Istriku Kembali Cantik
Alisha pun kini sudah sampai di kontrakan yang sudah di Carikan oleh sahabatnya beberapa hari yang lalu. "Kemarin teman ku susah ngabarin kalau di kantornya itu ada lowongan kerja bagian sekretaris. Sebelum menikah dengan Rehan— kamu kan juga pernah kerja di perusahaan kan? Kamu coba aku dulu ngelamar di sana," ucap Hana— sahabat dekat dari Alisha.
Alisha menautkan kedua alisnya, ia sedikit tersentak dengan ucapan Hana— sahabatnya, "Sekretaris, Han? Yakin?," Tanya Alisha memastikan— lalu ia menatap tubuhnya di depan cermin dan kepercayaan dirinya seketika menghilang entah kemana.
Hana mengangguk dengan mantap, "Iya sekretaris, Sha," jawab Hana.
"Sekretaris aja? Bukannya sekretaris itu selalu identik dengan wajah cantik dan body yang sexy ya? Kalau untuk staf biasa aja ada nggak, Han?," Tanya Alisha pesimis.
Kalau di suruh melamar sebagai sekretaris di sebuah perusahaan besar— tentu saja hal itu membuat Alisha sangat ragu. Ia terus saja mengingat bagaimana wanita berambut kemerahan yang merupakan sekretaris dari suaminya begitu terlihat cantik dan seksi— sedangkan di bandingkan dirinya sangat lah jauh berbeda.
Alisha membenarkan apa yang di katakan wanita itu— Alisha memang lebih mirip dengan seorang pembantu yang tak bisa mengurus diri dengan baik.
"Sepertinya nggak ada deh, Sha. Soalnya temenku biangnya hanya sekretaris aja," jawab Hana dengan pasti.
Alisha menghela nafas bera, ia menyandarkan tubuhnya di sofa, "Nggak usai deh, Han. Nanti aku cari yang lain aja— aku nggak percaya diri kalau harus mendaftar sebagai sekretaris," ungkap Alisha dengan tatapan sendu. Ia berfikir jika suaminya saja sudah mematahkan semangat hidupnya, apalagi orang di luar sana? Tentu saja mereka akan berkata lebih kejam dari Rehan.
Hana menatap dalam pada Alisha, "Ehh jangan menyerah dulu sebelum mencoba, Sha. Kata temanku, bosnya ini cari sekretaris yang benar-benar serius untuk bekerja. Soalnya yang aku dengar juga, nggak ada satu pun sekretaris yang tahan bekerja sama dia. Bosnya itu terkenal gila kerja, semua karyawannya pun dituntut harus bisa bekerja seperti dia— termasuk sekretaris yang nantinya akan setiap hari harus berdampingan dengan dia. Mala dari itu hanya orang-orang pilihan saja yang bisa masuk bekerja di perusahaan itu, dan hanya orang yang memiliki mental baja yang bisa bertahan di sana. Namun, sampai detik ini tidak ada satupun sekretaris yang mampu bertahan bekerja di kantor gara-gara nggak kuat dengan bosnya itu," jelas Hana.
Alisha melebarkan matanya, "Apa memang sampai sepatah itu ya?," Tanyanya penasaran.
Hana mengangguk, "kata teman aku yang kerja di sana sih memang seperti itu parahnya. Bosnya yang gila kerja tapi karyawannya yang menjadi gila beneran di buatnya," jawab Hana menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
Alisha bergedik ngeri, ini kali pertama dia tahu jika ada orang yang seperti itu. "Kok aku ngerasa ngeri sendiri ya ngedengarnya,"
Hana terkekeh, "Haha— tapi nggak cuma itu sih. Meskipun pekerjaan di peusahaan itu saat banyak dan ketat, gajinya pun tak kalah besarnya. Bahkan perusahaan itu, menggaji karyawan sebanyak lima kali lipat dari gaji UMR di Jakarta— bahkan setiap bulannya seluruh karyawan di berikan bonus yang nominalnya sangat banyak. Gaji karyawan biasa aja segitu, bisa kebayang kan gaji sekretarisnya berapa?," Jelas Hana menggebu.
Alisha menganga tak percaya, bahkan waktu dulu dia bekerja di salah satu perusahaan saja gajinya hanya gaji UMR yang bahkan masih kurang untuk biaya hidupnya selama sebulan.
"Setiap tahunnya perusahaan itu selalu mengadakan liburan ke luar negeri untuk seluruh karyawan— dan semua itu gratis dibawakan langsung oleh perusahaan. Katanya itu sebagai apresiasi untuk orang-orang yang sudah bertahan bekerja di perusahaan itu. Gila nggak tuh? Gaji gede banget, dapat bonus ditambah dengan liburan ke luar negeri tiap tahun. Apa kamu nggak minat?," Sambung Hana lagi.
"Hmhh— jelas minat banget lah kalau gajinya Segede itu," sahut Alisha.
"Nah, terus mau tunggu apa lagi, Sha? Kalau kamu beneran bisa bekerja di sana, kamu bisa sekalian tunjukkan ke si Rehan kalau kamu juga bisa sukses tanpa adanya dia, dan bahkan kamu bisa sekalian sedot lemak biar body kamu ini bisa kembali cantik dan mengalahkan pelakor nggak tahu diri itu," ujar Hana sedikit kesal jika sudah membicarakan tentang Rossa dan Rehan.
Alisha mengangguk, "Tapi, Han— kira-kira aku bisa kurus kembali nggak ya? Kenapa alu tiba-tiba jadi ragu begini? Berat ku aja udah mendekati tujuh puluh lima kilo. Aku nggak tau selama ini makan apa, sampai badan ku seperti karung beras," ucap Alisha berkecil hati.
Hana sedih melihat sahabatnya yang kehilangan rasa percaya dirinya, "Sudah, Sha. Nggak usah sedih lagi, setiap usaha pasti akan ada hasilnya. Kalau kamu giat berolahraga dan diet, aku yakin badan kamu pasti bisa kembali lagi seperti dulu," ucap Hana berusaha mengembalikan semangat dari sahabatnya itu.
"Hmhh— Kalau aku nggak bisa merubah dalam 3 bulan, bagaimana Han? Apa aku harus merelakan Mas Rehan bersama dengan wanita itu?," Tanya Alisha dengan raut wajah sedih.
"Dih, cowok seperti Rehan itu nggak usah di harepin lagi, Sha. Saran aku aja ya, jangan pernah kamu kembali dengan suami kamu yang sudah berani berselingkuh. Meskipun nanti dia sudah bertobat, tapi tidak menutup kemungkinan dia akan kembali melakukan kesalahan yang sama,"
Alisha menghela nafas berat. Ia merosotkan tubuhnya di sofa, ia bingung harus melakukan apa.
"Si Rehan itu ya, Sha— dari sekarang aja sudah kelihatan kalau dia hanya mencintai fisik kamu aja. Lebih baik kamu cari pasangan yang bisa menerima kamu apa adanya. Rehan cuma menerima kamu di saat masih cantik aja, berarti nanti kalau kamu sudah nggak cantik lagi gimana? Bisa-bisa kamu bakalan di selingkuhan lagi sama dia," sambung Hana menggebu. Ia sangat tidak menyukai Rehan yang sudah tega menyakiti hati sahabat baiknya.
"Tapi aku cinta banget sama Mas Rehan, Sha. Pernikahan kita bahkan sudah jalan lima tahun— rasanya nggak mungkin juga aku ninggalin dia sendirian. Dia bersikap seperti itu juga karena kesalahan ku yang tidak bisa memanjakan matanya, akunnggak bisa menjaga badan dan merawat wajahku yang semakin hari semakin kusam. Makanya aku mau berusaha untuk mengembalikan cinta Mas Rehan lagi," jelas Alisha menyalahkan dirinya sendiri.
Hana memutar bola matanya malas, "Hati kamu itu terbuat dari apa sih, Sha? Susah tau suami sendiri selingkuh dengan sekretarisnya, tapi kamu masih mau membela dia. Heran deh," protes Hana.
"Mau gimana lagi, Han? Aku hanya berharap Mas Rehan nantinya bakalan berubah seperti dulu, dia pun sudah janji sama aku kalau dia nggak akan macam-macam selama tiga bulan ini,"
"Cih, buaya aja di percaya. Lebih baik kita taruhan aja, Sha. Gimana? Kalau sebelum tiga bulan di Rehan mengingkari janjinya, aku rela deh ganti suami,"
Plak
Alisha memukul lengan Hana dengan kencang, "Heh, bicara sembarangan!," Tegurnya menggelengkan kepalanya.
"Awww, aku bercanda, Sha. Astaga, yang jelas aku bakalan bersujud di depan Rehan dan meminta maaf dengannya kalau dia bisa menahan diri untuk tidak dekat dengan si pelakor itu," ralat Hana segera.
Hana sahabat Alisha sejak mereka masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Sejak dulu mulutnyaemanh selalu ceolas ceplos, tapi hatinya sangat lah baik. Hana adalah satu-satunya sahabat Alisha yang masih ada sampai sekarang.
"Terserah kamu deh, Han. Aku cuma mau berterimakasih karena kamu selalu bantuin aku," ungkap Alisha memeluk Hana dengan erat. Ia bersyukur karena masih memiliki sahabat yang perhatiannya tak berkurang sama sekali.
Hana mengelus punggung Alisha, "Aman itu, yang terpenting kalau kamu butuh bantuan apapun itu, jangan sungkan buat hubungin aku, Sha. Aku akan berusaha buat bantuin kamu selagi aku bisa,"
***
Keesokan harinya, Alisha sudah berapa di sebuah rumah tunggu perusahaan Holding Corporation untuk menunggu panggilan interview.
Sebuah perusahaan yang terkenal bergerak di bidang ekspor dan impor dengan anak perusahaan yang ada di mana-mana.
Alisha duduk dengan tenang, tepat di sebelahnya ada empat orang wanita yang membuat kepercayaan diri Alisha seketika menciut, karena rata-rata penampilan mereka sangat cantik dan memiliki bodi seksi.
"Apa mungkin gue bisa bersaing dengan mereka?," Batin Alisha dalam hati sedikit melirik ke sebelahnya. Alisha menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, ia terus memberikan semangat pada dirinya sendiri.
"Tenang, Sha. Rejeki itu nggak akan lagi kemana. Kalau kamu memang tidak di terima di perusahaan ini, pasti di luar sana ada banyak perusahaan yang sedang menunggu kedatangan mu," gumam Alisha dalam hati.
Lamunan Alisha seketika buyar saat mendengar keempat wanita di sebelahnya sedang membicarakan tentang CEO di perusahaan tempat dimana mereka sekarang berada.
"Eh, dengar-dengar CEO perusahaan ini yang langsung interview kita loh, dan menurut cerita orang-orang dia itu seorang duda yang gantengnya nggak ketolong lagi," ucap salah satu wanita di samping Alisha dengan menggebu.
"Oh ya? Pasti bakalan seru deh kalau bisa sampai jadi sekretaris pribadinya. Tiap hari bisa menatap wajah tampannya, bahkan kalau nggak di gaji pun nggak apa juga," sambung yang satunya lagi tersenyum genit membayangkannya.
"Dih, jangan salah kalian, gue dengar CEO perusahaan ini killer banget, makanya sampai sekarang kamu nggak ada sekretaris yang bisa betah bekerja dengan dia," kata wanita satunya bergedik ngeri.
"Ck, gue sih yakin setelah dia melihat gue dia bakalan langsung bertekuk lutut di depan gue. Laki-laki itu semua sama aja, kita hanya perlu angkat rok sedikit aja mereka sudah ngiler sendiri,"
Alisha yang mendengarkan cerita keempat wanita itu hanya terdiam dan tak berani untuk menanggapinya. Setelah beberapa saat menunggu, tiba lah saat dimana mereka semua di persilahkan untuk masuk ke dalam ruangan dimana ada dua orang laki-laki dan satu wanita.
Ruangan yang sangat luas dengan desain modern membuat mata siapapun alam merasa tenang dan nyaman berada di ruangan itu. Ruangan sang CEO perusahaan.
Mata mereka berempat seketika langsung tertuju pada seorang pria yang kini sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menatap semua kandidat sekretarisnya dengan tatapan sangat tajam dan mengintimidasi.
Keempat wanita yang berdiri di sebelah Alisha seolah langsing terhipnotis dengan pesona ketampanan pria itu. Pria dengan raut wajah tegas, serta bola mata berwarna hitam. Membuat wanita mana pun akan jatuh cinta padanya.
"Marissa!, Perlihatkan sekarang" Suara bariton milik pria itu seketika membuyarkan lamunan para kelima wanita di hadapannya.
"Baik, Tuan?," Wanita yang berdiri di samping pria yang duduk di kursi kebesaran itu pun langsung menyalakan sebuah layar besar yang berada di dalam ruangan itu, dan tersambung langsung dengan CCTV di seluruh sudut ruangan perusahaan. Hanya dengan satu kali klik, percakapan dari keempat calon sekretaris itu terdengar begitu jelas oleh mereka semua.
Keempat wanita yang itu seketika melotot dengan sempurna dan saling pandang karena mendengar semua obrolan tentang CEO perusahaan itu. Wajah mereka seketika berubah menjadi merah padam mengajak rasa malu, terkecuali Alisha yang terlihat biasa saja karena memang dia tidak terlibat dengan percakapan unfaedah itu.
"Kalian tahu? Perusahaan saya bahkan sangat tidak membutuhkan wanita tukang gosip seperti kalian,"
"Alan!," Seru pria itu dengan suara lantang.
"Iya, Tuan?," Jawab pria yang berada di sebelahnya.
"Usir mereka semua dari ruangan saya. Saya hanya membutuhkan sekretaris yang serius dalam melakukan pekerjaan, bukan seorang wanita tukang gosip seperti mereka semua," titah sang CEO dengan sangat tegas dan lantang.
Alvaro Maldini Siregar adalah pria yang saat ini di berikan dengan julukan bos gila kerja yang tidak menyukai karyawan yang tidak serius dalam bekerja. Apalagi wanita tukang gosip. Oramg seperti itu tidak akan bisa masuk ke dalam perusahaan yang sudah dia pimpin selama ini.