Pengantin Pengganti Sang CEO
Penulis:Gina Suartini
GenreRomantis
Pengantin Pengganti Sang CEO
"Jangan salah paham kepadaku. Sesuatu sedang terjadi pada Ayu saat itu, dan aku hanya pergi untuk menolongnya." Charles menjelaskan.
Esther tidak menduga Rudy akan menjelaskan itu padanya. Dia kemudian tersenyum malu, "Kamu tidak perlu menjelaskannya kepadaku. Kita hanya mitra kerja. Aku tidak peduli dengan urusan pribadimu. Tapi tolong hati-hati, jangan sampai tertangkap oleh paparazzi."
"Baik." Ekspresi serius Esther membuat Rudy kesal dan tiba-tiba dia kehilangan nafsu makannya. Dia menjatuhkan sumpitnya seraya berkata, "Aku kenyang."
Esther menjadi diam sejenak. Dia pikir Rudy sedang dalam suasana hati yang buruk karena Ayu. Dia membersihkan mangkuk dan juga sumpit, lalu naik ke atas.
Karena pelayan sedang pergi, Esther pun bangun pagi-pagi keesokan harinya. Ada telur dan juga tepung terigu di dapur. Dia mencampur tepung dan air untuk membuat adonan, kemudian membuat beberapa panekuk telur. Rudy bangun dengan semangat yang tinggi pagi ini.
Rumahnya dipenuhi dengan aroma panekuk telur. Rudy melihat ke arah dapur, matanya pun melembut.
Dia tiba-tiba merasakan sebuah kehangatan dalam rumah karena Esther.
"Kemarilah dan sarapan." Esther menyapa Rudy. Panekuk telur dan susu kedelai yang baru saja digiling menaikkan selera makan Rudy. Dia merasa dia akan menjadi lebih pemilih tentang makanan karena Esther.
"Rudy..." Rudy hendak pergi bekerja setelah selesai sarapan, tetapi Esther dengan takut-takut menghentikannya, "Aku akan pergi bekerja menggunakan kereta bawah tanah. Kamu tidak perlu untuk mengantarku ke tempat kerja."
"Bukankah aku sudah memberitahumu bahwa aku akan mengantarmu ke tempat kerja?" Rudy melirik Esther sejenak dan berpikir, 'Wanita lain sangat ingin aku untuk mengantarkan mereka.
Baiklah! Mengapa aku harus menunjukkan hasrat yang berlebih kepada orang yang bersikap begitu dingin?'
Rudy pun meninggalkan rumah, tanpa melihat ke belakang. Esther tetap diam. Dia hanya tercengang. 'Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?
Charles terlihat sangat kesal.' Esther berpikir kepada dirinya sendiri.
Rudy tiba di kantornya dengan wajah yang datar. Hal itu membuat semua orang menjadi gelisah. Suyanto Markus berdiri ragu-ragu di depan pintu kantor Rudy untuk waktu yang lama. Dia tidak berani untuk sekedar mengetuk pintu.
"Apa yang sedang kamu lakukan disana? Masuk atau pergilah!" teriak Rudy. Meskipun Rudy tidak dapat melihat dengan jelas melalui pintu kaca yang buram, namun dia dapat melihat seseorang sedang berjalan mondar-mandir di depan pintunya. Itu membuatnya geram.
"Tuan.... Tuan Afif." Suyanto kemudian berdiri di depan Rudy dengan gugup dan berpikir, 'Aku benar-benar kacau. Tuan Afif sedang berada dalam suasana hati yang buruk hari ini. Tetapi sesuatu yang buruk telah terjadi dan aku harus melaporkannya kepada Tuan Afif.'
"Apa yang sedang terjadi?" Melihat Suyanto dengan tatapan kosongnya, Rudy pun berteriak marah.
"Apakah Anda sudah melihat Postingan Pagi Marriot hari ini?" Suyanto bertanya dengan sangat hati-hati.
Postingan Pagi?
Rudy menghabiskan sepanjang paginya untuk berselisih dengan Esther. Dia tidak memiliki waktu untuk membaca koran.
"Apa yang terjadi?" Rudy kemudian mengerutkan alisnya.
Suyanto menarik napasnya dalam-dalam dan bersiap untuk menghadapi badai yang akan datang, "Tuan Afif, Anda tampak di halaman depan berita."
Suyanto dengan hati-hati menunjukkan Postingan Pagi hari ini. Pada pandangan pertamanya Rudy melihat tajuk utama halaman depan berita tersebut, "CEO Perusahaan Cemerlang Bertemu Dengan Selebriti Wanita Ayu Septiani di Tengah Malam, dan Meninggalkan Istri Barunya."
Rudy tidak tertarik dengan artikel tersebut, tetapi dia dengan jelas dapat melihat foto dirinya dan Ayu yang sedang memasuki hotel bersama.
