Istriku Kembali Cantik
"memangnya masih belum selesai juga?," Tanya Alvaro dengan suara lirih. Meskipun suasana ruangan sudah terang, akibat cahaya senter hape, namun Alvaro masih terlihat begitu lemas, ditambah dengan dia yang ternyata sedang kurang sehat.
"Sabar ya, Pak. Sebentar lagi juga selesai kok," sahut Alisha. Ia hendak berdiri untuk bertanya pada Alan yang masih berada di luar lift, apakah masih lama mereka memperbaiki pintunya.
"Mau kemana kamu? Nggak usah kemana-mana, di sini aja," cegah Alvaro, segera menarik tangan Alisha untuk kembali duduk di sebelahnya.
"Aku hanya mau bertanya pada Mas Alan, apakah masih lama atau tidak," jawab Alisha berusaha untuk sabar menghadapi sikap bosnya itu.
"Tidak perlu. Tunggu saja di sini," ucap Alvaro dingin.
Alisha mengangguk, dia mengipaskan tangannya di depan leher dan wajah karena suhu di dalam lift itu mulai panas. Sedangkan Alvaro sudah membuka semua kancing kemejanya dan memperlihatkan dadanya yang begitu sispack.
Alisha yang tak sengaja melihat bentukan bosnya itu pun melotot dengan kaget. "Bapak kenapa malah buka baju disini? Astaga..." Lirih Alisha segera mengalihkan pandangannya dan langsung berbalik memunggungi Alvaro.
"Saya kepanasan, badan saya terasa gerah sekali. Seharusnya kamu itu merasa beruntung, karena biasanya wanita di luar sana selalu mengemis untuk melihat ku tanpa sehelai benang pun," ucap Alvaro tersenyum penuh arti, sedangkan Alisha yang mendengarnya langsung menutup telinga.
"Ya Allah, terlihat ku jadi ternodai. Bapak ini, dalam keadaan sakit saja masih sempat-sempatnya berkata mesum seperti itu," gerutu Alisha yang tak senang.
"Loh, aku hanya mengatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Semua wanita itu akan tunduk di hadapan pria yang memiliki banyak uang, apalagi pria seksi seperti ku ini," sahut Alvaro dengan kepedean yang begitu tinggi.
Alisha menggelengkan kepalanya, ia tidak setuju dengan ungkapan dari bosnya itu, "Tidak semua wanita seperti itu, Pak, ada banyak kok wanita di luar sana yang sama sekali tidak menilai semuanya dari uang. Buktinya, saya bertahan dengan suami saya meskipun hanya diberikan uang yang pas-pasan. Saya masih sangat mencintainya, meskipun saya tahu kalau dia itu berselingkuh di luar sana," ungkap Alisha menjadi sebuah curahan hati.
"Ya, itu karena kamu memang wanita yang bodoh. Sudah tau di selingkuhi, tapi masih saja mencintai," balas Alvaro pedis.
Alisha mengusap dadanya, ia berusaha untuk sabar dan terbiasa mendengar ungkapan kasar dari bosnya itu, "Saya hanya merasa ini kejadian yang menimpa rumah tangga saya itu adalah kesalahan saya sendiri, Pak. Saya memang bersalah di sini, dan patut untuk di salahkan oleh suami saya," Alisha menghela nafasnya berat, "Andai saja saya bisa menjaga tubuh saya dan merawatnya dengan baik, mungkin saja suami saya tidak akan tergoda dengan wanita cantik di luar sana. Kalau saja saya bisa terus cantik, dan terus merawat diri, mungkin suami saya tidak sampai tergila-gila dengan wanita cantik yang berada di sekitarnya," ungkap Alisha lagi kembali menyalahkan dirinya.
"Astaga, kenapa mereka lama sekali sih," keluh Alvaro berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia juga merasa kasihan pada nasib sekretarisnya itu.
"Sabar, Pak. Mereka juga sedang berusaha di luar. Kalau bapak tidak sabaran seperti ini, Bapak akan semakin kepanasan," sahut Alisha.
"Tapi saya tidak suka berlama-lama berada di dalam sini,"
"Hmmh, saya juga tidak suka, Pak. Tapi, saya baru tahu kalau Bapak takut dengan gelap. Saya pikir Bapak tidak takut dengan apa pun, karena saat Bapak memasang wajah yang garang, jangankan manusia Pak, setan saja pasti akan takut dengan Bapak," ucap Alisha terus ngerocos tanpa henti.
"Heh, enak saja. Nggak lucu ya!," Seru Alvaro tak senang.
Alisha berusaha menahan tawanya, "Loh, memangnya siapa yang sedang ngelucu Pak? Saya ini hanya mengatakan yang sebenarnya. Bapak itu memang menyeramkan kalau sedang mode marah, tapi ternyata malah takut dengan gelap. Bapak itu kalau dengan anak Bayi," cibir Alisha.
