Pengantin Pengganti Sang CEO
Penulis:Gina Suartini
GenreRomantis
Pengantin Pengganti Sang CEO
"Aku..." Esther menjawab dengan kedua mata yang terbuka lebar, dia terlihat sangat lugu.
Sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya, Rudy menyelanya dan berkata, "Silvia, aku menjadikanmu sebagai istriku hanya untuk menyenangkan hati kakekku, jika sampai sekarang kamu masih berpikir untuk tidur denganku dan mengokohkan statusmu sebagai istriku, maka aku sarankan kamu berhenti bermimpi"
Rudy memilih Silvia dari ribuan kandidat lainnya hanya karena dua alasan. Pertama, rumor yang menyebar di luar bahwa Silvia adalah anak manja yang berasal dari keluarga kaya, dia adalah gadis bodoh yang telah menyia-nyiakan waktunya. Kedua, Simon Gauri adalah orang yang serakah, hanya dengan memberikan sedikit keuntungan maka dia akan bersikap baik. Selain itu, menurut Rudy, keluarga Gauri tidak akan menjadi ancaman baginya.
Tapi lihatlah apa yang terjadi. Silvia mencoba memikatnya dengan kecantikannya! Dia memamerkan tubuhnya yang setengah telanjang setibanya aku di rumah. Siapa bilang dia wanita bodoh!
Sangat terlihat jelas bahwa dia mengetahui bagaimana cara merayu pria dengan tubuhnya.
Esther awalnya ingin berbicara baik-baik dengan Rudy, tetapi setelah mendengar perkataan pria itu, seketika itu juga dia berubah menjadi sangat marah, dan hendak memanfaatkan situasi tersebut untuk melampiaskan keluh kesahnya.
Dia bangkit dari tempat tidur dan menegakkan badannya lalu menatap mata Rudy dengan berani. Tatapan mata Rudy yang dingin dan ekspresi acuh tak acuh menunjukkan bahwa dia tidak menghormatinya.
Esther semakin marah.
"Tuan Afif, Anda memiliki Nona Septiani yang sangat cantik sebagai pacar Anda. Saya yakin penampilan saya yang biasa-biasa saja, tentunya tidak akan membuat Anda tertarik," kata Esther sambil memberikan senyuman dingin.
"Saya juga tahu kemampuan saya, jadi saya tidak berani meminta Anda untuk memperlakukan saya dengan baik. Saya hanya berharap Anda bermurah hati untuk menandatangani ini, Tuan Afif." Esther mencengkeram erat handuknya dengan satu tangan, lalu menggunakan tangan yang lain untuk mengambil dokumen dari dalam tasnya. Kemudian dia memberikan dokumen itu kepada Rudy.
"Tuan Afif, saya hanyalah orang biasa. Anda ingin saya menikah dengan Anda dan saya telah melakukannya. Saya tahu bahwa Anda mempersunting saya hanya untuk mengalihkan perhatian orang-orang. Tapi bisakah Anda melepaskan saya, saat Anda tidak lagi membutuhkan saya? Saya akan sangat menghargai kebaikan Anda." Esther berbicara dengan nada tulus, sama sekali tidak terdengar ada ejekan, maupun kepura-puraan dalam nada bicaranya.
Rudy sedikit tercengang mendengar perkataannya.
Dalam perjanjian itu hanya tertulis dua kalimat.
Persyaratan Pertama: Pihak A (Rudy Afif) akan membantu keluarga Gauri untuk melewati masa krisis yang tengah berlangsung dan sedang dihadapi keluarganya.
Persyaratan Kedua: Pihak A dan Pihak B sama sekali tidak boleh melakukan hubungan intim dalam bentuk apa pun.
Esther sudah menandatangani perjanjian tersebut di bagian pihak B. Rudy melihat tanda tangan Esther, sangat natural dan indah, terkesan lembut tapi tegas.
"Tuan Afif, mohon segera tanda tangan," kata Esther sembari menyerahkan penanya pada Rudy.
Pria itu sedikit terkejut, tapi tetap keras kepala merasa Esther hanya sedang bermain taktik dengannya.
Sebenarnya dia merasa bersalah karena telah memanfaatkan Silvia, dia kembali ingin memberi tahu gadis itu tentang hal yang sebenarnya terjadi. Dia akan berusaha menebusnya nanti, Tapi, apa yang di lihat di depan matanya itu membuat dia bingung.
"Taktik apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan?"
"Tuan Afif!" Esther cemberut, dia berpikir dengan heran, 'Mengapa pria itu begitu yakin kalau aku sedang mempermainkannya? Aku tidak merencanakan konspirasi apa pun, sebenarnya aku malah sama sekali tidak ingin punya hubungan sedikit pun dengannya. Itulah sebabnya aku menyiapkan perjanjian ini. Apakah kau bisa mengerti?'
"Anda pasti telah bertemu dengan orang yang tak terhitung jumlahnya, dan mudah bagi Anda untuk menilai apakah saya sedang mempermainkan Anda atau tidak. Lagi pula, menandatangani perjanjian ini sama sekali tidak ada ruginya bagi Anda, bukan?"
Rudy menatapnya tanpa mengedipkan mata sama sekali. Ekspresi mata Esther yang bersih tak terlihat adanya kebohongan. Rudy akhirnya setuju untuk menandatangani perjanjian itu tapi dengan satu syarat tambahan, "Aku akan menandatangani perjanjian ini asalkan kamu dapat menyetujui permintaanku."
