Pengantin Pengganti Sang CEO
Penulis:Gina Suartini
GenreRomantis
Pengantin Pengganti Sang CEO
Esther telah menunggu cukup lama. Ketika Suyanto, asisten Rudy, datang menemuinya, dia melihatnya sedang tertidur di sofa.
Esther diberitahu bahwa pertemuan Rudy akan selesai dalam sepuluh menit, namun ternyata pertemuan tersebut telah memakan waktu lebih dari tiga puluh menit. Karena Esther tidak mendapatkan tidur yang cukup semalam, ia tidak sengaja tertidur di sofa. Hal ini tentunya membuat Suyanto merasa canggung.
Suyanto sudah tahu bahwa Nona Ri sebenarnya adalah Nyonya Afif. Jika dia membangunkannya, ia mungkin akan marah padanya. Dia bertanya-tanya, 'Bagaimana jika dia memutuskan untuk balas dendam padaku?'
Untungnya, Suyanto tidak perlu menunggu terlalu lama. Seorang tamu yang sangat tidak terduga tiba-tiba muncul di kantor yang tengah sibuk.
"Suyanto." Terdengar suara seseorang sedang memanggil namanya. Ketika Suyanto mendengar seseorang memanggil namanya, dia berpikir haruskah ia membangunkan Nona Ri atau tidak. Dia berbalik ke arah suara. Di sana ia melihat seorang wanita cantik dengan senyum yang cerah tergambar di wajahnya. Wanita itu adalah Ayu Septiani. Suyanto mulai merasa khawatir dan juga canggung.
'Astaga! Istri dan juga pacar Rudy berada di bawah satu atap sekarang. Apa ada hal yang bisa lebih buruk terjadi daripada ini?' batinnya.
"Nona... Septiani?" ucapnya. Suyanto merasa sangat gugup sekarang. Dan dia mulai terbata-bata. Dia sangat berharap jika Nyonya Afif bisa tidur lebih lama lagi agar tidak ada momen yang canggung di kantor.
Namun sayangnya, Esther terbangun saat mendengar suara Ayu memanggil Suyanto. Kemudian Esther berdiri dan merapikan pakaiannya yang kusut dengan tangannya. "Suyanto, apakah rapat CEO-mu sudah selesai sekarang?" tanyanya.
"Yah..." jawab Suyanto. Ia memandang Ayu dan Nyonya Afif dengan canggung.
Kedua wanita ini adalah orang-orang yang Suyanto tidak berani singgung. 'Astaga, apakah bosku adalah seorang playboy?' batin Suyanto.
"Apakah dia adalah sekretaris baru?" Ayu bertanya kepada Suyanto. Ayu memang sangat akrab dengan perusahaan ini. Dia bahkan tahu setiap karyawan di kantor ini. Dan dia pikir, Esther adalah karyawan baru di sini.
Melihat betapa cantiknya Esther, Ayu menjadi sedikit waspada. Dia kemudian menyerahkan tasnya kepada Esther dan menginstruksikannya, "Pergi, bagikan kue-kue ini kepada karyawan yang lain. Aku perlu mendiskusikan sesuatu dengan CEOmu. Tanpa seizinku siapapun dilarang masuk dan mengganggu kami."
Ayu memerintahkan Esther dengan penuh kesombongan. Dia sengaja meminta asistennya untuk membeli kue agar ia bisa menyuap karyawan di sini.
Esther mengerutkan keningnya. Ia terlihat bingung saat melihat tas Ayu yang berada di tangannya.
"Cepatlah!" Tegur Ayu dengan suara keras. Sejak kejadian malam itu, Rudy menjaga jarak dari Ayu. Saat berita tentang hubungan mereka tersebar, Ayu merasa bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk bertindak. Ia harus menggunakan kesempatan ini untuk memperbaiki hubungan mereka berdua.
Tapi dia tidak tahu jika sekretaris baru itu bisa merusak suasana hatinya.
Ayu tidak mengenal Esther. Namun sebaliknya dengan Esther, ia mengenal Ayu dengan sangat baik karena Ayu adalah seorang superstar.
Esther merasa sangat marah kepada Rudy karena pasalnya, Rudy telah membuat janji dengannya terlebih dahulu untuk membahas rencana tersebut, tetapi dia juga meminta Ayu untuk hadir di kantor pada waktu yang bersamaan.
"Aku bukan..." tepat pada saat Esther hendak mengatakan "Bukan" kepada Ayu, Suyanto yang berdiri di sebelah mereka dengan cepat mengambil tas tersebut dari Esther. "Baiklah, aku akan membagikan kue-kue ini," ucap Suyanto.
Suyanto memandang Ayu dan berkata, "Nona Septiani, Anda perlu menunggu sebentar karena CEO kami memiliki janji dengan..."
"Menurutmu siapa yang lebih penting dariku?" tanya Ayu ketus, memotong perkataan Suyanto. Ayu membuka pintu kantor Rudy dengan percaya diri. Rudy mendengar suara pintu kantornya terbuka, ia merasa sedikit terganggu dengan hal itu. "Apakah kamu tidak tahu bahwa kamu harus mengetuk pintu sebelum masuk? Di mana sopan santunmu?" ucap Rudy tanpa melihat ke arah Ayu yang berada di depan pintu.
"Rudy ..." panggil Ayu. Selama ini ia merasa akrab dengan perusahaan, jadi dia pikir tidak masalah jika ia bertindak santai seperti itu. Ini adalah pertama kalinya Rudy memperlakukan Ayu seperti ini. Perilaku barunya ini membuat Ayu terluka dan marah.
