Kimberly adalah seorang sekretaris yang cukup handal di bidangnya. Ia cantik dan sangat pintar. Tak hanya di pekerjaannya saja, tapi ia juga sangat pintar menjadi seorang istri. Ia pandai memasak dan juga membersihkan rumah. Membuat suaminya, Marcel tak bisa melepaskan diri dari pesona istrinya itu. Keduanya terlihat sangat saling mencintai meski usia pernikahan mereka sudah memasuki usia lima tahun. Marcel yang seorang musisi juga dosen di salah satu universitas pertama. Sikapnya yang sangat romantis membuat rumah tangga mereka cukup hangat. Namun, tanpa keduanya sadari diam-diam hati pasangan masing-masing mulai mendua dengan orang yang tak terduga. Kimberly selingkuh dengan bosnya sendiri. Sementara Marcel terjebak dalam pesona mahasiswinya sendiri. Bagaimanakah nasib pernikahan keduanya? Akankah mereka saling jujur dan mengakui kesalahan masing-masing?
Kimberly seorang sekretaris sebuah perusahaan ternama. Mempunyai keterampilan yang tak ada tandingannya. Wajah cantiknya membuat siapapun akan jatuh hati pada pesonanya. Lulusan S3 di universitas negeri. Karirnya yang melonjak tak membuatnya lupa akan kewajibannya sebagai seorang istri.
Ya, Kimberly sudah memiliki seorang suami yang sangat ia cintai. Menikah lima tahun lalu tak membuatnya menyerah akan mimpinya. Tentu saja dengan dukungan penuh suaminya.
Kimberly yang sedang sibuk menjemur pakaian di halaman rumah sederhananya harus berlari saat mendengar suara yang menggema ke seluruh rumahnya.
"Uhuk ... Uhukk ...." kebulan asap dari dapur membuat Kimberly tak henti batuk-batuk.
Mata sipitnya membulat saat melihat dapurnya yang berantakan. Seorang pria tinggi dengan bahunya yang lebar sedang mencoba menghilangkan asap yang terus keluar dari penggorengan yang hampir menjadi abu.
Marcel, seorang musisi terkenal dengan segala multitelentnya. Meraih banyak teropi penghargaan atas karya-karya yang sudah ia ciptakan. Kaki jenjang dengan tubuh atletis. Hidung mancung serta kulit yang kuning langsat. Menambah kesempurnaan ketampanannya. Jatuh cinta pada Kimberly dan menikahinya lima tahun lalu.
Meski ia sempurna dalam dunia musik, namun ia adalah bodoh dalam hal mengurus rumah. Seperti saat ini.
"MARCEL! KAU INGIN MEMBAKAR RUMAH HAAH?"
Itu Kimberly yang akan selalu teriak mengeluarkan suara terjeleknya. Bahkan para burung yang sedang asyik bertengger melompat, maksudnya terbang dengan cepat saking terkejutnya.
Marcel hanya nyengir lebar menunjukkan gigi rapihnya itu. Dan kaki jenjangnya sudah bersiap berlari tatkala Kimberly dengan sigap berlari sambil membawa sapu ke arahnya.
Bhukk ... Bhukk ... Bhukk ...
Namun, langkahnya selalu kalah oleh kaki mungil itu.
"Sorry ... Ahh ... Sorry Kimberly ..." Marcel mengambil sapu yang digunakan Kimberly dan membuangnya ke sembarang tempat.
Kimberly semakin membulatkan matanya saat Marcel menangkap tangannya yang sedang menggantikan tugas sapunya.
Cup!
"Sorry ... Hehhe." Tawa yang dibuat Marcel serta kecupan kecilnya tak mampu mencegah rona merah di pipi Kimberly. Bahkan amarahnya pun sudah hilang seketika.
"Aku kan sudah bilang biar aku saja yang masak," rajuk Kimberly.
"Hehhe ... Aku ingin membuat sesuatu yang lezat di ulang tahun pernikahan kita tahun ini. Tapi, sepertinya aku gagal. Sorry."
"Huuuhh ... Kalau begitu ganti wajan yang kau hanguskan itu dan-"
"Eits ... Tapi kado spesialku tidak gagal. Mau mendengarkannya?"
