Pengantin Pengganti Sang CEO
Penulis:Gina Suartini
GenreRomantis
Pengantin Pengganti Sang CEO
"Tuan Afif, jangan khawatir. Saya akan mengawasi rencananya dan memberikan hasil yang memuaskan," kata Arya sambil tersenyum licik. Arya yang ada di belakang hampir menabrak Rudy yang tiba-tiba berhenti berjalan.
"Tu ... ... Tuan Afif, ada apa? Arya yang berjalan di belakang tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Diana. Dia merasa bingung ketika melihat Rudy menatap Diana tanpa mengedipkan matanya.
'Bukankah dia menyukai Esther Yuri? Kenapa tiba-tiba tertarik pada Diana?
Diana adalah wanita yang cantik, tapi bukan apa-apa dibandingkan dengan Ri yang muda dan bersemangat. Lagi pula, Diana jauh lebih tua.'
Kemudian, Arya memberi isyarat kepada Diana untuk mendekat. Diana menghampiri mereka dengan anggun dan berkata dengan malu-malu, "Tuan Afif..."
Bahkan suaranya memiliki daya pikat yang menawan.
"Tuan Afif, ini adalah perencana lain dari perusahaan kami. Namanya Diana." Arya memperkenalkan Diana sambil tersenyum dan menarik Diana ke arahnya. Diana berpura-pura jatuh dan berharap agar Rudy akan menangkapnya. Tapi, keinginannya tidak terjadi. Rudy menyingkir dan Diana hampir jatuh ke depan.
"Tuan Afif ...," gerutu Diana sambil menatap Rudy. Diana berpikir, 'Dia berasal dari keluarga darah biru. Meskipun tidak bisa menikah dengannya, namun aku akan menjalani kehidupan yang kaya jika aku menjadi kekasihnya.'
Diana sama sekali berbeda dari Esther. Dia terus mengejar tujuan hidupnya untuk menjalin hubungan dengan pria kaya.
"Tuan Afif, Ri masih kurang berpengalaman. Sehingga membuat kesalahan besar. Saya dapat mengambil alih rencana ini jika Anda memercayai saya. Saya akan memberi Anda hasil yang memuaskan," janji Diana dengan tegas dan serius.
Rudy melirik Diana dengan acuh tak acuh dan mencemooh, "Apakah kamu memenuhi syarat?"
"Tuan Afif, Diana adalah salah satu perencana terbaik. Dia ...." Arya masih menyimpan dendam terhadap Esther karena Esther merencanakan konferensi dan bukan pesta sesuai keinginannya. Arya berpikir, 'Rudy juga mencurigai kemampuan Ri sekarang. Ini adalah kesempatan bagus untuk menggantikan Ri dengan orang lain.
Diana jauh lebih mudah dikendalikan dibandingkan dengan Ri.
Ri telah membuat kemajuan luar biasa selama beberapa tahun ini, sehingga membuatku sulit untuk menentangnya. Tapi kejadian ini akan membantuku menekannya.'
Rudy menyela Arya sebelum dia menyelesaikan perkataanya," Tuan Kurniawan, sejak kapan kamu membiarkan sembarang orang dari perusahaanmu untuk membuat rencana?"
"A ... apa?"
"Hari ini, aku akan mengatakannya dengan jelas. Ri yang akan menangani semua rencana Perusahaan Cemerlang. Berhenti menjelek-jelekkan dia. Siapa pun yang mengatakan sesuatu untuk menjatuhkannya akan berakhir dengan penyesalan," ujar Rudy sambil menatap Diana yang gemetar ketakutan.
Diana baru sadar kalau Rudy datang kemari untuk membantu Ri.
Meski dia tetap terlihat tenang, tapi sebenarnya dia merasakan gejolak amarah di dalam dirinya.
'Kenapa?
Kenapa Ri yang mendapatkan semua keuntungan perusahaan? Bahkan Rudy juga menyukainya.
Bagaimana denganku?'
"Ketika rencananya sudah selesai, suruh Ri untuk mengantarkannya sendiri ke perusahaanku," kata Rudy mengakhiri percakapan dan langsung meninggalkan Perusahaan Periklanan Komandia. Suyanto pun mengikutinya.
'Aku telah datang ke sini dua kali untuk rencana kecil ini. Aku harus berperilaku seperti CEO sejati dan berhenti datang ke sini terus menerus. Wanita nakal itu harus tahu bahwa aku bukanlah orang yang sabar.'
