Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah Liar dan terpendam Sang CEO

Gairah Liar dan terpendam Sang CEO

QueenMaa

5.0
Komentar
15K
Penayangan
42
Bab

"Aku menginginkanmu! Maka jadilah milikku! Aku tidak menerima penolakan!" Ucap Devien penuh penakanan. 
 Mata Nindy sudah berembun. "Tolong! Tolong!" Nindy berusaha meminta tolong dengan berteriak sekuat tenanga. 
"Huuust! Simpan suaramu untuk mendesah, karena suaramu hanya akan terbuang sia-sia saja, kau tahu 'kan jika ruangan ini kedap suara, siapa yang akan mendengarmu hm?" Devien sekarang benar-benar di pengaruhi nafsu, gairahnya yang terpendam sudah menguar. baca selengkapnya di bawah ;)

Bab 1 jesi💦

"Akhhh! Akhhhh!

"Yeahhh Shhh ahkhhh oh shithhh!

"emphhhhh!"

"Terus jalanghhhhh!!!" desah seorang lelaki tampan dengan tangan sibuk memainkan ular pitonnya sendiri. Lelaki itu tengah bermain solo dengan fantasi yang sangat liar.

"Akhhhhhhh!!" pekionya saaat cairan putih kental keluar. Matanya terbuka dan barulah dia tersadr, dengan cepat dia memasukkan ular pitinnya kembali.

Prang!

Tiba-tiba saja dia merasa kesal dan marah, lalu melempar asal gelas kaca hingga berserakkan di lantai. Dia adalah Devienchent, lelaki muda yang masih berusia 28 tahun, dia merupaka seorang ceo termuda dan terkaya saat ini di dunia perbisnisan.

"Akhhh!" erangnya tak tahan sembari mengepalkan tangannya berusaha memendam rasa gairah yang bergejolak, nyatanya permainan solo tak cukup membuatnya puas. Semua itu terjadi karena matanya tak sengaja menatap seorang wanita yang memakai seragam office girl, dia sendiri tidak tahu mengapa pertahanannya luluh lantak hanya dengan tak sengaja melihat belahan dada si office girl yang tadi ke ruangannya. Padahal sebelumya dia selalu bisa mengendalikan dirinya, meskipun berhadapan dengan wanita seksi sekalipun dia masih bisa menahannnya, tapi entah mengapa dengan wanita beraeragam office girl itu ia seakan hilang kendali tak bisa menahan gairahnya.

Devien memang memiliki bafsu yang sangat tinggi, tak banyak yang tahu akan hal itu. Hanya Daniel asisten pribadinya saja ya g tahu akan hal itu, karena Daniel lah yang selalu mencariknnya boneka untuk di tiduri memuaskan gairahnya. Itu pula alasannya tidak ingin berdekatan dengan seorang wanita, selama ini dia menyembunyikan kebisaannya gilanya itu dengan bertopeng lelaki dingin tak tersentuh, banyak yang beranggapan jika dirinya tak tertarik pada wanita. Nyatanya itu semu tidak benar, dia sangat tertarik pada wanita, karena dia sangat tertarik maka ia membentengi dirinya sendiri.

Akhhh! "Sial! Kenapa berdiri begini!" kesal Devient melihat ke bawahnya ada yang mengembung di balik celana cinos hitamnya.

"Siapa wanita itu!? Berani-beraninya dia sudah membuat aku gila seperti ini!" kesalnya dengan tangan mengepal.

Di raihnya ponselnya yang tergeletak di atas meja, lalu menghubungi seseorang, siapa lagi selain Daniel sang asisten.

"Daniel! Cepat bawa seseorang yang bisa ku jadikan boneka sekarang juga!" perintahnya.

Daniel di seberang telpon terkejut, pasalanya majikannya tidak pernah seperti ini, dia tidak pernah meminta di saat jam kerja seperti sekarang ini. "Sekarang Tuan?" tanya Daniel memastikan.

"Sekarang Daniel! Bawa cepat atau ku pecat!! Ahh ya, pastikan tidak ada yang tahu!" ucapnya sebelum mematikan sambungan teleponnya.

Daniel langsung saja menghubungi seseorang, untung saja dia sudah siap siaga menyiapkan seorang wnaita baru yang bisa di tiduri majikannya itu dengan puas. Dengan cepat ia bergegas menjemput sosok wanita itu, beruntung keberadaan wanita itu tidak jauh dari perusahaan saat ini.

"Cepat! Sekarang kamu harus bekrja seperti yang kita janjikan." Ucap Daniel pada wanita yang memakai dres seksi.

"Sekarang?" tanya wanita itu ulang.