Mendengar suara Ayu, Rudy mengangkat kepalanya dan menemukan bahwa Ayu sedang berdiri di depan pintu ruangannya. Dia mengerutkan keningnya dan bertanya, "Mengapa kamu ada di sini?"
"Lalu siapa lagi yang kamu harapkan?" tanya Ayu. Ia menjadi lebih tenang sekarang.
Sepertinya kemarahan Rudy bukan ditujukan kepadanya.
"Lupakan saja. Mengapa kamu di sini, Ayu?" Rudy bertanya kepada Ayu. Nada suaranya mencerminkan perasaan yang acuh tak acuh dan terdengar lebih mengasingkan.
Mengingat kejadian malam itu membuat Rudy benar-benar tidak bergairah pada Ayu sekarang.
"Aku sedang melakukan syuting di dekat sini. dan aku pikir kamu mungkin belum sarapan, jadi aku membawakan kamu sesuatu untuk dimakan." ucap Ayu. Ayu menyunggingkan senyuman kepada Rudy seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka. "Ayo kita makan! Aku membeli ini dari restoran kesukaanmu," ajak Ayu sembari memamerkan sarapan di tangannya kepada Rudy.
Rudy tidak memberikan jawaban, ia hanya mengerutkan keningnya. Sejak kejadian malam itu, Rudy berusaha menjaga jarak dari Ayu. Sebenarnya dia tidak tahu mengapa ia melakukan ini, mungkin ia hanya perlu waktu untuk berpikir.
"Tidak usah," jawab Rudy dingin, "Aku sudah sarapan. Jika tidak ada sesuatu yang penting untuk dikatakan lagi, maka kamu boleh pergi sekarang. Aku ada janji dengan seseorang sekarang." ucap Rudy masih dengan nada dingin.
Ayu sedang berdiri membelakangi Rudy sekarang, meletakkan sarapan di atas meja. Dia berhenti sejenak saat mendengar perkataan Rudy. Tatapan matanya berubah menjadi dingin dan kejam. Kemudian dia dengan sangat cepat mengubah ekspresi wajahnya dan berbalik ke arah Rudy. "Aku bangun pagi-pagi sekali untuk membelikan sarapan ini untukmu," ucapnya sambil tersenyum, "Hanya untuk menghargaiku, maukah kamu memakannya walaupun sedikit?" tambahnya.
Ayu mengambil Crystal Dumpling dari tempatnya untuk menyuapi Rudy.
Rudy merasa ragu untuk memakan dumpling tersebut. Dan tepat ketika Rudy mencoba untuk menghentikan Ayu yang terus mencoba untuk menyuapinya, seseorang membuka pintu kantor dengan marah.
Suyanto sudah mencoba untuk menghentikan Esther, namun sudah terlambat untuk itu.
Merasa waktunya bersama Rudy diganggu oleh seseorang, wajah Ayu menjadi pucat. Dia memandang Esther dengan sangat marah dan berteriak kepada Suyanto, "Suyanto, kapan kamu menjadi begitu tidak profesional? Apakah kamu tidak tahu bahwa atasanmu sedang sibuk sekarang? Sekretaris baru itu tidak memiliki otak dan itu adalah tanggung jawab kamu untuk mengajarinya sopan santun."
Ayu sudah tidak menyukai Esther sejak pertemuan pertama mereka. Itu adalah kesempatan bagus baginya untuk menghina Esther sekarang. Ayu memegang tangan Rudy dengan penuh kasih sayang, "Rudy, lihatlah wanita ini. Bagaimana cara kamu merekrutnya menjadi karyawanmu? Menurutku, kamu sebaiknya memecatnya sekarang juga agar tidak menyesal nanti." ucap Ayu dengan nada suara yang lembut namun menghina.
Esther menatap Rudy dengan marah tetapi ia tidak mengatakan apa-apa. Hal ini tentu saja membuat Rudy merasa bersalah kepada Esther.
Di sisi lain, Suyanto merasa gugup melihat Rudy. Dia berdiri di depan Esther. "Nona Ri, CEO kami sedang sibuk sekarang..."
"Sibuk? Dengan apa?"
Esther bertanya dengan ekspresi yang tenang. Namun, tetap saja, amarahnya masih tidak bisa ia tahan.
Karena komentar negatif Rudy terhadap rencana yang sudah ia buat, Esther harus begadang selama beberapa hari untuk memodifikasinya.
Ketika dia datang ke kantor pagi ini, dia sudah dibuat menunggu lama karena Rudy sedang rapat. Namun, ia tetap menunggunya dengan sabar.
Tapi apa yang dia dapat?
Pertemuan Rudy dengan kekasihnya. Esther merasa seolah-olah dia harus menunggu di luar untuk waktu yang sangat lama karena Ayu.
Esther bisa mengabaikan mereka jika ini terjadi dalam situasi lain, karena pernikahannya dengan Rudy pun hanya didasarkan pada kesepakatan. Tapi ini menyangkut pekerjaannya, jadi dia tidak bisa menahan amarahnya sama sekali.
Esther yang tidak lagi bisa menahan amarahnya berkata, "Tuan. Afif, Anda terlihat sangat sibuk dengan wanita simpananmu itu. Memiliki seorang pemimpin perusahaan seperti Anda, sungguh merupakan keajaiban bahwa Perusahaan "Cemerlang" bisa sampai sejauh ini di dunia bisnis."