Pengantin Pengganti Sang CEO
Penulis:Gina Suartini
GenreRomantis
Pengantin Pengganti Sang CEO
"Betul." Esther hanya bertanya namun ia tidak berharap Rudy menjawabnya.
"Rapat tahunan pada umumnya hanyalah sebuah kegiatan rutin saja. Namun, Perusahaan Cemerlang merayakan hari jadinya yang ke-50 tahun ini. Selain itu, perusahaan kami juga mengakuisisi beberapa perusahaan baru-baru ini. Saya lebih suka menghabiskan uang untuk memberi penghargaan kepada karyawan saya daripada hanya sekedar membuat pesta anggur untuk mereka." ucap Rudy.
Esther pun mengangguk sebagai tanda bahwa ia memahami maksud Rudy. Dia berpikir bahwa meskipun Rudy bukanlah suami yang baik baginya namun jelas Rudy adalah seorang bos yang hebat, pikir Esther.
"Kau sudah selesai sarapan? Aku bisa mengantarmu bekerja." Tanya Rudy saat melihat Esther meletakkan sumpit dan mangkuknya.
'Mengantarmu ke kantor... ' lagi.
Tidak usah, terima kasih."
"Ayo berangkat." ucap Rudy tanpa mengindahkan penolakan Esther. Dia menarik tangan Esther dan membawanya ke mobil.
Tapi karena dia begadang semalaman, Esther pun tertidur di dalam mobil Rudy membangunkannya ketika mobil sudah sampai di kantor tempat Esther bekerja.
Menyadari bahwa Rudy menghentikan mobilnya di tempat yang sama dengan hari sebelumnya, Esther merasa lega.
"Sampai jumpa." kata Rudy. Esther sama sekali tidak memperhatikan maksud di dalam kata-kata Rudy itu. Arya Kurniawan menghentikan langkah Esther begitu melihatnya memasuki kantor dengan laptop yang ada di tangannya, "Ya Tuhan, bagaimana rencanamu? Mereka akan segera datang untuk meninjau rencana..."
"Manajer Kurniawan, Ri adalah perencana terbaik perusahaan kita. Anda bisa mempercayainya." kata Diana Wijaya dengan nada cemburu tepat sebelum Esther sempat mengatakan sesuatu.
Diana sudah bekerja di perusahaan untuk waktu yang lama, bahkan lebih lama dari Esther. Namun hal itu tidak membuatnya mampu untuk bersaing dengan Esther. Bahkan gajinya sekarang lebih rendah dari Esther. Beberapa alasan yang membuatnya sangat membenci Esther.
"Saya telah melakukan hal terbaik yang saya bisa, tapi saya tidak dapat menjamin bahwa mereka akan menyukainya." Kebahagiaan Arya setelah mendengar perkataan Diana mendadak sirna akibat respons Esther yang datar.
"Kamu terlalu rendah hati." cibir Diana.
"Sudah cukup! Begini saja!" "Aku akan menyerahkan urusan ini padamu, dan kamu harus menyelesaikannya dengan serius." ucap Arya sambil menatap Esther.
"Baiklah." angguk Esther mengerti.
Staf Perusahaan Cemerlang tiba pada jam 9, sementara Esther masih memeriksa materi yang akan dipresentasikannya. "Ri, kamu tolong cepat keluar. Staf perusahaan Cemerlang sudah ada di sini." resepsionis yang merupakan karyawan baru di kantor Esther memanggil.
Esther pun jadi bingung. Kalau memang staf perusahaan Cemerlang sudah ada di sini sekarang, kenapa tidak langsung membawa mereka ke ruang pertemuan? Belum selesai Esther berpikir, resepsionis menariknya keluar dari ruangannya, "Ayo, Esther. Manajer Kurniawan sedang menunggu."
Terlihat dua kelompok orang berbaris di pintu gerbang kantor tempat Esther bekerja. Ia melihat Arya melambaikan tangan pada dirinya kemudian meraih jasnya dengan gugup. Esther pun baru sadar bahwa Arya yang selalu berpakaian santai, mengenakan setelan jas hari ini.
Esther melihat sekelilingnya, berusaha mencermati orang-orang yang ada di sekitarnya. Semuanya terlihat sangat tegang. Bahkan Diana Wijaya pun tampak berbeda. Dia menjadi lebih... centil.
'Bukankah yang datang hanya perwakilan saja? Apakah Rudy akan datang ke sini secara langsung?' pikir Esther.
Esther tidak suka dengan keramaian. Namun rasa penasaran tentang siapa perwakilan dari perusahaan Cemerlang memaksanya menyertai keramaian ini.
Ketika pintu lift terbuka, seorang pria memakai jas berwarna biru laut berjalan menuju gerbang Perusahaan Periklanan Komandia dengan diikuti oleh beberapa orang.
Dia... itu adalah pria yang mengantarnya bekerja pagi tadi.
Esther memahami bahwa rencana yang telah disusunnya saat ini memang untuk Perusahaan Cemerlang milik Rudy. Namun dia tidak mengira bahwa Rudy akan turun langsung ke perusahaannya untuk mengurus perencanaan pertemuan tahunan yang sebetulnya hanya hal sepele bagi Rudy. Pantas saja Arya terlihat sangat gugup.
"Tuan Afif," Arya menghampiri Charles, "Selamat datang di perusahaan kami. Silakan lewat sini."
Esther merasa Rudy sedang menatapnya. Dan itu bukan hal besar bagi Esther, tetapi tidak dengan Diana Wijaya yang berdiri di sampingnya.
"Ya Tuhan, dia baru saja menatapku. Dia memperhatikanku!" ucap Diana bersemangat.
