama ini sangat baik pada Kenanga, ikut memberi rekomendasi sehingga ia diberi kesempatan untuk terakhir kalinya mengingat mata kuliah Metodologi Penelitian harus sudah lulus sebagai syarat untuk pengajuan proposal skripsi. Pada semester kemaren Kenanga sudah menyelesaikan seratus dua puluh SKS sebagai persyaratan untuk mengajukan proposal skripsi. Dengan nilai rata-rata A dan hanya satu nilai B. Harusnya semester ini ia sudah bisa memulai tugas skripsi tersebut. Tapi karena belum lulus mata kuliah Metodologi Penelitian, ia belum bisa mengajukan proposal skripsi. Karena untuk bisa menyusun skripsi, mata kuliah Metodologi Penelitian harus sudah lulus. Kenanga betul-betul berjuang agar ia tidak pernah lagi terlambat mengikuti mata kuliah tersebut.

Saat keluar dari kamarnya dan sudah siap mau berangkat kuliah, Ibu menyuruhnya menyetrika pakaian seragam Arfan terlebih dahulu. Kenanga mencoba menjelaskan pada ibu bahwa ia tidak boleh terlambat masuk kuliah, karena sudah mendapat tiga kali peringatan. Kalau ia terlambat pagi ini maka ia tidak boleh ikut perkuliahan lagi sampai habis semester ini dan artinya tidak bisa ikut ujian semester. Harus mengulang lagi di semester depan. Dan yang pasti pengajuan proposal skripsi akan tertunda lagi.Tapi ibu tidak mau mengerti, baginya kepentingan Arfanlah yang harus diutamakan. Apa boleh buat, untuk kali ini dengan tegas Kenanga menolaknya. Urusan kuliahnya jauh lebih penting dari pada melayani si manja Arfan. Salah sendiri kenapa tidak mau belajar mengurus diri sendiri dan selalu tergantung pada orang lain. Kenanga segera keluar rumah meninggalkan ibunya yang mengomel dan Arfan yang berteriak marah padanya.

Beregegas ia keluar dari komplek perumahan menuju jalan raya untuk menunggu angkutan umum. Ia melangkah cepat, nyaris berlari agar segera tiba di jalan raya.

***************

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku