Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dinikahi Suami Majikan

Dinikahi Suami Majikan

Diganti Mawaddah

4.6
Komentar
20.5K
Penayangan
51
Bab

Laili tidak pernah bermimpi untuk menikah di usia sangat muda, tetapi saat ini seorang pria dengan rambut yang mulai memutih, yang biasa ia panggil 'Tuan' kini sudah resmi menikahinya secara agama.

Bab 1 1. Diputusi Pacar dan Ibu Meninggal

"Teh Laili! Kaus kaki Doni ke mana nih yang warna hitam?" teriak Doni, si sulung yang berusia tiga belas tahun pada Laili, pembantu rumah tangganya yang sedang sibuk memasak nasi goreng di dapur.

"Udah, sana gih! Cariin kaus kaki Doni," titah ibunya yang juga ART di rumah keluarga Arya Jovan dan Ririn Anastasia.

Laili mengangguk. Lalu dengan setengah berlari naik ke lantai dua. "Iya, sebentar Teteh carikan!" sahutnya dengan sedikit berteriak.

"Laili, obat nyonya yang harus diminum pagi hari sudah kamu berikan?" suara bariton berat membuat langkah Laili berhenti, lalu menoleh pada majikannya yang bernama Arya Jovan, suami dari Ibu Ririn Anastasia.

"Belum, Tuan. Sebentar lagi, saya mau cari kaus..."

"Teeh, cepaaat!" teriak Doni semakin kencang dari kamarnya.

"Permisi, Tuan," pamit Laili, lalu berlari masuk ke dalam kamar Doni.

Ternyata, kaus kaki yang diminta oleh Doni sudah ia masukkan ke dalam tas tadi malam. Pantas saja mencari hingga sepuluh menit tidak ketemu. Wajah Laili memucat saat Doni mulai marah-marah karena kaus kakinya tidak ditemukan.

"Maaf, Teh. Ternyata ada di dalam tas," ujar Doni sambil menyeringai.

"Teteh...tolong kuncirin rambut Anes!" suara anak kecil berusia enam tahun, memanggil Laili untuk meminta dirapikan rambutnya. Dengan tersenyum, Laili menghampiri gadis kecil itu, lalu membantunya mengikat rambut.

"Mau dikepang seperti teteh," pintanya menunjuk rambut Laili yang selalu saja dikepang dua.

"Tidak bisa, Anes sayang. Rambut Anes masih kurang panjang untuk dikepang. Nanti ya kalau sudah lebih panjang," terang Laili dengan lemah lembut.

"Ya sudah." Gadis kecil itu pun menurut.

"Laili, tolong buatkan susu Dira!" teriak Bu Ririm dari kamarnya.

Dira, bayi berusia sepuluh bulan yang sangat lucu dan menggemaskan. Laili begitu betah berlama-lama bila bermain bersama bayi gembul itu. Jika semua minta tolong padanya, lalu ke mana ibu mereka, sang Nyonya rumah?. Bu Ririn mengalami lumpuh permanen sesaat setelah melahirkan bayi Dira, sepuluh bulan lalu. Sehingga untuk mengurus rumah tangganya, ia mempekerjakan Bu Laila dan juga puterinya Laili.

"Laili, cepat! Dira nangis ini!" seri suara Bu Ririn lagi, menyadarkan Laili dari lamunnya.

"Ah, iya Nyonya."

Semua ia lakukan dengan semangat penuh dan suka cita. Karena apa? Karena keluarga Bu Ririn sudah mau membiayai sekolahnya hingga ia hampir lulus SMA satu bulan lagi. Laili dan ibunya, tentu saja tidak bisa membalas kebaikan keluarga Bu Ririn, selain dengan bekerja sebaik-baiknya.

****

Laili mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi menuju sekolah. Keringat mengucur deras membasahi baju seragam putih abunya. Tak pernah ia pedulikan penampilannya seperti teman-teman sekolah seusianya. Hanya mengenakan ransel besar milik Tuan Arya yang sudah tidak terpakai, serta rambut yang selalu saja dikepang dua. Tidak mengenakan jam tangan ataupun aksesoris yang lain. Ia berpenampilan apa adanya.

Senyumnya terbit tatkala berpapasan dengan Danu, teman sekolahnya yang sudah setahun ini menjadi pacarnya. Meskipun tidak pernah berkencan seperti teman-teman lainnya, tetapi hubungan mereka tetap baik.

"Hai, Danu," sapa Laili dengan senyum manisnya. Laili segera memarkirkan sepeda lipat milik Doni, anak majikannya yang selalu di pakai ke sekolah. Danu tidak menjawab, hanya tersenyum tipis saja. Laili terheran, kenapa Danu berwajah masam? Apa mungkin ada masalah di rumahnya? Laili bermonolog. Memperhatikan Danu yang berjalan lebih dulu menuju kelas, meninggalkan dirinya yang masih tergugu di parkiran.

Laili merapikan baju, poni, berikut membetulkan letak tas ranselnya. Kemudian berjalan penuh semangat masuk ke dalam kelas.

Dua jam pelajaran sudah berlangsung, sebenarnya hanya tinggal penyampaian materi yang tertinggal saja, karena minggu depan mereka sudah melaksanakan Ujian Nasional. Laili menoleh ke belakang, tempat Danu duduk bersama Faisal, teman sebangkunya. Pacarnya itu berwajah murung dan tanpa bicara sedikit pun padanya.

Laili menghela nafas panjang, lalu kembali memperhatikan penjelasan dari guru. Saat jam istrirahat tiba, seperti biasa, Laili membawakan bekal untuk Danu. Kakinya ringan melangkah ke kantin, karena saat jam istirahat seperti ini, mereka selalu makan bekal berdua di kantin.

"Danu, kamu sakit ya?" tanya Laili kini sudah duduk di samping Danu. Tangan kanannya menyerahkan kotak bekal pada Danu sambil tersenyum pada angin, karena Danu tidak sedikit pun menoleh padanya.

"Hari ini, ibu masak ayam goreng rempah. Enak deh, ayo makan!" Laili membukakan bekal makan untuk Danu.

Prraaak!

Danu menghempas kotak bekal pemberian Laili, membuat gadis itu tersentak kaget. Semua orang yang berada di dekat mereka juga ikut memperhatikan kotak bekal yang telah berhamburan isinya di lantai kantin.

"A-ada apa, Nu?'" tanya Laili dengan tergagap. Air matanya sudah turun dengan deras membasahi kedua pipinya.

"Aku bosan dengan kamu, Laili. Mulai hari ini kita putus!" Danu menghentakkan kursi kantin di depan Laili, lalu meninggalkannya. Gadis itu masih menangis sedih, butiran nasi yang berserakan membuat hatinya sakit. Ayam goreng rempah yang sangat enak itu, terlihat mengenaskan berada di bawah kolong meja kantin. Dengan kaki gemetar, ia mengambil sapu yang tak jauh dari mejanya. Tangannya yang juga gemetar, memungut satu per satu benda yang teronggok lantai. Mulai dari kotak bekal, tutup kotaknya, serta ayam goreng yang telah kotor.

Semua mata memandang Laili dengan iba, tetapi ada juga yang cuek saja.

"Laili, ada apa?" Suci teman sebangku Laili menghampiri Laili di kantin. Betapa kagetnya ia, saat melihat Laili menangis dengan kotak bekal yang ia pegang sambil bergetar.

"Danu memutuskan hubungan kami," lirih Laili begitu sedih.

"Ya Allah, emangnya kenapa?" tanya Suci. Laili menggeleng tidak tahu. Lalu melanjutkan kegiatan menyapu membersihkan remah nasi di lantai kantin.

Air matanya susah sekali diajak berhenti, bahkan hingga jam pelajaran berakhir di pukul dua siang. Tidak berani kepalanya menoleh ke bangku belakang, hatinya begitu sakit saat ini.

"Kamu bisa pulang dalam keadaan sedih begini?" tanya Suci saat mengantar Laili ke parkiran sepeda.