"Tuan Afif, berita ini telah memancing banyak pembicaraan. Jika kakek Anda mengetahuinya..." Suyanto merinding hanya dengan memikirkannya. Tuan Afif yang berkuasa ini hanyalah seekor domba kecil di hadapan kakeknya.
"Periksa siapa yang telah berani mengarang cerita tersebut dan menyebarkannya. Saya ingin agar dia menghilang dari llingkaran media selamanya." Rudy sangat marah. Dia lalu menambahkan, "Jangan biarkan kakekku mengetahui tentang hal ini."
"Ya." Suyanto mencatat semua itu dan bertanya, "Tuan Afif, apa yang akan Anda lakukan tentang berita ini? Apakah Anda akan mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan semua permasalahan ini?"
"Tidak perlu." Rudy menggelengkan kepalanya. Produk baru dari Perusahaan Cemerlang akan diluncurkan. Berita ini entah bagaimana dapat membantu perusahaan untuk bisa menarik banyak perhatian dari publik.
"Ada yang lain?" Rudy mengangkat alisnya saat melihat Suyanto yang tetap diam di posisinya
"Tuan Afif, Esther dari Perusahaan Periklanan Komandia menghubungi dan mengatakan rancangan yang direvisi telah selesai. Dia meminta pertemuan..."
"Sekarang!" Rudy menyela Suyanto.
"Ap... Apa?" Suyanto telah menjadi asisten Rudy selama bertahun-tahun, dan dia merasa sudah mengenalnya dengan baik. Namun, dia tiba-tiba menyadari bahwa dia tidak mengenal Rudy sama sekali.
Misalnya saat ini, dia tidak mengerti mengapa Rudy menjadi lepas kendali ketika Perusahaan Periklanan Komandia disebut.
Atau... apakah karena istrinya?
Terlepas dari kebingungan dalam benaknya, Suyanto pun segera menyiapkan mobil dan pergi ke Perusahaan Periklanan Komandia. bersama Rudy. Bagaimanapun juga, Suyanto adalah seorang asisten profesional.
Esther telah merevisi rancangan sesuai dengan persyaratan dari Rudy. Bahkan Suyanto berpikir itu merupakan rancangan yang sempurna, tetapi Rudy merasa belum puas.
"Omong kosong! Perbaiki lagi!" Rudy merasa kesal karena dia mengingat sikap acuh tak acuh dari Esther, dan mau tidak mau hal tersebut menciptakan kesulitan untuk Esther sendiri.
"Tuan.... Tuan Afif?" Suyanto mengerutkan keningnya ketika dia akhirnya menyadari bahwa Rudy menggunakan kekuasaannya untuk membalas Esther.
Rudy menatap Suyanto dengan dingin, dan Suyanto pun menutup mulutnya seraya menundukkan kepalanya.
"Tuan Afif, saya pikir konferensi pers bukanlah hal yang tepat. Jadi saya mengubahnya menjadi pesta anggur yang lebih baik." Arya merasa sangat senang.
"Tuan Afif." Esther telah bekerja sangat keras membuat rancangan tersebut untuk waktu yang lama. Rudy sudah merasa puas dengan rancangan sebelumnya. Mengapa dia tidak puas dengan itu sekarang setelah dia sudah merevisi rancangan tersebut sesuai dengan persyaratannya? Esther pun marah dan bertanya, "Bagian mana yang Anda merasa tidak puas? Tolong beritahu saya."
"Saya tidak puas dengan semua bagiannya." Rudy menjawab itu dengan nada dingin. Pipi Esther menjadi merah karena menahan marah.
Dia tidak bodoh. Dia menyadari bahwa Rudy sedang membalas dendam padanya.
Tapi Esther tidak tahu sama sekali kapan dan bagaimana dia telah menyinggung perasaan Rudy.
Melihat wajah Esther, Rudy mengira bahwa gadis itu akan datang kepadanya secara pribadi dan memintanya untuk melepaskannya. Namun Esther dengan keras kepala mengangkat wajahnya dan menatap matanya, "Baiklah! Aku akan memperbaikinya lagi."
Rudy menjadi diam karena dia tidak tahu bagaimana harus menanggapi itu.
Diana sangat gembira dengan apa yang dilakukan oleh Rudy karena dia tidak menyukai Esther. Dia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bisa mengejek Esther kali ini. Setelah meninggalkan ruang pertemuan, Esther mendengar sarkasme yang dilontarkan oleh Diana, "Seseorang sangat tidak tahu malu. Jika aku jadi dia, aku akan malu untuk tetap tinggal di sini dan akan pergi meninggalkan perusahaan."
Esther sama sekali tidak mempedulikan itu, tetapi Rudy, yang mengikutinya keluar, mengangkat alisnya saat mendengar kata-kata kasar yang diucapkan oleh Diana.