"Iya sekarang, masuk ke mobil cepat." Perintah Daniel, wanita itu langsung saja masuk ke dalam mobil Daniel. Dan Daniel melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggai kembali menuju perusahaan. Sesampainya di perusahaan, Daniel menahan tangan wanita yang bernama Jesi itu. "Ingat seperti perjanjian kita di awal, kamu harus melayani majikanku tanpa ada yang tahu, kamu tidak boleh melawan dan hanya boleh menurut, kamu hanya di pakai satu kali ini, setelah itu silahkan pergi sejauh mungkin, kau paham!?" ucap Daniel mengingatkan perjanjian mereka.

"Iya-iya aku paham." sahut wanita bernama Jesi itu dengan malas.

"Sebelum itu ganti pakaianmu menggunakan ini," suruh Daniel menyerahkan baju office girl.

Jesi mengerut tak suka melihat baju tersebut, "Pakai ini? Tapi ini jelek!"

"Pakai cepat atau-

"Iya baiklah aku pakai," potong Jesi sembari membuka bajunya langsung di hadapan Daniel tanpa malu-malu.

Daniel yang tak biasa, langsung saja mengalihkan pandangannya ke lain arah. Melihat itu Jesi berdecih, 'Sok suci!' batinnya.

"Sudah." Ucap Jesi yang telah selesai memakai baju office girl, sengaja Daniel menyuruhnya menggunkanan seragam officegirl agar tidak di ketahui oleh karyawan.

"Pakai topi ini, berjalan lah dengan kepala menunduk, ikuti langkahku!"

"Iya."

Keduanya pun keluar dan masuk ke dalam perusahaan, cukup banyak mata yang melihat ke arah mereka. Namun saat melihat baju wanita yang di belakang Daniel

memakai baju office girl, mereka pun tak banyak bicara dan kembali lanjut ke aktivitas masing-masing.

Sampai tiba di hadapan ruangan Devien, Daniel kembali menghubungi sang majikan, memberitahukan jika bonekanya telah siap.

"Hm, bawa masuk ke dalam!" perintah Devien di seberang telpon.

"Ayo masuk." Ajak Daniel. Saat tiba di dalam ruangan, Jesi mengerutkan keningnya saat tak mendapati sosok siapapun di dalam sana.

"Di mana majikanmu? Katanya aku di suruh memuaskannya? Di mana dia?" tanya Jesi runtun.

"Diam, tutup mulutmu!!! Dan dengarkan aku baik-baik, di dsana adalah ruangannya, di dalam sana dia sudah menunggu, kamu harus melayaninya, di larang penasaran akan wajah majikanku, karena dia sengaja memakai topeng, dan jangan pernah sesekali kamu berani penasaran pada wajahnya dan mencoba membuka topengnya, paham!!"

Meski sedikit bingung dan heran mendengar kata topeng, Jesi pun menganggukkan saja kepalanya.

"Sekarang masuk ke ruangan itu dan layani dia!" Jesi mengangguk dan berjalan menuju ruangan yang di tunjuk oleh Deniel, sementara Deniel setelah memastikan Jesi masuk ke dalam kamar rahasia sang majikan barulah dia keluar dari ruangan dan berjaga di depan ruangan.

Jesi masuk ke dalam yang di tunjuk oleh Deniel, saat ia masuk dia langsung menatap ke ranjang di mana ada lelaki berbaring terlentang tanpa busana, dan dia menggunakan topeng di wajahnya.

"Cepat kemari!!" bentak Devien.

Jesi melangkah ragu.

"Buka pakaianmu jalang! cepat!" bentak Devien kesal melihat Jesi yang lamban.

Tak sabar, Devien bangkit dari tidurnya, dan langsung menarik tangan Jesi, mendorongnya kasar ke ranjang, lalu membuka dengan cepat seluruh pakain office girl yang melelat pada tubuh Jesii.

Sret!!

di robeknya paksa kancing yang susah terlepas hingga baju itu robek. Jesi sedikit takut melihat itu, namun ia hanya bisa pasrah saja seperti yang di katakan oleh Deniel.

Devien diam memandangi tubuh Jesi yang sudah tak memakai kain sehelai pun, tanpa menunggu lama dia langsung saja mbuka lebar kaki Jesi dan memasukinya tanpa pemanasan, sontak saja membuat Jesi menjerit.

Devien tak perduli akan teriakan kesakitan dari Jesi, dia terus memacu pinggulnya bak orang kesetanan, tak puas satu posisi, Devien membalik tubuh Jesi lalu kembali menacapkan senjatanya yang besar dan panjang .

"Akhhjhh!" pekik Jesi.

Devien selalu seperti itu jika memakai para bonekanya, dia yak pernah peduli teriakan kesakitan dari si wanita yang ia pakai. Dia hanya peduli kepuasannya, gairahnya yang harus segara di tuntaskan.

"Akhhh akhhh!"

"Berteriaklah jalang!" ucapnya sembari terus memacu pinggulnya dengan kecepatan tinggi.

