Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
AKU DAN TEMAN SUAMIKU

AKU DAN TEMAN SUAMIKU

Diganti Mawaddah

4.8
Komentar
28K
Penayangan
55
Bab

Tara tak pernah bermimpi menjadi istri kedua dari sahabat almarhum suaminya. Namun semua sudah terjadi dan Tara terlibat dalam hubungan rumah tangga yang rumit. Mampukah ia menjalani peran sebagai istri kedua atau akhirnya ia menyerah?

Bab 1 1. Permintaan Menjadi Istri Kedua

Rumah mungil itu hanya dihiasi cahaya lilin. Tak ada lampu penerangan, karena pemilik rumah tak mempunyai cukup uang untuk membeli token listrik. Untungnya dia memiliki tetangga yang baik hati, bersedia memberikan air dua ember besar, untuk bekal memasak dan mandi. Karena listrik mati, otomatis mesin air pun tak menyala.

Tetangganya sudah sangat baik beberapa kali memberikan pinjaman uang untuk membeli listrik ataupun yang lainnya. Hanya saja ia tak mau terlena dengan bantuan tetangga kanan kirinya. Meskipun janda dengan seorang anak yatim, ia tetap harus bisa mandiri, tidak ingin menyusahkan orang lain.

"Mama...susu!" pinta sang putri yang berusia dua tahun, kini terbaring lemah karena badannya panas.

"Sebentar ya, Dek. Mama buatkan, ade di sini aja ya, ga usah ikut ke dapur," ujar Tara pada putrinya.

" Tapi delap," cicit Sofia, nama balita itu.

" Ade'kan hebat, di sini saja ya."

Sofia mengangguk tapi tatapannya tak lepas dari mamanya yang berada di dapur. Anak seusia Sofia pasti takut jika mati lampu. Sofia tiduran di bangku ruang tamu karena masih sore sebenarnya, masih jam tujuh malam. Ia belum mengantuk, hanya saja kepalanya sakit dan dia sedikit demam. Tara kembali dari dapur dan memberikan susu pada Sofia. Balita cantik itu meminumnya dengan cepat.

"Uueekk...." Sofia tiba-tiba memuntahkan semua susu yang baru saja habis dia minum. Tara kaget dengan sigap memijat punggung Sofia agar semua muntahnya keluar. Setelah itu Tara ke dapur untuk membersihkan muntahan anaknya.

Air matanya menetes. Obat demam anaknya tersisa sekali lagi untuk diminum malam ini, untuk besok ia tak punya persediaan obat.

" Maaf mama." ucap anaknya pelan. Tara tersenyum dikeremangan cahaya lilin.

"Ga papa kok sayang, kan Fia lagi sakit." Tara menenangkan. Sambil memijat kaki anaknya menceritakan tentang hewan kesukaan anaknya yaitu kelinci.

****

"Mas... Mbak Tara ga kita kabari dulu, kalau kita mau ke rumahnya?" tanya Meilisa pada suaminya.

"Ga usah Dek, dadakan saja. Nanti malah dia repot nyiapin ini itu, kasian," ujar Henry Zakaria, suami dari Meilisa. Atau biasa dipanggil Zaka.

Zaka melajukan mobilnya dengan pelan saat memasuki pelataran perumahan. Terlihat beberapa anak-anak main di jalanan depan rumah mereka.

"Sudah rame ya Mas. Padahal waktu almarhum Rahman baru membeli rumah di sini, masih sepi," komentar Mei pada suaminya.

" Iya De, namanya rumah murah, cepetlah diserbu orang." sahut suaminya, kini memasuki blok N menuju rumah janda temannya.

"Mas kok gelap rumahnya mba Tara?"

"Eh..iya, orangnya pergi kali ya."

"Tapi itu sepedanya ada, ada cahaya lilin juga kayaknya, " sahut istrinya. Zaka memarkirkan mobil sedannya tepat di depan rumah Tara. Mereka turun dengan tergesa. Samar-samar terdengar suara Tara yang sedang mendongengkan kisah untuk anaknya.

"Assalamualaikum," seru Zaka dan Mei

"Wa'alaykumussalam," sahut Tara berdiri dari duduknya dan membuka pintu.

" Eh...Mbak Mei, Mas Zaka. Ayo masuk!" ajak Tara canggung karena rumahnya gelap sendiri, sedangkan tetangga kanan kirinya lampu rumahnya menyala.

Zaka dan Mei duduk menatap Fia yang sedang terbaring lemah.

"Fia sakit, Nak?" tanya Zaka. Anak itu mengangguk.

"Sakit apa Fia, Mbak Tara?" tanya Mei saat Tara kembali dari dapur dengan membawa dua cangkir teh dia atas nampan.

" Mungkin masuk angin, Mbak. Ayo diminum!"

" Maaf ya, minum dalam gelap-gelapan." Tara nyengir kuda untuk menutupi rasa malu dan sedihnya.

"Kenapa gelap-gelapan Mbak?" tanya Mei.

