Istriku Kembali Cantik
Bu Weni mengantarkan Alisha pulang ke rumah kontrakannya. Meskipun tidak enak hati, Alisha pun hanya bisa untuk menuruti permintaan dari Bu Weni ketika ia menawarkan tumpangan dan akan mengantarkan Alisha sampai di kontrakan.
"Besok kamu jangan sampai terlambat ya? Putra ku itu sangat membenci orang yang tidak di siplin. Jadi, saya harap kamu bisa datang ke kantor sebelum jam operasional kantor di mulai. Kalau perlu kamu bisa datang sebelum Alvaro datang, karena biasanya dia akan datang tepat pukul 07:00 pagi," jelas Bu Weni panjang lebar sebelum ia pulang.
Alisha mengangguk, "Baik, Bu," jawabnya dengan suara lemah.
"Satu lagi, Alisha, kamu harus bersungguh-sungguh bekerja dengan Alvaro, karena saya tidak mau dia mendapat kamu celah sedikit pun untuk mengusirmu dari kantornya. Karena kalau sampai kamu melakukan kesalahan sedikit saja dan membuat dia harus memecat kamu, maka kamu harus membayar biaya denda yang tentu jumlahnya kamu tau sendiri," sambung Bu Weni sedikit memberikan ancaman.
"Iya, Bu, saya akan laksanakan apapun yang Ibu katakan," ucap Alisha dengan pasrah.
Bu Weni pun langsung meninggalkan rumah kontrakan Alisha. Sedangkan wanita itu berjalan masuk ke dalam rumahnya dengan langkah yang lunglai.
"Ini sudah seperti musibah bagi ku. Bagaimana bisa aku satu kantor dengan pria menyebalkan itu? Sudah gila, galak, dan mesum pula. Ya Allah," lirih Alisha mengusap wajahnya frustasi.
Sepanjang malam, Alisha bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia sudah membayangkan hari-harinya akan menjadi sangat berat saat menjadi sekretaris dari bos yang gila. Sampai tiba adzan subuh berkumandang, ia pun langsung bangun untuk mandi dan langsung bersiap-siap.
Setelah selesai bersiap, Alisha pun langsung mengambil dompet dan mengecek isinya. Matanya tiba-tiba saja melebar karena melihat uang yang berada di dalam sana.
Hanya tinggal beberapa lembar saja dan hanya bisa di gunakan untuk makan selama satu bulan, kalau dia menggunakannya untuk ongkos hari ini dan seterusnya, sudah bisa langsung di pastikan dia tidak akan bisa makan sampai akhir bulan.
Alisha menghela nafas panjang, dia pun keluar dari rumah dan menghirup udara pagi yang begitu segar.
"Jalan kaki itu kan sehat, nggak ada salahnya kalau aku jalan kali sampai kantor sekali-kali. Sangat Alisha kamu pasti bisa," ucapnya menyemangati dirinya sendiri, lalu ia pun mulai berjalan menuju ke kantor.
Merasa sudah di pertengahan jalan, Alisha kembali melihat jam, "Kalau langkah ku seperti ini, aku bisa sampai di kantor jam delapan, bisa tamat riwayat ku nanti," gumam Alisha.
Alisha pun mempercepat jalannya, bahkan ia berlari kecil agar bisa sampai di kantor dengan cepat. Namun, kesialan kembali menimpa Alisha— saat beberapa langkah lagi ia akan tiba di kantor, Alisha malah terkena cipratan genangan air akibat mobil yang melaju dengan kencang.
"Arghhhh, sialannn!," Pekik Alisha.