***

Sementara Deniel di luar, tepatnya di depan pintu ruangan sang majikan, terus melihat jam di pergelangan tangannya.

'Aisss Tuan, cepatlah! Jam rapat setengah jam

lagi!' ucapnya di dalam hati.

Memamg benar setengah jam lagi ada rapat penting yang harus di hadiri Devien, tapi entah mengapa lelaki itu hari ini malah meminta boneka untuk memuaskan gairahnya, padahal sebelum ini tidak pernah ia meminta di kantor, selalu di malam hati dan tentu jauh dari jam penting seperti ini.

'Tumben banget sih juga ni Tuan Devien minta bineka di jam sekarang, kan jadi pusing aku, mana Pak ketua bakal hadir lagi di rapat hari ini.'

Berkali-Kali Daniel merapalkan doa di dalam hati, agar sang majikan menyelesaikan permainannya sebelum rapat di mulai, yang terpenting sebelum ketua datang. Sosok ketua yang di sebut oleh Daniel, adalah Kakek dari Devien, lelaki tu pemilik perusahaan yang di pegang oleh Devien.

Layla yang baru saja datang dari menyiapakn ruang rapat keheranan melihat Daniel mondar mandir bagai setrikaan di hadapan ruangan sang majikan. Dengan kening berkerut, Layla menghampirinya, "Pak Daniel?" panggilnya menyapa. Daniel terlonjak dan lansgung tersenyum pada wanita cantik di hadapannya ini. "Iya Layla, ada apa?" tanya Daniel.

"Apa yang Bapak lakukan di hadapan ruangan Pak Bos?" tanya Laylya bingung.

Daniel meringis. 'Haduh layla cangggung layla canggung hatiku bingung," selorohnya di dalam hati bernyanyi lagu kllasik yang selalu di nyanyikan ibunya dulu. "Enggak Layla, tadi Pak Bos minta jangan ada yang mengganggu dia, saya di suruh berjaga di sini." Sahut Daniel.

Meski sedikit kebingungan. Layla pun mengangguk dan memilih berlalu menuju meja kerjanya mengambil beberapa berkas yang tadi mau ia ambil untuk rapat. Sebelum ia kembali, Layla kembali menatap Daniel sebentar. "Tapi Pak Bos ada di ruangannya 'kan Pak Daniel? Karena sebentar lagi rapat akan segera di mulai." Ucap Layla.

"Ah ya, ada. Ada kok, aman, akan saya pastikan dia datang tepat waktu, kamu tenang saja, dan urus saja keperluan rapat jangan sampai ada yang terlewat." Sahut Daniel dengan senyumannya.

"Emm baik Pak, saya permisi dulu," sahut Layla dan berlalu pergi. Daniel kembali menatap jam di perelangan tangannya lalu menatap ponselnya menunggu pesan dari sang majikan yang belum juga ia terima sampai sekarang. 'Oh ayolah Tuan, mau sampai kapan bersenang-senang,' racaunya di dalam hati.

Di dalam ruangan, Jesi tergolek lemas akibat permainan tanpa jeda yang di lakukan oleh Devien, nafas Jesi terengah-engah, dengan keringat bercucuran di badannya yang Seksi tanpa sehelai pakaian. Devien yang baru keluar dari kamar mandi sudah berpakaian rapi kembali, dia sudah memakai pakiannya, namun topeng masih melekat di wajahnya. Itu adalah aksesoris yang selalu ia pakai saat bercinta, dengan tujuan agar si lawan mainnya tidak mengenali wajahnya, dan agar semua tentang gairah terpendamnya itu tidak di ketahui banyak orang. Devien langsung saja keluar dari kamar rahasia yang berada di dalam kamarnya, dia bahkan tak menoleh sedikitpun ke arah Jesi yang terkulai lemas karenanya. Di raihnya ponsel miliknya dan lansgung menghubungi Daniel, tak sampai satu menit pintu langsung terbuka dan masuklah Daniel ke dalam ruangannya. "Urus dia! Aku tidak ingin melihat dia lagi, dan pastikan dia menutup mulutnya." Ucap Devien.

"Siap Tuan, saya akan mengurusnya." Sahut Daniel patuh.

"Hm, apa rapat sudah di mulai?" tanya Devien melepas topengnya lalu menyimpanya di dalam laci.

"Lima menit lagi Tuan, Ketua sedang dalam perjalanan."Sahut Daniel menyampaikan informasi yang ia dapat dari Layla.

"Hm, kalau begitu aku akan pergi, dan kamu pastikan dia pergi sebelum aku kembali, dan ingat jangan sampai ada yang tahu akan hal ini, dan pastikan dia menutup mulutnya." Ujar Devien sebelum melangkah pergi dari ruangannya. Daniel pun lansgung saja bergegas masuk ke dalam kamar pribadi sang majikan yang berada di dalam ruangan.