"Anda berpikir terlalu jauh Nona Wijaya." cibir Kristina Teo si resepsionis baru. "Tuan Afif baru saja menikah. Dan pernikahannya bersamaan dengan hari-hari ketika Ri sedang cuti."
Jantung Esther berdetak kencang karena merasa khawatir ketika mendengar perkataan Kristina. Jika orang-orang di kantor ini tahu jika Rudy adalah suaminya, maka dia akan mendapati kekacauan di tempat kerjanya.
"Apa? Dia sudah menikah?" Diana Wijaya memandang Esther dengan penasaran.
'Dengannya? Terdapat perbedaan yang sangat besar antara dirinya dengan Esther.
Rudy tidak akan pernah jatuh cinta pada Esther, kecuali jika pria itu buta.'
"Ri, datanglah ke sini." Esther mendengar Arya memanggilnya. Arya terlihat melambai kepada Esther.
Tepat sebelum berjalan ke arah Arya, Esther tidak dapat menahan diri untuk mencibir dua wanita yang sedang bersamanya itu, "Di waktu yang sepenting ini, ada baiknya kalian tidak membuang waktu untuk gosip yang tidak berguna. Kristina, pergilah dan siapkan tehnya."
"Apakah kamu pikir dirimu adalah istri bos?" keluh Diana gusar di belakang Esther.
Esther tidak mengindahkannya dan segera mengikuti Arya. Kemudian Arya memperkenalkan Esther kepada Rudy, "Tuan Afif, ini adalah Ri, salah satu perencana di perusahaan kami. Dialah yang bertanggung jawab atas pertemuan tahunan Perusahaan Cemerlang."
"Senang bertemu dengan Anda, Tuan Afif." dengan anggun Esther mengulurkan tangannya ke Rudy sebagai tanda perkenalan. Rudy pun menyambut uluran tangan Esther dan menjabatnya, dan kemudian dengan lembut menggaruk telapak tangan Esther.
Esther merasa beruntung karena rekan-rekan kerjanya memanggilnya dengan nama belakangnya, Ri, yang merupakan singkatan dari Gauri. Jika tidak, maka identitas aslinya akan terungkap di depan Rudy dan dia akan mengusirnya.
"Sekarang... Mari kita mulai." Esther menata pikirannya dan memulai tugasnya. Dia jelas seorang profesional di tempat kerjanya.
Esther berdiri di depan proyektor, memulai presentasinya dan memaparkan ide dan rencananya dengan sangat lancar. Ia berusaha keras untuk tidak melihat mata Rudy yang dipenuhi gairah. Ketika layar proyektor menampilkan kata "Selesai" dia pun menghela nafas dengan lega.
"Tuan Afif, jika saya adalah seorang karyawan Perusahaan Cemerlang, maka saya akan berharap perusahaan memberikan kepada kami para karyawannya beberapa penghargaan besar pada pertemuan tahunan ke-50, daripada hanya sekedar pesta anggur sebagaimana biasanya. Karena itu, saya merancang pertemuan tahunan dalam bentuk sebuah konferensi pers, di mana Anda dapat menghabiskan uang untuk diinvestasikan kembali kepada karyawan Anda. Mereka adalah fondasi perusahaan Anda." Para pria yang menemani kedatangan Rudy saling berbisik ketika Esther telah menyelesaikan presentasinya. Jelas terlihat mereka merasa senang dengan rencana yang dipaparkan oleh Esther. Bahkan mata Rudy juga tampak mengapresiasi rencana ini.
Akan tetapi tidak dengan Arya, wajahnya berubah menjadi masam.
Dia ingin menghasilkan uang dari proyek ini. Ketika Perusahaan Cemerlang yang kaya datang kepadanya, dia tahu bahwa dirinya bisa menghasilkan banyak uang dari mereka.
Kini, rencana baru yang dipaparkan oleh Esther membuatnya kehilangan setengah dari keuntungan yang bisa ia dapatkan.
"Ri, ada apa denganmu?" Arya sama sekali tidak peduli dengan kehadiran perwakilan Perusahaan Cemerlang di ruang pertemuan itu. Dia berdiri dan menegur Esther, "Apakah kamu tahu ..."
"Manajer Kurniawan!" Esther sudah cukup lama bekerja dengan Arya, sehingga dia paham bahwa Arya hanya peduli dengan keuntungan. Namun di hadapan begitu banyak orang, dia tidak bisa tinggal diam, "Bagaimana kalau kita bertanya kepada Tuan Afif bagaimana pendapatnya?"
"Cukup bagus." Kata Rudy, "Tapi saya punya beberapa perincian untuk didiskusikan dengan Ri. Waktunya makan siang. Manajer Kurniawan, bolehkah saya meminjam perencana terbaik Anda ini untuk beberapa waktu?"
"Boleh, boleh." "Aku akan minta seseorang untuk mengaturnya untukmu." kata Arya dengan senyum yang dipaksakan.
"Kau tidak perlu repot-repot." sela Rudy. Maksud yang diutarakannya sudah sangat jelas.
Dia ingin makan siang hanya dengan Esther saja.
"Baik." Arya tidak sebodoh itu. Dia memahami dengan baik apa yang diutarakan oleh Rudy. Sambil tersenyum, Arya menarik Esther mendekat dan berbisik, "Ri, kamu harus melayani Tuan Afif dengan baik, apa pun caranya. Paham?"
"Manajer Kurniawan, ini bukan bagian dari tanggung jawabku..." Apa yang dikatakan oleh Arya terlalu vulgar bagi Esther dan membuatnya tersinggung.
'Dia memperlakukan Esther sebagai apa?'