AKU DAN TEMAN SUAMIKU
akin deras air itu tumpah, tanpa bisa dibendungnya. Bahu bergetar tanda menahan kepedihan atas semua yang ia jalani saat ini. Ditariknya selimut bulu bermotif hello kitty menutupi tubuh polos
a kepedihan i
kontrol ke dokter asma. Tara pun menjalani hari seperti biasa mengajar anak-anak tetangga calistung di pagi dan sore hari. Sore ini ia
an Fia hidup berdua. Yaah..hidup berdua, karena Z
piri Tara yang sedang
menoleh tersenyum
apa n
" Tara
anya Fia lagi semaki
ja, sayang." Tara
kini sudut bibirnya turun ke
enangkan putri kecilnya, bagaimana pun dua hari Zaka pernah menginap disini memberi kesan pada Fia sosok diriny
ng datang. Wajahnya cemberut kembali duduk di bawah memegang bonekanya, begitu terus sampai ada empat mobil yang lewat di depan rumahnya, Fia berlari ke jendela. Tara menatap iba pa
eseorang yang dinanti Fia
anya, berlari men
a," ucapnya kegirangan
ntuk suaminya. "Wa'alaykumussalam," sahut
tengah menggendong Fia. Putri kecil Tara si
an kaos kaki suaminya, sedikit canggung Zaka membiarkan Tara melakukannya. Setelahnya kaos kaki tersebut dim
mbut Fia lembut dan menaruhnya di sofa beserta bonekanya. Putri k
, lalu mencium pipi kiri Fia. Fia tertawa senang, menatap lel
anya dengan rapi. Tara melewati cermin, kucel! Cepat Tara bersisiran, lalu menguncir ekor kuda rambut sebahunya. Mengangkat tangan sampa
lle
asuk, karena kaget keduanya berbenturan, kening Tara mengenai dada polos Zaka, k
akan untuk menyiapkan makanan. Zaka memperhatikan Tara sambil
engah duduk menyantap makan malam dengam sayur asem, cumi asin
wabnya masih asik melahap
t apa
sin
ak Mei lekas s
ngan tenang, tak bertanya lag
mbil menatap Tara intens, Tara tersen
ggam erat jari telunjuk Zaka. Tara tersenyum bahagia, paling tidak putri kecilnya memiliki sosok ayah, walaupun sesekali datang, tapi tak apalah. Tara rela, asa
atas ranjang dengan hati-hati agar tak membangunkannya. Zaka masih menemani Fia, rebahan di sampingnya. Lalu Tara
aka sambil mene
a tak terlalu larut dalam alunan sentuhan lelaki itu, namun raganya seakan tak setuju, raga itu menikmati, walaupun tetap gul
Tara. Harga dirinya sebagai wanita hancur berkeping-keping. Menangisi hatinya yang ternyata cemburu deng
, tak ingin dilihat cengeng oleh Zaka, Zaka tak boleh tahu bahwa dirinya kalah dengan
memakai baju kaos serta celana pa
capnya sambil mer
erdiam
nya terbit, bagaimanapun kabar itu adalah kabar bahagia bagi Zaka dan Mei yang
imak
am waktu lama tidak bis
elulangnya rasa remuk. Kecewa sungguh kecewa, itulah jerit di hatin
Fia dan tersenyum pada Tara. Tara mengangguk sedih, tak boleh air matanya turun saat
apa arti dirinya bagi Zaka, istri?sepertinya tidak. Saudara? bukan juga. Apa mung
a, menanyakan kabar pun tidak. Lama Tara memandangi ponselnya, kebanyakan
pak RT. Lalu tak mengingat apapun, saat matanya terbuka. Sud
Tara, ka