Pengantin Pengganti Sang CEO
Penulis:Gina Suartini
GenreRomantis
Pengantin Pengganti Sang CEO
Jika dia tidak memberinya nasihat buruk ini, maka dia tidak akan ingin melakukan hal yang tidak senonoh terhadap Ayu, apalagi kemudian tertangkap basah oleh Rudy.
"Persetan. Pergi dari sini. Sekarang juga." Ayu hampir kehilangan kendali dirinya, jadi Rudy sedang tidak ingin untuk menghukum Direktur Jaka saat ini.
Direktur Jaka buru-buru melarikan diri dari tempat itu. Rudy, dengan wajahnya yang dingin, mengangkat lengan Ayu dan membawanya ke hotel terdekat. Ketika mereka sampai di sana, seorang dokter sudah menunggu kedatangan mereka.
"Bagaimana keadaannya?" Direktur Jaka berkata bahwa obat yang diminum oleh Ayu tidak ada penawarnya, tapi Rudy tidak mempercayai hal itu.
Ayu, dengan wajahnya yang merah, terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Tetapi dia masih memiliki kesadarannya, jadi dia melemparkan dirinya pada Rudy dengan mata penuh rayuan. Di bawah pengaruh obat, Ayu tampak semakin menggoda dibanding sebelumnya.
Meskipun dia pernah berinisiatif merayu Rudy, tapi dia masih memiliki rasa percaya diri seorang superstar seperti kemarin malam. Jadi saat itu dia tidak segera melepas nafsunya. Tapi saat ini berbeda. Dia menjadi lebih berani karena pengaruh obat itu.
"Rudy, tolonglah aku. Aku tidak bisa menahannya lagi..."
Sang dokter tersipu mendengar kata-kata Ayu dan membalikkan badannya dengan perlahan.
Tapi Rudy tidak kehilangan kendali dirinya. Sebagai gantinya, dia mengunci Ayu di dalam kamar dan berjalan keluar dari kamar itu dengan dokter. Kemudian dia menyalakan sebatang rokok dan bertanya, "Apakah ada penyesaian untuk masalah ini?"
Dokter memuji kuatnya pengendalian diri Rudy di dalam hatinya, kemudian berkata, "Tuan Afif, efek obatnya terlalu kuat. Anda sudah tahu solusi pertama ... Solusi kedua adalah... memandikannya dengan air dingin selama dua jam. Tapi akhir-akhir ini udaranya sangat dingin, dan Nona Septiani sangat lemah sekarang... Besar kemungkinannya untuk..."
Sebelum dokter bisa menyelesaikan kata-katanya, Charles sudah menelepon resepsionis hotel. "Tolong antarkan dua tong es batu ke kamar saya."
Untuk membuat Ayu tetap diam, Rudy mencabut kabel telepon dan mengikat sekujur tubuh Ayu dengan kabel itu. Kemudian Rudy memandikannya di dalam air dingin, yang membuat Ayu kembali sadar dan mulai menjadi lebih tenang.
Begitu menyadari bahwa Rudy lebih memilih memandikannya dengan air dingin ketimbang tidur dengannya, Ayu mulai memohon-mohon pada Rudy. "Rudy, tolong lepaskan ikatanku. aku benar-benar sudah tidak tahan lagi..."
"Tidak, cara ini lebih baik bagimu." Rudy menolak untuk mendengarkan permohonan Ayu.
Tidak peduli bagaimana Ayu memohon, Rudy tidak akan tidur dengannya. Kata-katanya yang semula terdengar lembut, berubah menjadi kasar. Dia menggunakan setiap kata yang paling tidak menyenangkan untuk mendeskripsikan diri Rudy dan bahkan menyebutnya impoten.
Dokter yang masih berada di situ terkejut mendengar kata-kata Ayu dan juga melihat wajah Rudy yang semakin lama berubah menjadi semakin tidak enak dipandang. Dari raut wajahnya, dia tahu bahwa Rudy lama-kelamaan semakin marah.
Beberapa saat berlalu. Sekarang Ayu sudah tahu bahwa tidak ada gunanya meneriaki Rudy, jadi ia perlahan-lahan dapat menenangkan dirinya. Rudy kemudian meminta dokter untuk memeriksa tubuh Ayu. Setelah mengetahui bahwa tidak ada masalah apa-apa di tubuhnya, dan Ayu berada dalam kondisi stabil, Rudy meminta dokter untuk pergi meninggalkan mereka berdua.
Ayu tampak gemetar kedinginan walaupun ia sudah berselimut tebal, akibat pengaruh dari mandi air dingin tadi. Melihat bibir Ayu yang pucat, Rudy memesan semangkuk sup jahe hangat untuk ia minum. "Minumlah sup ini, kemudian istirahatlah dengan nyaman. Besok kamu akan baik-baik saja dan akan sembuh seperti sedia kala."
Ayu mendadak mengangkat kepalanya, memandang Charles. Dia bertanya dengan nada sedih, "Rudy Afif, apa sebetulnya yang kamu inginkan?"
Dia sebenarnya pernah mengalami siksaan dingin yang sama ketika dia syuting untuk sebuah film dulu. Dia bahkan bisa berdiri sembari tersenyum dalam balutan gaun pendek, pada suhu di bawah nol derajat Celcius saat bekerja. Tapi hari ini keadaannya berbeda.
'Bukankah akan jauh lebih mudah baginya untuk tidur saja denganku? Mengapa dia lebih memilih untuk menyiksaku dengan air dingin seperti ini?'
Ayu merasa muak saat memikirkan apa yang baru saja terjadi padanya. Dia menyalahkan Ny. Afif.
Dengan pemikiran itu, dia memalingkan wajahnya dan meletakkan sup jahe sejauh mungkin dari hadapannya. Dia berteriak pada Rudy, "Kita adalah pasangan! Aku tidak masalah jika kamu tidak menyentuhku selama kita bersama bertahun-tahun. Aku juga tidak mengatakan apa-apa saat kamu menuruti keinginan kakekmu untuk menikahi gadis itu. Tapi apa yang kudapatkan dari semua hal yang sudah kulakukan untukmu? Rudy, kamu benar-benar membuatku kecewa hari ini."
Rudy tidak menanggapi kata-kata Ayu. Karena dia menumpahkan sup saat menggesernya, Rudy memesan semangkuk sup lagi. Saat mangkuk yang baru datang, Rudy memberikannya pada Ayu dan mencoba untuk menyabarkannya, "Minumlah. Kamu harus bisa menjaga tubuhmu sendiri dengan sebaik mungkin."
Ayu kembali berteriak dengan marah, "Jangan pura-pura peduli padaku, Rudy! Ada begitu banyak orang yang ingin menunjukkan kepedulian mereka terhadapku. Aku tidah butuh perhatianmu yang palsu. Yang aku butuhkan adalah seorang kekasih. Katakanlah padaku, apakah kamu mencintaiku?"
"Ayu, kita akan membicarakan hal ini setelah kamu tenang. Sebaiknya kamu beristirahat sekarang. Aku akan pergi agar kamu bisa beristirahat dengan baik." Rudy menghindari segala kata-kata Ayu dengan kalimat yang ia ucapkan, lalu ia melanjutkan perkataannya, "Jangan lupa minum sup jahenya."
Ayu menunjukkan amarahnya kepada Rudy karena dia selalu yakin kalau Rudy tidak akan pernah meninggalkannya.
Tapi sekarang ia melihat sendiri bahwa Rudy sudah bertekad untuk pergi meninggalkannya. Ayu berubah menjadi panik.
Tanpa memedulikan tubuhnya yang lemah, Ayu menggeser selimut yang menutupi tubuhnya dan memeluk Rudy dari belakang.
Ayu memeluk Rudy dengan erat, seperti berpikir bahwa Charles akan menghilang begitu ia melepaskan pelukannya.
Ia membenamkan wajahnya yang terasa seperti terbakar di atas punggung Rudy dan terus meminta maaf. "Rudy, aku benar-benar minta maaf. Aku hanya merasa sakit hati. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk melampiaskan semuanya padamu.
Apakah kamu menyadarinya? Aku takut. Keadaan kita telah berubah drastis. Kamu telah menikahi gadis itu. Kamu tinggal bersamanya sekarang. Aku sangat khawatir kalau suatu hari kamu akan jatuh cinta padanya. Hal itu membuatku gelisah dan aku ingin terus bersamamu sekarang. Aku tahu bahwa aku terlalu tidak sabar dengan keadaan ini. Tapi kamu pasti akan memahamiku, bukan?
Rudy, tolong katakan padaku bahwa kamu tidak akan jatuh cinta pada gadis itu. Kumohon."
Ayu masih memeluk Rudy dengan erat. Meskipun tidak bisa melihat wajah Rudy, tapi ia bisa merasakan bahwa tubuh yang sedang dipeluknya itu berubah kaku. Kemudian hatinya hanyut.
Tapi ia tetap tidak akan menyerah begitu saja.
"Rudy, aku sungguh-sungguh minta maaf. Tolong maafkan aku. Aku berjanji, aku akan bertingkah laku yang baik dan juga tidak akan pernah membuatmu marah." Ayu mengatakan hal itu dengan nada serius dan sungguh-sungguh.
Setelah beberapa lama hening, ia mendengar sedikit desahan dari Rudy. Kemudian dia menarik tangan Ayu yang sedang melingkari pinggang Rudy.
Dia berbalik menghadap Ayu, memandangnya, dan berkata, "Jagalah dirimu baik-baik. Jangan membuatku terus-menerus mengkhawatirkanmu."
Ayu tidak memahami maksud dari ucapan Rudy.
Rudy sendiri agak bingung dengan keadaannya.
Dia berpikir kalau dia mencintai Rachel, seperti yang selalu dilakukannya, itulah sebabnya ia sangat enggan ketika kakeknya memintanya untuk menikahi gadis lain. Dia selalu berpikir bahwa Ayu adalah orang yang bijaksana dan penuh perhatian. Ayu bisa menjadi istri yang terbaik.
Jadi dia membenci pernikahan yang telah diatur oleh kakeknya, juga ia membenci istri yang dinikahinya.
Namun baru-baru ini, dia menemukan bahwa ternyata Ayu tidaklah jauh berbeda dengan gadis-gadis lain.
Dia bahkan bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah dia mencintai Ayu atau tidak. Atau apakah dia hanya terbiasa memiliki Ayu di sampingnya?
Rudy membuang puntung rokok yang baru diisapnya dan menyalakan mobil. Sebuah pesan dari Ayu nampak di layar ponselnya, berbunyi: Maafkan aku.
Dia melempar ponsel itu.
Ketika Rudy tiba di rumah, Esther yang mendengar suara langkah Rudy segera menuruni tangga dalam kebingungan.
Dia mengira bahwa Rudy tidak akan pulang malam ini. Ia bertanya dengan sopan pada Rudy, "Kamu sudah pulang. Apakah kamu lapar? Apakah kamu mau makan mie?"
Tanpa diduga, Rudy, yang merasa sangat lelah, mengangguk dan berkata, "Baik."
Esther tampak kebingungan untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke dapur. Sembari merebus air, ia menggoreng sebuah telur di atas wajan. Kemudian dia meletakkan telur goreng itu di atas mie, dan sebuah sajian yang lezat sudah siap untuk disantap oleh Rudy.
"Makahlah dengan perlahan. Hati-hati, jangan sampai mulutmu terbakar karena panas." Esther duduk di depan Rudy, sembari mengawasi Rudy memakan mie yang disiapkannya dengan lahap. Ia kemudian bertanya sembari mengerutkan kening dengan nada ingin tahu, "Bukankah kamu membawanya ke restoran setelah menjemputnya?"
Sejenak Rudy tidak dapat berpikir. Setelah beberapa saat, barulah ia bisa menjelaskan.