Kimberly mengernyitkan dahinya. Ia mengikuti langkah Marcel yang menarik tangannya ke arah ruang kesayangannya itu.
Mana lagi jika bukan studionya. Bahkan Kimberly masih belum berani masuk jika tak mendapatkan ijin. Sebenarnya Marcel tak pernah melarang Kimberly untuk masuk. Malah ia mengijinkan 24 jam. Namun, karena sesuatu yang terjadi dulu dan membuat Kimberly trauma, Kimberly tak pernah ada niat untuk memasuki ruangan itu.
Seperti yang diucapkan Marcel tadi. Kini ia sudah duduk di kursi keramatnya. Mengotak-atik sejenak perlatannya. Dan ... Menekan enter.
Kimberly tersenyum lebar saat mendengar alunan merdu yang keluar dari speeker yang terletak tak jauh darinya. Marcel tersenyum senang melihat Kimberly yang menikmati lagu hasil ciptaannya. Dan tak lama suara bas itupun menyanyikan sebait puisi yang menyentuh hati Kimberly.
Mata Kimberly menyorotkan kebahagian yang tak akan pernah ia lupakan. Begitupun Marcel. Berhenti mengalunkan puisinya. Mendekatkan dirinya dan memberikan sebuket bunga yang terdapat cincin bertaburkan berlian.
Kimberly tak mampu mengeluarkan sepatah kata. Terlebih saat Marcel memasangkan cincin itu. Berdampingan dengan cincin nikah keduanya. Kimberly hanya mampu menitikkan air mata bahagia. Diangkat tubuh Kimberly. Dan terdengar kikikan kecil dari bibir mungil itu.
Sekali ... Dua kali ... Tiga kali ... Marcel terus menghujamkan kecupan- kecupan kecilnya.
"Terimakasih ... Karena masih terus berusaha untuk tetap mencintaiku dan berada disisiku. Kimberly ... I love you."
"Terimakasih juga karena selalu mencintaiku dan tak pernah meninggalkanku. I love you ... Marcel."
Dan kedua bibir itupun saling menyatu. Menyalurkan rasa cinta yang terus tumbuh di hati keduanya.
***
Kini Kimberly sudah kembali kedunia nyatanya. Ia memasuki sebuah perusahaan. Langkahnya selalu disertai sapaan semua pegawai di sana. Posisinya sebagai sekretaris pemilik jabatan tertinggi membuatnya dihormati dan disegani. Meski begitu, kemurahan hatinya serta sopan santunnya membuat tak satu pun dari mereka merasa iri. Karena mereka berpikir, jika Kimberly layak dan pantas mendapatkan posisi tersebut.
Matanya terbelalak saat melihat rangkaian bunga yang sangat besar. Bertuliskan selamat atas ulang tahun pernikahannya yang ke lima. Kimberly tersenyum saat tau siapa yang mengirim itu padanya.
Dilain sisi, Marcel sedang sibuk menjelaskan materi di kelasnya. Kepopulerannya membuat ia mendapatkan tawaran sebagai dosen di salah satu universitas swasta terkenal saat itu.
Di antara puluhan muridnya. Salah satu dari mereka terus menatap dalam pada Marcel. Bahkan saat Marcel memanggil namanya. Wanita manis itu tak sadar akan lamunannya. Membuat Marcel harus memanggilnya dengan keras dan sedikit membentak.
Yah ... Meski Marcel selalu lembut di depan Kimberly. Namun, beda hal jika ia sudah berada di luar jangkauan Kimberly . Sikapnya sebagai dosen terdengar sangar dan killer. Bahkan tak ada yang berani mengambil pulpen yang terjatuh atau menghasilkan suara. Tak termasuk mahasiswi itu, ia dengan santai mengikuti langkah Marcel yang menyuruhnya datang ke ruangannya.
***
Tok ... Tok ...
"Masuk!"
Seorang pria dengan balutas jasnya terlihat tampan terlebih saat melihat Kimberly yang melangkah mendekat ke arahnya. Kimberly tersenyum senang dan berlari memeluk pria itu.
"Kapan kau datang Presdir? Kenapa tidak memberitahukan aku? Tau-tau kau memberikan karangan bunga itu. Gimana caranya aku membawa pulang huh?" omel Kimberly dengan bersandar pada dada bidang Presdir Kris.