Saat masuk ke dalam kamar , di lihatnya Jesi tergolek dengan badan tanpa sehealai kain. Dengan cepat di hampirinya wanita tu. "Ayo bangun, dan bersiap untuk pergi."Ucapnya datar pada Jesi.

Jesi membuka matanya yang sedikit berat, di lihatnya Daniel di hadapannya saat ini. "Berikan aku waktu istriahat sebentar ak-"

"Tidak ada waktu nona Jesi, cepat berpakaian, dan pergi dari sini." Suruh Daniel tegas.

Dengan tubuh berat dan sedikit malas. Jesi bangkit duduk di atas ranjang dengan badan yang sudah hampir remuk. "Boss mu sungguh mengerikan." Ucapya sebelum beranjak masuk ke dalam kamar mandi membawa baju Office girl yang baru yang telah di siapkan oleh Daniel untuknya.

Daniel hanya diam saja, dia sudah tahu, memang seperti itu lah sang majikannya, gairahnya yang terpendam tak banyak orang tahu.

***

Di ruang Office girl, Nindy tengah bersih-bersih, namun Mbak Heni datang menghampirinya. "Nindy, apa yang kamu lakukan di sini? Sudah kamu letakkan air minum di ruang rapat?" tanya Mbak Heni.

Nindy lantas mengerutkan keningnya heran, pasalnya itu bukanlah tugasnya. Itu tugas Lulu.

Tapi Mbak itu 'kan bukan tugas saya." Sahut Nindy.

Mata Mbak Heni yang mendengar itu nyaris terlepas , meolot pada Nindy. "Kamu ini, baru juga bekerja lima hari di sini suah seperti ini, di sini semuanya di kerjakan bersama, bukan tugas-tugas sendiri." Marah Mbak Heni. Mbak Heni adalah kepala Oficce girl di sana.

Nindy pun hanya bisa menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju ruang rapat untuk melihat apa yang kurang dari sana. Namun belum sampai ia di ruang rapat, langkahnya sudah di cegat oleh Bella.

"Heh anak baru!" cegat Bella .

Langkah Nindy pun terhenti, ia tersnyum ramah pada Bella yang berdiri bersedekap dada di hadapannya. "Iya Mbak Bella, ada apa?" tanya Nindy ramah dan sopan.

"Mau ke mana kamu?" tanya Bella dengan nada sinis.

"Mau ke ruang rapat Mbak, di suruh sama Mbak Heni mengecek sesuatu yang kurang di sana." Sahut Nindy apaadanya.

"Heh! Itu tuh tugas aku dan Lulu, kamu gak usah ikut campur, kamu itu belum berhak ikut campur pada urusan yang seperti itu, apa lagi langsung berurusan mengenai para petinggi perusahaan."

Nindy menghembuskan nafasnya berat. Baru lima hari dia bekerja di perusahaan itu tapi rasanya batin dan mentalnya benar-benar terkuras mati-matian, memiliki rekan kerja yang memiki sifat senioritas semua.

"Tapi tadi saya di perintahkan sama Mbak Heni, itu bukan kemauan saya Mbak." Sahut Nindy mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya.

"Halah kamu itu, bilang aja kamu mau cari perhatian kan sama para petinggi perusahaan? Biar apa? Biar di jadikan sugar baby? Halah Nin, muka dan body jelek seperti kamu jangan berharap banyak."

Tangan Nindy mengepal kuat mendengar hal yang di lontakan Bella menyinggung harga dirinya. "Heh Mbak, jaga mulutnya ya! Saya memang baru di sini, tapi bukan berati Mbak Bella bisa semena-mena sama saya, saya tidak pernah berfikiran seperti yang Mbak sebutkan tadi, saya murni bekerja disini tidak ada niat macam-macam. Jadi Mbak tolong di jaga ucapannya!" sahut Nindy tak terima, dia merasa rendah dengan ucapan Bella.

Bella tentu tidak terima dengan sahutan Nindy, dia anggapnya Ninndy berlagak dan berani melawannya yang sudah senior dan lama di sana. "Heh! Kamu jangan sok hebat ya! Kamu berani sama saya!" bentak Bella maju.

Nindy berdecih! DI tatpanya nyalang Bella di hadapannya saat ini. "Aku tidak takut jika aku benar." Sahutnya tanpa gentar.

"Berani kamu sama aku ya!!" Tangan Bella melayang hendak menampar, namun sebuah suara menghentikannya tangannya yang menguara siap mendarat di permukaan kulit pipi Nindy yang mulus bersih.

"Ada apa ini!?" suara tegas itu kembali terdengar.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh QueenMaa

Selebihnya

Buku serupa

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

kodav
5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Juliana
5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku