"Mas, aku lelah. Kita akhiri saja semua di sini."_Kayara Adeluwis. "Berpisah? Ck! Beranganlah setinggi mungkin, saya tidak akan menceraikan kamu sebelum Kalisa kembali."_ Steven Alexander. Kayara di paksa menikahi calon kakak iparnya sendiri, lantaran sang kakak yaitu Kalisa tiba-tiba saja menghilang tepat satu hari sebelum pernikhan. Mau tidak mau, Kayara harus terima di jodohkan dengan lelaki yang tak di cintainya bahkan tak di kenalnya, yaitu Steven Alexander. Dua tahun lamanya pernikahan, nyatanya tak mampu buat Kayara meluluhkan hati dingin seorang Steven, dia pun sampai di titik lelahnya. Bagaimana kisah keduanya? Akankah Kayara lepas dari jeratan Stev, atau malah sebaliknya?
"Aku lelah Mas, kita akhiri saja semua di sini," lirih wanita cantik berbadan mungil, yang terduduk lemah di sofa, matanya sudah basah oleh air mata.
Dia Kayara, Kayara Adeluwis. Wanita cantik berperawakan kecil, dia merupakan anak kedua dari pasangan Andreas Adeluwis dan Kamila Adeluwis. Dia memiliki seorang kakak perempuan bernama Kalisa Adeluwis, namun Kalisa tiba-tiba memghilang dan sampai saat ini tak kunjung kembali dan di temukan.
"Berpisah? Ck! Beranganlah setinggi mungkin, saya tidak akan menceraikan kamu sebelum Kalisa kembali." Sahutan dari lelaki berkemeja putih itu semakin membuat air mata Kayara berjatuhan. Lelaki itu adalah suaminya.
Steven Alexander. Lelaki tampan dan kaya yang merupakan seorang pengusaha muda. Anak tunggal dari pasangan Dirga Alexander dan Marisa Alexander.
"Mau sampai kapan kamu terus mengurungku di rumah mewah ini, bebaskan aku. Kakakku tidak akan kembali, bahkan sampai detik ini tidak ada kabar darinya." Muak. Itu yang di rasakan Kayara saat ini. Ia sangat muak akan kisah pernikahannya yang sama seperti neraka baginya.
Selama pernikahan ini, dia tidak pernah di anggap oleh Steven, sang suami. Yang ada di otak dan hati Stev, hanyalah Kaliasa, kakaknya yang memghilang sampai saat ini tak di temukan.
Saat ini yang hanya bisa Kayara lakukan adalah menyesali keputusannya. Dan berharap waktu bisa ia putar kembali, namun nyatanya waktu tak dapat di putar balik. Ingatannya pun kembali melayang pada kejadian dua tahun lalu.
Kala itu, perjodohan terjadi di antara dua keluarga bernama besar yaitu, Alexander dan Adeluwis. Awalnya semuanya berjalan lancar, pihak yang di jodohkan pun menerima, kala itu yang di jodohkan adalah anak tunggal dari pasangan Alexander yaitu Steven Alexander, dan anak pertama pasangan Adeluwis yaitu, Kalisa Adeluwis. Pada pertemuan pertama mereka sama-sama setuju tidak ada penolakan, karena pada dasarnya Stev dan Kalisa memang sudah saling mengenal, bahkan mereka berteman saat duduk di bangku kuliah dulu. Namun satu hari menjelang pernikahan, tiba-tiba saja Kalisa menghilang tanpa jejak, keluarga yang kala itu tak ingin menanggung malu pun tetap melangsungkan pernikahan, dan Kayara di paksa menggantikan sang Kakak.
Ingatan Kayara akan masa lalu buyar, mendengar suara langkah tegas Stev.
Rahang Stev mengeras mendengar ucapan dari Kayara yang membuatnya berapi-api. Ia mendekati Kayara, lalu mencengkram kuat rahang kecil wanita yang berstatus istrinya itu.
"Apa yang baru kau katakan hah! Berani-berani nya kau berkata seperti itu!" bentak Stev marah masih dengan tangan bertengger di rahang sang istri.
Bukan cuma hatinya kali ini yang sakit, tapi raganya. Dengan kekuatan penuh dan berlinang air mata, Kayara melepaskan tangan kekar Stev dari rahangnya. Dan akhirnya berhasil meski susah payah.
Huh!
Nafas Kayara memburu, dadanya naik turun memandang tajam Stev di hadapannya saat ini.
"Gila kamu Mas, bukan cuma hati aku aja yang kamu sakitin, tega!" berang Kayara berteriak.
Sedangkan Steven seakan tersadar dari iblis yang merasuknya, ia menyesali perbuatannya barusan, ia akui dia sangat kasar dan keterlaluan. Tidak seharusnya dan sepantasnya ia berlaku seperti itu. Di lihatnya Kayara yang memandangnya dengan tatapan terluka.
"Ka-kayara saya-"
Langkah Stev terhenti saat ia maju mendekat, Kayara malah mundur.
"Aku benci kamu Mas!" setelah berucap demkiam Kayara berlari menuju kamarnya. Ya, hanya kamarnya, karena selama ini mereka tidur terpisah, tidak ada istilah kamar bersama selama dua tahun ini.