"Apa kau tak merindukanku my puppy? Aku buru-buru pulang karena merindukanmu. Apa ... Kau suka hadiahku hmm?" Kris melepaskan pelukan Kimberly. Diangkat wajah penuh rona itu dan mendekatkan perlahan wajahnya.
"Eits ... Kita masih di kantor. Gimana jika ada yang melihat huh?" tolak Kimberly dan sedikit menjauh.
Namun, tangan Kris menangkap pinggang Kimberly dan memperdekat jarak keduanya.
"Kenapa memangnya? Kau duluan yang memelukku. Apa aku harus berhati-hati di kantorku sendiri hm?"
Kris pun mulai memberikan kecupan-kecupan kecil. Awalnya sangat lembut. Namun, Kimberly yang mulai membalas kecupan itu menambah adrenalin Kris untuk mencium lebih.
***
Marcel mengetuk-ngetuk mejanya dengan pensil. Ia menatap mahasiswi yang berdiri malu di depannya berulang kali.
"Berapa kali Bapak akan terus menatapku seperti itu?" ucao Mia. Ia memberanikan diri untuk menatap langsung mata Marcel.
"Lalu harus berapa kali aku menegurmu dan memberikanmu hukuman huh? Apa kau tak bisa sebentar saja serius pada kuliahku?"
"Jika Bapak mau menghabiskan waktu weekend ini bersamaku, maka aku akan serius selama satu semester kedepan."
"Hei!"
Mia sedikit terkejut saat mendengar bentakan Marcel.
"Bulan depan sudah ujian semester. Itu berarti kau hanya serius selama satu bulan. Kemari ... Aku lebih suka memberikanmu hukuman!"
Awalnya Mia merasa takut dan hampir menangis. Namun, saat mendengar kata hukuman. Matanya berbinar dan langsung duduk dipangkuan Marcel. Tanpa aba-aba keduanya langsung saling berciuman dan berpelukan. Bahkan Marcel kini sudah mulai membuka kancing kemeja yang dikenakan Mia.
"Ah ... Mia .. Apa kau sudah mengunci hhmm ... pintu ruanganku ahh?" tanya Marcel disela-sela ciuman hotnya.
"Emm," jawab Mia. Ia hanya berdehem. Karena fokusnya tertuju pada apa yang sedang dilakukan Marcel.
Marcel tersenyum dan terus melanjutkan aktivitasnya.
***
Weekend.
Kimberly sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper. Ia juga menyiapkan bekal untuk Marcel bawa. Semalam Marcel memberitahu jika ia ada seminar akhir minggu ini di pulau Bali. Jauh memang, namun Kimberly hanya mengiyakan tanpa bertanya. Karena ia pun harus berkemas. Bosnya mempunyai jadwal rapat ke Singapura. Dan Kimberly diminta untuk menemani. Marcel pun mengijinkannya tanpa menaruh curiga sedikitpun.
Setelah sarapan pagi, keduanya bersiap akan berangkat. Tak ada prasangka buruk pada keduanya. Mereka seolah sangat percaya satu sama lain. Bahkan keduanya masih sempat berciuman mesra sebelum Marcel menurunkan Kimberly di parkiran bandara. Keduanya pun masih mengucapkan cinta.
Saat Marcel menarik pedalnya dan melajukan mobilnya meninggalkan bandara. Hmm ... Sebenarnya hanya memarkirkan ke parkiran bandara khusus domestik. Karena seseorang sudah menunggunya dengan menenteng dua buah tiket ke Bali.
Kimberly pun tersenyum tatkala sebuah tangan yang memeluk pinggangnya dari belakang. Kris memberikan ciuman kecil dan menarik Kimberly untuk masuk ke penerbangan ke Singapura mereka.
Sementara Mia mengalungkan tangannya di lengan Marcel yang terus tertawa mendengar ocehan Mia.
Kedua pasang kekasih itu pun terbang dengan hati yang berbunga-bunga.
'Karena tak ada cinta yang sempurna. Meski aku memilikimu, namun tidak hatimu' ~ Kimberly & Marcel
Buku lain oleh Armizu
Selebihnya