Istriku Kembali Cantik
Waktu sudah menunjukkan tengah malam. Rehan keluar dari kamar tamu untuk mengambil minum di dapur. Biasanya dia tidak akan pernah keluar dari kamar kalau hanya untuk sekedar minum, karena biasanya Alisha sudah menyiapkan air di dalam kamar, agar Rehan tidak perlu capek keluar kamar saat haus.
Rehan menuju ke dapur, dia langsung membuka kulkas dan matanya langsung tertuju pada sebuah kue ulang tahun yang masih terlihat utuh di dalam sana.
Rehan pun langsung mengeluarkan kue itu, dan menyimpannya di atas meja makan. Rehan pun langsung memotong kue ulang tahun itu dengan pisau khusus, lalu melahapnya.
Rasanya masih sangat sama seperti biasanya, sangat enak. Alisha memang sangat hebat dalam membuat kue atau memasak makanan apapun, Rehan pun mengakui hal itu.
Namun satu kelemahan Alisha— semenjak dia melahirkan putri mereka, Alisha tidak lagi bisa mengontrol berat badan dan penampilannya. Sehingga membuat Rehan jenuh dan matanya harus mencari keindahan di luar rumah.
Pemenangnya adalah Rossa— sang sekretaris yang bisa menyenangkan mata Rehan. Dia seorang janda dengan dua anak, tapi tubuhnya seperti gitar spanyol. Rehan kerap kali membandingkan istrinya dan juga sekretarisnya, yang akhirnya Rehan terpesona dan mengagumi pesona sang sekretaris.
Setelah memakan dua potong kue ulang tahun yang di buat khusus untuknya, Rehan pun langsung masuk ke dalam kamar untuk tidur.
Keesokan harinya, seperti biasa— menyiapkan sarapan di atas meja makan untuk suaminya. Seolah olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Alisha masih melayani semua kebutuhan Rehan seperti hari sebelumnya. Keduanya pun sarapan bersama tanpa bersuara, dan setelah selesai Alisha membuat kopi untuk Rehan dan membawanya ke ruang tamu.
Tapi, bersamaan dengan itu, Alisha membawakan secarik kertas dan menyodorkannya di depan Rehan. Rehan mendongak menatap Alisha yang kini juga menatapnya. "Apa ini," tanya Regan penasaran.
"Aku sangat mencintaimu, Mas. Aku ingin menyelamatkan pernikahan kita. Meski ini memang sangat menyakitkan buatku, tapi aku sangat sadar semua ini adalah salahku sendiri. Jadi, aku ingin secepatnya memperbaiki semuanya," Alisha menarik nafas panjangnya.
"Ayo kita buat perjanjian, Mas. Kalau dalam waktu tiga bulan aku nggak bisa tampil cantik di hadapan mu. Aku ikhlas melepaskan mu bersama dengan wanita itu. Tapi, selama tiga bulan itu— berjanjilah kalau Mas nggak akan pernah menyentuh wanita itu, apalagi sampai tidur dengannya,"
Rehan tersedak kopi yang sedang ia minum saat ini. "Tidak bersentuhan? Selama tiga bulan ini?," Ucap Rehan dalam hati.
Rehan menelan ludah dengan susah payah membayangkan selama 3 bulan harus tidak bersentuhan dengan Rossa, rasanya itu tidak akan mungkin. Setiap inci tubuh Rossa adalah canda untuknya.
"Rossa itu adalah sekretaris ku, kami selalu bekerja bersama dan susah pasti terkadang terlibat sentuhan," elak Rehan.
"Aku nggak masalah kalau hanya sebatas kerjaan, yang aku maksud jangan sampai kalian berhubungan suami istri— karena kalian bukan pasangan yang halal," tekan Alisha dengan tegas dan menahan kekesalannya.
Rehan menghela nafasnya dengan kasar. "Kalau Mas tidak setuju, aku akan laporkan perselingkuhan Mas pada keluarga besar Mas, terutama Ibu. Kamu tahu kan kalau Ibu sangat membenci perselingkuhan? Kalau Ibu sampai tahu putra tercintanya berselingkuh——
"Iya! Oke, Baiklah, Alisha. Aku menyetujui semuanya. Aku akan tanda tangan surat perjanjian ini," Rehan pun langsung menandatangani kertas yang baru saja dibawa oleh Alisha.
Alisha tersenyum puas saat melihat Rehan yang begitu mudah untuk di ajak kerja sama. Bahkan dia belum membaca isi dari surat perjanjian itu seluruhnya.
"Sudah selesai," ucap Rehan mengembalikan surat perjanjian itu.
Alisha mengangguk, "Selama tiga bulan ini Aku akan pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diriku. Rumah kita serta Revina kamu sendiri yang akan mengurusnya" ucap Alisha.
Rehan melebarkan matanya, "APA?! Kamu sudah gila ya? Nggak usah bertingkah aneh-aneh, Alisha. Kalau kamu nggak mau urus rumah dan Renata, lalu siapa yang mau mengurus semuanya?," Sentak Rehan protes.
"Kamu kan bisa memakai jasa asisten rumah tangga dan juga menyewakan baby sitter untuk Renata," jawab Alisha santai.
Rehan menggelengkan kepalanya tidak setuju, "Nggak bisa! Kamu sudah gila, kenapa juga aku yang harus buah uang untuk melakukan semua itu kalau aku sendiri punya istri yang biasa mengerjakan segalanya," tolak Regan.
"Aku butuh waktu untuk diriku sendiri, Mas. Aku butuh perawatan dan lain sebagainya. Jika aku masih terus mengurus pekerjaan rumah yang tidak pernah ada habisnya, bagaimana bisa aku merawat diriku sendiri?,"
"Ya, itu terserah kamu saja lah. Lakukan saja apapun yang kamu ingin lakukan, tapi jangan pernah kamu meminta uang sepeserpun dariku, karena kamu sudah tidak mengerjakan apa-apa lagi," ancam Regan.
Alisha sedikit kecewa dengan keputusan Rehan. Apalagi dia ingin berubah menjadi cantik, untuk suaminya sendiri. Namun, Alisha sudah tekad dengan semua keputusan yang diambil— dia harus bisa berubah dalam waktu yang singkat meski tanpa biaya dari suaminya lagi.
"Baiklah kalau memang Mas Rehan tidak ingin memberiku uang sepeserpun, aku juga masih bisa mencari uang sendiri. Mungkin saja kamu sudah lupa, sebelum kita menikah aku juga bekerja di kantor,"
"Kamu pikir kantor mana yang akan mempekerjakan wanita modelan sepertimu? Lihat dirimu di cermin, sama sekali tidak ada menariknya. Tidak akan ada kantor yang mau menerima wanita gendut seperti mu" hina Rehan dengan tega membuat luka di hati istrinya sendiri.
"Terserah, Mas. Kamu tidak perlu memikirkan hal itu. Aku bahkan bisa mengurus diriku sendiri, dan perjanjian kita akan dimulai dari hari ini. Aku juga sudah mengemas semua barang-barangku, dan pagi ini juga aku akan pergi dari rumah ini," tegas Alisha berusaha untuk tetap tegar.
"Secepat ini? Terus bagaimana dengan Revina? Kamu tega meninggalkannya sendiri?"
"Ada kamu, Mas. Terserah kamu mau mengurus Revina seperti apa. Kamu sudah tanda tangan surat perjanjian kita yang didalamnya berisi kalau selama tiga bulan kamu yang akan mengurus Revina sepenuhnya,"
Rehan menggelengkan kepalanya frustasi, "Arghh— kamu benar-benar sudah tidak waras Alisha,"
"Hanya tiga bulan saja, Mas. Setelah itu aku akan kembali dan menjadi istri sekaligus ibu Revina seperti biasanya, asal kamu tidak melanggar semua yang sudah kita sepakati barusan," ucap Alisha mengingatkan.
Alisha pun langsung beranjak meninggalkan ruang makan dan langsung masuk ke dalam kamar, tanpa pikir panjang ia keluar dan menyeret kopernya.
"Aku sudah bilang sama Ibu kalau nanti sore Mas akan datang menjemput Revina di rumah ibu. Jadi, nanti sore Mas jangan lupa untuk ke sana,"
"Kamu seriusan mau pergi dari rumah ini, Alisha?," Tanya Regan seolah tidak percaya dengan keputusan istrinya itu.
Alisha mengangguk dengan menatap, "Hanya sementara saja, Mas. Sampai aku pantas untuk kembali berdiri di sampingmu, makan di saat itu juga aku akan kembali lagi ke rumah ini,"
"Apa kamu fikir menurunkan berat badan akan semudah dengan membalikkan telapak tangan? Berat badan lalu wajah sudah over sekali, dan aku sangat yakin, dengan waktu sepuluh tahun pun kamu tidak akan bisa menurunkannya kembali," telah Rehan.
Aisha tidak menjawab perkataan Rehan melainkanendekat dan meraih tangan Rehan, lalu menciumnya, "Aku pamit ya, Mas, dan aku harap kamu akan menjaga diri dari hal yang sudah di haramkan dalam agama," ucap Alisha, lalu meninggalkan Regan yang kini berdiri mematung di tempatnya.
Rehan menatap punggung Alisha yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya. Setelah pintu rumah benar-benar tertutup, bersamaan dengan itu juga Rehan tiba-tiba teringat saat pertama kali dia membawa Alisha masuk ke dalam rumah ini—sebelum menikahi Alisha.
Lima tahun yang lalu, Alisha adalah wanita yang sangat cantik dengan tubuh yang juga indah. Alisha hanya wanita biasa yang bekerja satu kantor dengannya. Di saat pertama kali Rehan melihat Alisha, Rehan sudah jatuh cinta dan memutuskan untuk melamarnya.
Pernikahan mereka sangat bahagia. Rehan merasa menjadi pria paling beruntung karena memiliki istri yang selain cantik, Alisha juga pandai dalam hal memanjakan perutnya, dan Ibu Rehan pun sangat menyukai Alisha, bahkan sudah menganggap Alisha sebagai putrinya sendiri.
Namun, itu sebelum mereka memiliki Revina. Setelah kelahiran Revina, ia merasa Alisha tak lagi menarik dan begitu membosankan. Alisha bahkan tidak bisa lagi memanjakan Rehan di atas tempat tidur karena putrinya yang lumayan rewel saat itu, sehingga Rehan mulai jenuh dan malas jika berada di rumah.
Di saat Rehan mendapatkan sekretaris baru yang baru bekerja setahun belakangan ini yaitu Rossa. Rehan semakin malas untuk berada di rumah, bahkan ia selalu menghabiskan waktu bersama Rossa dengan alasan pekerjaan, sampai pada akhirnya tepat di malam ulang tahun yang kemarin, Rehan menyatakan cinta pada Rossa dan wanita itu menerimanya.
Rehan sangat bahagia di saat itu dan tanpa sadar dia langsung mencium bibir Rossa dengan begitu mesra, dan tanpa dia sadari ternyata di sana ada Alisha yang menyaksikan semuanya.