"Diam kamu!,"
"Tuh kan, mode Iblisnya kumat. Setan saja kalau mendengar bentakan Bapak, saya bisa jamin setannya bakalan terkena serangan jantung mendadak. Bapak kenapa sih, hobi banget berteriak..... Emhhp.."
Alvaro langsung membekap mulut Alisha yang terus saja meledeknya. "Diam, kenapa kamu itu sangat cerewet!,"
"Emhh!!," Alisha berusaha untuk melepaskan tangan Alvaro dari mulutnya.
"Berjanji dulu, kamu berhenti bicara kalau aku melepaskan tangan ku," tawar Alvaro. Seketika Alisha melotot ke arah Alvaro. "tidak usah melotot seperti itu, aku tidak akan pernah takut dengan mu!,"
Alisha lalu menurunkan pandangannya. Setelah itu barulah Alvaro melepaskan tangannya secara perlahan, dan tiba-tiba saja Alisha ingin kembali berbicara, namun Alvaro kembali menutup mulutnya.
"Kepalaku sudah sangat pusing, jadi aku akan melepaskan tangan ku jika kamu berjanji akan diam," ucap Alvaro. Sebenarnya dia begitu lemas, tapi mendengar Alisha yang begitu cerewet, dia memaksakan diri untuk membekap mulut gadis itu.
Saat Alisha mengangguk pelan, Alvaro pun kembali melepas tangannya, dan sesuai yang di inginkan oleh pria itu, Alisha pun memilih untuk diam. Keduanya pun terdiam untuk beberapa saat.
"Waktu kecil, saya pernah bermain petak umpet bersama dengan teman seusia ku. Saat aku hendak bersembunyi di belakang rumah, kaki ku terpeleset dan jatuh ke dalam sebuah sumur tua. Sumur itu sangat gelap, aku bahkan sampai kesulitan untuk bernafas di dalamnya. Aku terus berteriak, tapi sayangnya tidak ada yang mendengar ku. Aku ketakutan di dalam sana, dan setelah dua hari di dalam sumur itu, aku pasrah karena aku pikir aku akan mati di dalam sana. Tapi ternyata, aku akhirnya bisa selamat. Ada orang yang waktu itu tidak sengaja mendengar suara teriakan ku, dan saat mereka mencari aku pun di temukan dengan kondisi yang sudah sangat lemas. Dan mulai dari situ, aku sangat takut dengan gelap dan tempat yang sempit. Aku tiba-tiba saja akan mengingat kejadian itu dulu, yang rasanya sangat menakutkan," terang Alvaro tiba-tiba tanpa prasangka Alisha.
Entah ini hanya perasaannya saja atau apa, Alisha tiba-tiba saja merasa jika Alvaro memiliki sisi manusia juga setelah selama ini ia mengira Alisha seorang iblis yang jahat. Ya, iblis yang jahat, karena selama ini Alvaro selalu menunjukkan sisi kejamnya.
"Bapak tau, kalau Bapak bersikap baik seperti ini, anda sangat terlihat begitu berbeda. Bapak terlihat sangat.... tampan," ucap Alisha dengan santai.
"Sayae memang sudah tampan sejak dulu, dan kau tidak perlu sampai memujiku seperti itu, aku tidak akan jatuh cinta pada mu, meskipun kau memuji ku setinggi langit," sahut Alvaro kembali menunjukkan sisi menyebalkannya.
"Hey, aku juga tidak mungkin jatuh cinta pada Anda ya. Aku ini wanita bersuami dan sudah memiliki seorang anak. Jadi, aku tidak akan mungkin jatuh cinta pada pria lain, aku ini wanita yang sangat setia," protes Alisha menggebu.
Tak!
"Awwwww!," Alisha meringis kesakitan akibat keningnya yang di sentil oleh Alvaro dengan keras.
"Kamu setia dengan pria brengsek? Itu bodoh namanya!," Cibir Alvaro.
Alisha seketika terdiam, ia memikirkan ucapan Alvaro. Dan menurutnya, apa yang di katakan bosnya itu memang benar, dia memang wanita bodoh karena masih saja mencintai suaminya meskipun sudah memergokinya selingkuh. Tapi, Alisha masih merasa jika semua itu adalah kesalahannya, jadi dia harus berusaha untuk memperbaikinya dengan merebut kembali hati suaminya seperti dulu.
Bagi Alisha, menikah itu hanya sekali seumur hidup, dan dia hanya akan menikah sekali dengan pria yang ia cintai, yaitu Rehan.
"Bapak juga berarti tidak pintar dong, karena Bapak sampai sekarang saja tidak menikah. Pasti Bapak masih mencintai mantan istri Bapak, iya kan? Jujur saja,"