***
Hari berganti, Kayara seperti biasa bangun pagi dan menyiapkan sarapan, setelahnya ia bersiap pergi ke toko kuenya. Pagi ini tidak ada kopi hitam yang tersedia di meja makan, jika biasanya dia selalu menyuguhkan kopi untuk sarapan sang suami, maka kali ini tidak.
Kini wanita berbadan mungil itu, tengah duduk menikmati nasi goreng serta segelas susu hangatnya, dia sudah terlihat sangat cantik dan fress dengan dress selutut yang membalut tubuhnya.
Tap! Tap! Tap!
Suara langkah kaki terdengar mendekat, suara langkah kaki siapa lagi jika bukan langkah Steven Alexander, penghuni lain rumah mewah itu.
Steven melirik ke arah Kayara yang sibuk sarapan,bahkan kehadirannya tak mengusik wanita itu. Padahal biasanya Kayara selalu memperhatikannya, selalu menyuruhnya sarapan, tapi pagi ini tidak.
"Ekhem!" deheman Steven seakan-akan tak terdengar di telinga Kayara, semakin membuat Stev menaikan alisnya bingung.
Hingga matanya menatap meja, mencari keberadaan secangkir kopi yang biasanya setiap pagi selalu ada.
"Kayara, di mana kopi saya?" tanya Stev dengan tatapan bertanya-tanya.
Kayara bangkit, meninggalkan sisa sarapannya. Matanya yang semula lembut kini memandang Stev dengan tatapan datar, dingin, seakan tak ada kehangatan yang pernah ada. "Bikin sendiri saja, atau tunggu Kak Kalisa kembali, lalu minta buatkan dia," ucapnya, suaranya sehalus bisikan namun menikam seperti es.
Steven bungkam, terdiam, ia seperti melihat bukan sosok Kayara yang biasanya. Karena biasanya, Kayara selalu berbicara lembut dan melayaninya dengan patuh. Tidak seperti sekarang ini.
Sementara Kayara melangkah pergi dengan menjinjing tas mahalnya. Setalah keluar dari rumah, ia menghembuskan nafasnya, membuangnya kasar.
'Huh! Kamu pasti bisa Kayara, kamu lelahkan menjalani pernikahan yang hanya kamu menganggapnya, sekarang waktunya kamu bangkit, dua tahun rasanya sudah sangat cukup untuk kamu merasakan pahitnya pernikahan, lepaskan dia yang tidak bisa menerimamu, jangan biarkan hatimu terus-menerus lelah Kayara.' Batinnya mencoba memotivasi dirinya sendiri. Ia pun melajukan mobilnya menuju sebuah toko kue miliknya sendiri.
Sementara Stev tengah berdiri kebingungan di depan lemari pantry, pasalnya dia tidak tahu di mana letak-letakknya kopi, gula dan kawan-kawannya. Karena selama ini, Kayara lah yang mengurus semuanya.
'Huh! di mana letaknya kopi, astaga!' kesalnya sembari mengusap rambutnya kasar.
Baru kali inilah ia merasa kehilangan sosok Kayara, kehilangan sosok yang biasanya mengurus semua keperluannya.
Kesal, tak mendapatkan kopi yang entah di mana letaknya. Stev meraih ponselnya kasar.
Lalu menghubungi seseorang.
"Nik, cari kan orang untuk bekerja di rumah, harus ada hari ini!" ucapnya memerintah pada seseorang di seberang telepon sana.Dan tanpa menunggu sahutan ataupun jawaban dari lawan bicaranya, Stev langasung memutuskan sepihak panggilan telponnya.
***
Sebuah toko kue dengan tulisan Kayara bakery terpampang besar dan indah. Itu merupakan toko kue milik Kayara, yang di kelolanya dari hanya toko kecil hingga sebesar sekarang.
Kini Kayara tengah berada di ruangannya, matanya tertuju pada figura foto, di mana dia dan sang Kakak Kalisa tengah tersenyum riang menatap kamera, kala itu Ayah mereka lah yang memotret Kalisa dan Kayara kecil. Umur keduanya hanya terpaut dua tahun saja.
"Kakak di mana Kak? Kakak tau? Semuanya runyam setelah Kakak menghilang. Aku di paksa Ayah untuk menggantikan Kakak. Dan Ayah menikah tak lama dari pernikahanku, Ayah menikahi seseorang yang tak aku sukai. Ayah kini sudah bahagia Kak sama keluarga barunya, bahkan menanyakan kabarku saja tidak. Dan sekarang aku sendiri. Suami? Dia hanya mencintai Kakak, tidak ada aku dan hanya Kakak.' Monolognya di dalam hati.
Kayara meraih ponselnya yang tergeltak di atas meja kerjanya, ia berniat memesan makanan online, karena sebentar lagi jam makan siang. Biasanya dia selalu pulang ke rumah memasak sendiri. Baru saja ia hendak membuka aplikasi berwarna hijau, sebuah panggilan masuk.
Deg!
Jantung Kayara berdegub kencang membaca nama yang tertera di layar ponselnya.