"Bisa, hiks... Aku ga papa , kok. Terimakasih Suci, aku pulang dulu ya," Laili mencoba tersenyum pada sahabatnya Suci. Lalu mulai mengayuh sepeda menuju rumah majikannya.

Dada Laili berdebar kencang, ia begitu sakit hati dan terpukul bila mengingat perlakuan Danu padanya di kantin tadi. Apa yang salah dengan dirinya? Bukannya dia menyukai Danu, begitu juga Danu. Ia setiap hari membawakan makanan untuk pacar ABGnya itu, bahkan ia juga membantu Danu mengerjakan PR. Apa yang salah dengan semua yang ia lakukan?

Air matanya tak kunjung berhenti saat ia sampai di rumah majikannya. Sudah ada Tuan Arya dan beberapa orang di dalam rumah majikannya dengan bendera kuning yang menempel di pagar rumah. Dada Laili semakin berdebar, apakah Nyonya Ririn? Ya Allah. Dengan wajah pucat, Laili mengayuh sepedanya memasuki pekarang rumah majikannya.

"Ya Allah, Laili. Untung kamu sudah pulang," ujar Tuan Alam, adik dari Tuan Arya.

"Ini ada apa, Tuan?" tanya Laili bingung.

"Laili, maaf. Bu Laila kena serangan jantung dan.."

"Apa?!"

****

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Diganti Mawaddah

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Dinikahi Suami Majikan
1

Bab 1 1. Diputusi Pacar dan Ibu Meninggal

02/01/2022

2

Bab 2 2. Diminta Menjadi Istri Kedua

02/01/2022

3

Bab 3 3. Menerima Tawaran

02/01/2022

4

Bab 4 4. Melihat Majikan Pacaran

02/01/2022

5

Bab 5 5. Mencoba Baju Pengantin

02/01/2022

6

Bab 6 6. Alhamdulillah SAH

02/01/2022

7

Bab 7 7. Pengantin Baru

04/01/2022

8

Bab 8 8. Sarapan Pertama sebagai Madu

04/01/2022

9

Bab 9 9. Laili Menampar Danu

04/01/2022

10

Bab 10 10. Berciuman

04/01/2022

11

Bab 11 11. Ririn Cemburu

07/01/2022

12

Bab 12 Darah Perawan

12/01/2022

13

Bab 13 Stempel Merah di Leher Laili

12/01/2022

14

Bab 14 Ririn Cemburu, Laili Diusir

12/01/2022

15

Bab 15 Laili Pergi

15/01/2022

16

Bab 16 Akhirnya Bertemu

15/01/2022

17

Bab 17 Apakah Laili Pelakor

15/01/2022

18

Bab 18 Rencana Jahat Ririn

18/01/2022

19

Bab 19 Siapa Salman

18/01/2022

20

Bab 20 Tanda Merah di Pundak Laili

18/01/2022

21

Bab 21 Pil KB untuk Laili

18/01/2022

22

Bab 22 Anes Hilang

18/01/2022

23

Bab 23 Fitnah yang Keji

19/01/2022

24

Bab 24 Ririn Jatuh dari Tangga

19/01/2022

25

Bab 25 Laili Pergi

19/01/2022

26

Bab 26 Flashback

19/01/2022

27

Bab 27 Kesedihan Laili

19/01/2022

28

Bab 28 Doni

21/01/2022

29

Bab 29 Ada apa dengan CCTV

21/01/2022

30

Bab 30 Kesaksian Doni

21/01/2022

31

Bab 31 Kecelakaan

21/01/2022

32

Bab 32 Kebohongan

21/01/2022

33

Bab 33 Talak

21/01/2022

34

Bab 34 Kemarahan Arya

21/01/2022

35

Bab 35 Kissing

21/01/2022

36

Bab 36 Kemarahan

25/01/2022

37

Bab 37 Kebahagiaan Arya

25/01/2022

38

Bab 38 Laili Diserang Ririn

25/01/2022

39

Bab 39 Kebenaran yang Diketahui

25/01/2022

40

Bab 40 Akibat Keegoisan Ririn

25/01/2022