Esther sedang fokus pada modifikasi rencana dan tidak tahu apa yang terjadi di luar sana. Kristina Teo yang memberitahunya ketika dia membawa kopi untuk Esther. "Esther, apakah kamu tidak melihat kalau wajah Diana sangat masam? Asam hialuronat yang dia suntikkan dua hari lalu agar tetap muda dan cantik akan terbuang sia-sia karena kemarahannya." Diana jahat dan sulit bergaul, sedangkan Esther lebih populer karena kepolosannya dan sifatnya yang rendah hati. Jadi, orang-orang yang ada di perusahaan merasa senang akan kemalangan Diana.
Esther terkejut mendengar tentang berita itu dan mencurigai motif Rudy.
'Sebelumnya dia mempermalukanku, tapi kemudian dia malah mendukungku di depan yang lain. Kenapa?'
"Ri, bagaimana perkembangan rencanamu? Apakah kamu meembutuhkan bantuanku?" Kristina masih belum pergi setelah membawakan kopi dan bergosip tentang Diana. Sebaliknya, dia mendekati Esther dan menawarkan bantuan.
Esther menolak kebaikannya dengan menggelengkan kepalanya. "Terima kasih untuk kopinya. Ngomong-ngomong, jangan bergosip tentang Diana. Aku tidak keberatan, tapi tidak baik mengatakan kata-kata seperti ini di depan umum."
'Diana akan membalas dendam, bahkan untuk masalah yang sangat kecil. Jika dia tahu apa yang dikatakan oleh Kristina, maka dia akan melakukan sesuatu yang gila untuk membalas dendam pada Kristina.'
Esther yang baik hati mengingatkan Kristina untuk berhati-hati. Namun, butuk waktu yang lama baginya untuk menyadari bahwa beberapa orang akan menganggap niat baik orang lain sebagai maksud buruk.
Setelah Kristina pergi, Esther bekerja cukup lama. Dia berpikir, 'Rudy benar-benar orang yang suka mencari kesalahan orang lain. Tapi aku tidak punya pilihan karena dia adalah klienku.' Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain mengerjakan ulang rencana itu.
Pikirannya disela oleh sebuah panggilan.
Dari Rudy.
Dia langsung bertanya, "Sudah larut malam. Kenapa kamu masih bekerja?"
Esther mengangkat kepala dan melihat ke luar jendela. Hampir semua orang di kantor sudah pulang. Dia menjawab, "Ada yang perlu kukerjakan. Aku akan pulang agak telat,"
"Tidak!" Rudy tidak menerima jawaban "Tidak!" dari dia. "Kamu punya waktu lima menit untuk berkemas. Aku akan menunggumu di luar gedung perusahaanmu. Ayo pulang agar kamu bisa memasak makan malam untukku."
"Bukankah kita memiliki pelayan?" Esther mengerutkan kening dan mengeluh. Tapi Rudy sudah mematikan teleponnya dan menatap pintu masuk Perusahaan Periklanan Komandia dengan gembira.
Dia melihat Esther keluar dalam waktu singkat.
"Ayo pergi ke pasar jalanan yang baru dulu," usul Esther saat dia naik ke mobil sambil mengencangkan sabuk pengamannya.
"Kenapa kita pergi ke pasar?"
"Bukankah kamu bilang kamu ingin aku memasak makan malam untukmu? Aku tidak bisa memasak karena tidak ada bahan di rumah." Esther merasa berbelanja di pasar jalanan baru adalah hal yang biasa.
Pasar jalanan baru adalah tempat berkumpulnya berbagai macam orang. Memikirkan hal itu, Rudy menyipitkan alisnya dan bermaksud untuk menyarankan berbelanja di supermarket saja. Tetapi Esther tidak berminat untuk mendengarkannya. "Pasar jalanan baru itu terpencil, tapi barang-barang di sana murah dan segar. Lebih baik kita berbelanja di sana."
"Apakah kamu sering berbelanja di sana?" Rudy berpura-pura bertanya dengan santai.
"Ya." Esther tumbuh bersama neneknya. Dia sudah terbiasa berjalan tiga puluh menit lebih untuk berbelanja di pasar jalanan ini. Bagi mereka, itu adalah cara yang sangat baik untuk menghemat uang. Tapi dia segera mengingat kalau dia sedang berpura-pura menjadi si manja Silvia dari keluarga Gauri yang kaya raya, jadi tidak mungkin dia menawar dengan pedagang pasar di sana. Dia kemudian segera mengganti kata-katanya. "Ya, aku selalu mendengar pelayanku berbicara tentang pasar ini, jadi aku cukup familier."
"Apakah itu benar?" Rudy bertanya tanpa sadar.