Pengantin Pengganti Sang CEO
Penulis:Gina Suartini
GenreRomantis
Pengantin Pengganti Sang CEO
Setelah menutup telepon, Esther memutuskan untuk pergi makan siang. Rekan-rekan kantornya sudah lebih dulu meninggalkan kantor. Dia merasakan sakit yang menusuk di bagian tulang belakang lehernya, mungkin disebabkan oleh kerja keras yang dilakukannya selama bertahun-tahun.
Dia berdiri dan mencoba untuk meregangkan tubuhnya sejenak. Merasa lapar, dia segera bergegas turun untuk makan. Ketika sampai di lantai dasar, dia melihat sosok yang tidak asing. Itu adalah Silvia yang sedang memegang lengan seorang pria dengan erat.
Bukankah Silvia melarikan diri dari pernikahan? Apa yang dia lakukan di sini?
Tepat ketika Esther maju untuk melihat dengan jelas siapa wanita itu, seseorang memeluknya dengan erat. Kemudian, sebuah truk besar melaju melewatinya.
"Apa kamu mau mati?" Rudy berteriak dengan nada marah namun juga terdengar khawatir. Esther mendorong Rudy menjauh dan menyadari bahwa wanita di seberang jalan itu telah menghilang dari pandangannya.
"Aku sedang berbicara denganmu saat ini, Nona. Apa kamu tidak mendengarkanku?" Rudy mendidih karena rasa marah. Dia telah datang jauh-jauh dari kantornya untuk makan siang bersama Esther, namun dia justru mendapati Esther yang nekat berlari ke tengah jalan. Dia masih sedikit takut dengan apa yang bisa saja terjadi pada Esther.
Jika tadi dia tidak menariknya, wanita itu akan...
"Apa yang membuatmu datang ke sini?" tanya Esther kepada Rudy.
Esther hanya bisa mendapatkan kembali identitasnya jika dia dapat menemukan Silvia. Dia tidak ingin hidup dengan nama Silvia lagi.
Rudy tampak begitu muram.
Dia baru saja menyelamatkan hidupnya, tapi wanita ini justru bersikap dingin.
Bukankah seharusnya dia berterima kasih padanya karena telah menyelamatkannya?
"Hey. Aku telah menyelamatkanmu, tapi kamu…"
"Terima kasih." Ucapan terima kasih dari Esther meredakan amarah Rudy. Tapi dia tidak tahu harus membalas apa.
"Terima kasih." Esther mengira Rudy tidak mendengar jelas apa yang dikatakannya, jadi dia mengulanginya, "Jika bukan karena kamu, aku mungkin sudah mati."
"Ternyata kamu memahami bagaimana harus bersikap sopan," ucap Rudy dengan nada mengejek.
Esther menggigit bibirnya dan tidak dapat mengatakan sepatah kata pun.
"Apa kamu sudah makan?" Karena Esther hanya diam, Rudy mengubah topik pembicaraan dengan berkata, "Bagaimana kalau kita makan siang bersama?"
"Tidak, kurasa tidak perlu." Esther menggelengkan kepalanya, "Aku sudah makan tadi. Kamu bisa kembali lebih dulu. Hari ini, aku harus bekerja lembur dan mungkin akan pulang larut malam. Jadi, tidak perlu menungguku."
Kemudian Esther pun berbalik dan pergi begitu saja. Ini membuat Rudy merasa kesal.
Berani sekali Esther menolak ajakannya?
Bagus!
Sangat bagus!
Esther harus membayar harga yang pantas karena telah menolaknya!
Esther tidak ingin menghiraukan alasan mengapa Rudy datang ke sini. Yang dia inginkan hanyalah segera naik untuk dapat menyelesaikan rancangan perencanaan Perusahaan Cemerlang. Setelah kembali ke kantor, dia pun sibuk membaca informasi mengenai Perusaahaan Cemerlang, berharap dapat menemukan beberapa informasi yang berguna.
Ketika sudah waktunya untuk pulang, Esther belum menyadarinya. Dia masih saja mengubur diri dalam pekerjaannya yang menumpuk.
Rudy ingin menghukum Esther karena perilaku kasar yang dilakukannya, jadi dia pun pergi ke kantor gadis itu setelah selesai bekerja. Karyawan Perusahaan Periklanan Komandia keluar satu per satu, tapi dia tidak menemukan Esther di mana pun.