"Mama da ada uit bi listik." oceh Fia sambil memegang bonekanya.

"Fiaaa..." Tara menginterupsi ucapan anaknya.

Zaka dan Mei terhenyak, ga menyangka bahwa janda temannya ini begitu kesulitan keuangan. Tampak Zaka mengeluarkan ponselnya, menatap istrinya seakan meminta izin. Mei mengangguk.

"Berikan nomor token listriknya Mbak!" ucap Zaka.

" Eh..ga usah jadi ngerepotin Mas, besok saya baru mau beli." Tara salah tingkah, bingung sendiri harus bagaimana lagi.

"Ga papa, Mbak," sahut Mei

Tara masuk ke dalam kamarnya, lalu kembali ke ruang tamu dengan memberikan selembar kertas kepada Zaka.

Tak lama Zaka keluar rumah dan memasukkan nomor tokennya.

Kliik...

Lampu menyala. "Alhamdulillah..." seru Tara dan Mei bersamaan.

"Hole...nyala, mama pia mau toton pipi," celoteh Fia sambil tersenyum karena lampu sudah menyala.

"Fia..ayo bilang terimakasih sama Mm Zaka dan Tante Mei." titah Tara pada anaknya.

"Maaciih papa kaka maacih tete Mei."

"Eh.." Fia menutup mulutnya,"calah ya..macih Om Kaka Tete Mei."

Zaka dan Mei mengangguk sambil tersenyum ke arah Fia. Anak yang menggemaskan, sudah lama Zaka dan Mei mendamba anak dari pernikahan mereka, namun sudah enam tahun pernikahan, mereka belum juga dikaruniai seorang anak.

Padahal Rahman dan Tara menikah belakangan tapi mereka duluan dipercaya Tuhan untuk memiliki anak. Zaka dan Mei sudah berkonsultasi ke dokter, juga menjalani beberapa treatment, namun Tuhan belum memberikan, mereka harus lebih sabar dan rajin usaha tentunya.

Setelah setengah jam mengobrol, Zaka dan Mei pamit pulang, tak lupa Zaka menurunkan sekarung beras dan sekantong sembako untuk Tara dan sekantong lagi penuh makanan untuk Fia.

"Ya Allah terimakasih Mas , Mbak. Semoga Allah balas semua kebaikan kalian," ucap Tara penuh sukur. Mata Fia seketika berbinar saat melihat ada sekantong penuh dengan snack ringan, biskuit, susu dan banyak lagi lainnya.

Zaka dan Mei pamit meninggalkan rumah Tara. Sedangkan Tara dengan suka cita merapikan barang-barang pemberian Mas Zaka dan Mbak Mei. Betapa terkejutnya Tara di dalam bungkusan sembako ada amplop coklat yang saat dibuka ternyata isinya uang lembaran merah sebanyak lima lembar. Tak hentinya Tara meneteskan air mata penuh syukur, betapa beruntungnya ia memiliki teman seperti keluarga Mbak Mei.

Sejak saat itu Zaka rutin memberikan santunan kepada Tara. Sembako dan uang lima ratus ribu, yang diantarkan oleh seorang kurir. Ingin sekali Tara mengucapkan terimakasih secara langsung pada keduanya namun Tara tak memiliki ponsel, karena ponselnya sudah ia jual dahulu, untuk biaya makan dia dan anaknya. Tara yang tidak bisa bekerja diluar rumah cukup kesulitan keuangan jadinya, dia tidak bisa meninggalkan Fia karena Fia memiliki riwayat asma akut yang sering kambuh tiba-tiba. Untuk kebutuhan sehari-hari Tara hanya mengandalkan dengan mengajar calistung beberapa anak tetangganya. Karena basic Tara adalah pendidikan, meskipun tidak kuliah sampai selesai karena terkendala biaya.

Suatu hari penyakit asma Fia kambuh lagi, Tara membawa Fia ke puskesmas terdekat. Namun dokter menyarankan agar Fia dirujuk ke rumah sakit besar. Dengan menaiki angkot turun naik nyambung beberapa kali, akhirnya Tara sampai juga di rumah sakit besar dengan membawa surat rujukan dari puskesmas. Nafas Fia sudah semakin ngosngosan langsung dibawa ke UGD rumah sakit.

Tara sedang duduk tergugu sambil meneteskan air mata, saat menunggu antrian membayar administrasi awal rumah sakit. Tara tidak mempunyai BPJS karena memang tidak cukup uang yang dia hasilkan untuk membayar iuran tersebut.

"Mbak Tara..." panggil seorang pria, yang Tara hapal betul suaranya. Suara mas Zaka teman dekat almarhum suaminya. Tara menoleh dengan mata sembab.

"Ya Allah... Mbakada apa?" tanya Zaka panik.

"Fia..Mas," sahutnya pelan, sambil menahan isakan.

Dengan tergesa Zaka masuk ke ruangan UGD, berbicara dengan dokter jaga disana, Zaka melihat tubuh Fia sudah sangat lemah dengan nafas sesak.

"Tolong lakukan yang terbaik dok, saya akan membayar biayanya," ucap Zaka tegas, lalu menoleh ke arah Tara yang kini menatapnya penuh rasa syukur.

Kini Fia sudah dipindahkan ke ruang perawatan kelas tiga. Itu saja Tara sudah sangat bersyukur atas bantuan yang diberikan mas Zaka. Sebenarnya Zaka bukannya juga orang yang kaya, tetapi cukuplah untuk ukuran kepala marketing disebuah perusahaan otomotif. Apalagi Zaka dan Mei sama-sama bekerja dan belum ada anak. Jadi tabungan mereka utuh. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari sudah lebih dari cukup.

"Terimakasih Mas atas bantuannya, tapi...apa tidak apa-apa dengan mba Mei?" ucap Tara merasa sungkan dengan istri Zaka.

"Tidak papa Ra, dia pasti mengerti. Saya pamit ya, besok saya kemari lagi dengan Mei," ujar Zaka pamit sambil mengusap lembut pipi Fia dan mengecupnya sayang. Tara tersentuh dengan pandangan itu.

"Papa..cini temani Fia," oceh Fia dalam tidurnya. Zaka terhenyak, wajahnya menjadi kaku.

"Maafin Fia, Mas. Salam untuk Mbak Mei ya," ucap Tara sedikit kikuk dengan ucapan Fia dalam tidurnya. Zaka mengangguk lalu berjalan keluar kamar perawatan.

Dua hari sudah Fia dirawat dan selama dua hari berturut-turut Zaka mengunjungi Fia, hari pertama Mei ikut menemani, namun hari kedua Zaka datang sendiri karena Mei ada workshop di Bandung.

Hari ketiga, saat kondisi Fia sudah dinyatakan cukup sehat untuk dibawa pulang. Zaka menjemput Tara dan juga Fia. Di dalam mobil Fia tersenyum senang. Jarang sekali Fia bisa naik mobil.

"Mbak Tara..."

"Ya, Mas."

"Mmmm...bagaimana jika mba Tara menjadi istri kedua saya?"

*****

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Diganti Mawaddah

Selebihnya

Buku serupa

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Romantis

5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
AKU DAN TEMAN SUAMIKU
1

Bab 1 1. Permintaan Menjadi Istri Kedua

26/11/2021

2

Bab 2 2. Menikah

26/11/2021

3

Bab 3 3. Istri yang Diabaikan

26/11/2021

4

Bab 4 4. Pernikahan Rumit

26/11/2021

5

Bab 5 5. Hamil

26/11/2021

6

Bab 6 6. Pulang Kampung

29/11/2021

7

Bab 7 7. Keguguran

30/11/2021

8

Bab 8 8. Melahirkan

30/11/2021

9

Bab 9 9 Yusuf yang Tampan

30/11/2021

10

Bab 10 10. Erik ikut Begadang

02/12/2021

11

Bab 11 11. Pak Danu Wafat

02/12/2021

12

Bab 12 12. Dinikahi Paman Erik

02/12/2021

13

Bab 13 13. Suami Istri yang Canggung

02/12/2021

14

Bab 14 14. Pengantin Baru

27/12/2021

15

Bab 15 15. Erik Bertemu Orang Tua Kandung

27/12/2021

16

Bab 16 16. Jakarta

27/12/2021

17

Bab 17 17. Pertemuan Tara dan Zaka

27/12/2021

18

Bab 18 18. Bertengkar Hebat

27/12/2021

19

Bab 19 19. Payudara Tara Sakit

27/12/2021

20

Bab 20 20. Keputusan Erik

27/12/2021

21

Bab 21 21. Erik Pulang Kampung

31/12/2021

22

Bab 22 22. Malam Pertama Tara dan Erik

31/12/2021

23

Bab 23 23. Pengantin Lama Rasa Baru

31/12/2021

24

Bab 24 24. Mei Berselingkuh

31/12/2021

25

Bab 25 25. Teror Laras

31/12/2021

26

Bab 26 26. Mei yang Kasmaran

02/01/2022

27

Bab 27 27. Zaka Sakit

02/01/2022

28

Bab 28 28. Tara yang Merajuk

02/01/2022

29

Bab 29 29. I Love You

02/01/2022

30

Bab 30 30. Nasib Zaka

02/01/2022

31

Bab 31 31. Masalah Cinta Mei dan Didu

03/01/2022

32

Bab 32 32. Arle dan Didu Teman Kampus

03/01/2022

33

Bab 33 33. Erik Memukul Zaka

03/01/2022

34

Bab 34 34. Guna-guna Laras

03/01/2022

35

Bab 35 35. Guna-guna Bagian 2

03/01/2022

36

Bab 36 36. Laras Kena Batunya

07/01/2022

37

Bab 37 37. Mei Jujur pada Zaka

07/01/2022

38

Bab 38 38. Keguguran

07/01/2022

39

Bab 39 39. Dukun Banten

07/01/2022

40

Bab 40 40. Zaka Kecelakaan

07/01/2022