Esther menyeka matanya sembari Rudy menambahkan satu kalimat di atas kertas itu, 'Pihak B Silvia Gauri harus berperan seperti istri yang baik saat dibutuhkan oleh Pihak A.'
Esther sejenak bimbang, tapi pada akhirnya dia menganggukkan kepala pertanda setuju, Rudy lalu menandatangani perjanjian itu.
Melihat Rudy telah menandatangani perjanjian itu, dia pun merasa lega, dan berhati-hati mengambil kembali dokumen itu. Dia berencana akan membingkai perjanjian itu nanti setelah mempunyai kesempatan.
Dia terlalu fokus pada dokumen itu sampai tidak menyadari bahwa handuk yang menutupi tubuhnya sudah jatuh ke lantai.
Pupil mata Rudy menjadi gelap dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan.
Esther mempunyai mata yang jernih, berkilau seperti bintang di langit. Bulu matanya yang panjang dan lentik, kulitnya yang putih bersih tanpa noda dan sedikit perona merah di wajah; bibirnya halus lembut seperti bunga mawar.
Sampai di saat Rudy melihat tubuh Esther, dia sedikit tercengang.
Tubuh itu ... begitu menawan!
Wanita itu tidak hanya memiliki wajahnya cantik dan anggun, tetapi dia juga memiliki lekuk tubuh yang sempurna dengan payudara dan bokong yang besar. Kulitnya terlihat halus, lembut dan juga lembab.
Rudy tak kuasa menahan diri untuk tidak menatapnya.
Baru setelah beberapa saat Esther menyadari bahwa ia telanjang di hadapan Rudy, ruangan itu tiba-tiba menjadi hening. Dia mengangkat kepalanya, dan seakan-akan melihat lelucon di mata Rudy. Mengikuti tatapan pria itu, wajahnya menjadi merah, dan dengan segera menarik handuk menutupi tubuhnya. Dia merasa sangat malu.
Dia berpikir, 'Apakah Rudy akan mengira aku sengaja melakukannya?'
Dengan malu-malu melihat sebentar ke arah Rudy, dan menemukan bahwa mata pria itu bersih dan tampak tenang, seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
Esther merasa sedikit kecewa.
Dia tidak percaya diri, selalu merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya, bokong yang tidak cukup besar, bahkan setelah melihat reaksi Rudy, jelas bahwa dia tidak menarik baginya.
Sayangnya, dia tidak tahu seberapa sulitnya Rudy menahan ekspresi wajahnya. Dia tidak ingin kehilangan muka di hadapan gadis muda ini.
Tapi dia jelas melihat kekecewaan di wajah Esther.
Rudy telah menjalin hubungan bersama Ayu selama dua tahun, malam yang mereka habiskan bersama bisa dihitung dengan jari bahkan ketika mereka tinggal bersama, Rudy tetap menjaga wibawanya.
Di dunia ini, Ayu adalah orang yang paling mengerti dirinya, dan juga gadis yang paling baik. Oleh karena itu, dia tidak akan mengambil keperawanannya sebelum dia menikahinya.
Ini adalah caranya menunjukkan rasa hormat terhadap Ayu dan juga dirinya sendiri.
Mata Rudy tertuju kepada Esther yang berdiri di depannya, tapi pikirannya tak tahu melayang ke mana.
Tidak tahan lagi dengan tatapan Rudy, dengan wajah yang malu, Esther berkata, "Tuan Afif, ini sudah larut malam, sebaiknya Anda pergi beristirahat."
Dia mengucapkan kata "pergi" dengan suara yang lebih berat.
Esther menunjukkan sikap yang jelas di mana dia tidak ingin tidur sekamar dengan Rudy, karena itu, dia mengingatkannya untuk pergi.
Rudy pun tersadar dan akal sehatnya kembali, dalam hatinya ada rasa enggan untuk pergi, tapi dia tetap mengiyakan, lalu membalikkan badannya pergi ke ruang belajar. Meskipun bertahun-tahun tidur sambil memeluk Ayu, tapi dia tak pernah sekali pun hilang kendali. Namun, sekarang dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeram, jadi Rudy memutuskan untuk mandi dengan menggunakan air dingin selama 30 menit, dengan begitu perasaannya menjadi sedikit mereda.
Keesokan paginya, Esther dibangunkan oleh suara alarm yang berdering. Meskipun dia sudah menikah dan menjadi Nyonya Afif, berada di posisi yang membuat banyak orang iri, tapi jauh dalam lubuk hatinya, ia tahu posisinya hanya sementara, cepat ataupun lambat akan digantikan oleh Ayu.
Untuk pernikahan Silvia, dia sudah mengambil cuti selama 3 hari dan harus kembali bekerja.
Setelah berdandan, dia pergi ke ruang makan dan melihat Rudy sudah berada di sana.
Acara pernikahan kemarin sangat sibuk, dan pada malam hari cahayanya terlalu gelap sehingga dia tidak bisa melihat penampilan Rudy dengan jelas. Sekarang dia berdiri di depan pintu ruang makan dan dengan diam-diam memperhatikan Rudy.
Dia harus mengakui bahwa Ia menikahi seorang pria yang sangat hebat.