Istriku Kembali Cantik
Seketika Rossa menelan salivanya dengan susah payah. Dia baru saja tahu jika wanita di hadapannya ini adalah Ibu dari kekasihnya yang begitu terlihat menakutkan.
Rehan sedikit berdehem, "Rossa, kamu sudah membawa berkas yang saya minta kamu?," Tanya Regan dengan sopan berusaha untuk menengahi.
Rossa mengangguk lemah, "I-iya, Pak. Berkasnya ada di dalam mobil," jawab Rossa gelagapan. Ia pun langsung melangkah menuju ke mobilnya dan mengambil sebuah map berwarna biru, lalu segera menyerahkannya pada Rehan.
Setelah Rehan menerimanya, ia pun memberikan isyarat pada Rossa untuk segera pergi dari kediamannya, karena situasi saat ini sedang tidak aman. Apalagi melihat tatapan dari Bu Anis yang begitu tajam pada Rossa.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak, Bu," pamit Rossa.
Rehan pun mengangguk dan hendak masuk tapi langkahnya terhenti saat mendengar suara dari sang Ibu.
"Tunggu dulu," Bu Anis menghentikan langkah Rossa.
Rossa berbalik dan menatap takut pada Bu Ani, "Iya, Bu? Ada apa?," Sahut Rossa.
"Kamu tahu, kalau saya itu biss mencium bau-bau seorang j4lang meskipun dari jarak yang begitu jauh. Kamu itu adalah wanita yang sangat cantik. Jadi, saya sangat berharap kamu tidak ada niat untuk menjadi seorang j4lang yang akan menghancurkan rumah tangga orang lain. Apalagi itu adalah rumah tangga putra saya sendiri," ujar Bu Anis bersungguh-sungguh dan tegas.
"Sa-saya bukan seorang j4lang, Bu. Saya ini wanita baik-baik," kilah Rossa dengan gugup.
"Syukurlah kalau begitu," Bu Anis langsung mengusap rambut panjang Rossa. "Kamu tahu kan? Dulu suami saya pun tega berselingkuh, dan kamu tahu apa yang saya lakukan pada selingkuhannya?," Tanya Bu Anis begitu menakutkan.
Rossa langsung menggelengkan kepalanya. Bu Anis pun langsung berbisik tepat di dekat telinga Rossa, "Aku menyiram wajah wanita itu dengan menggunakan air keras hingga wajahnya begitu hancur,"
Seketika, Rossa secara reflek menyentuh wajahnya yang begitu mulus dan putih.
"Dan aku pun akan melakukan hal yang sama pada wanita yang berani mencoba merusak rumah tangga putra ku dan menantu kesayangan ku," Bu Anis menyeringai saat ia me jatuhkan wajahnya dari telinga Rossa.
Seketika tubuh Rossa bergetar dengan hebat. Ia langsung membayangkan jika wajahnya akan berakhir seperti selingkuhan suami dari Ibunya Rehan.
Wajah Rossa seketika menjadi pucat pasi di saat itu juga. Dia pun memundurkan langkahnya dan hampir saja ia terjengkang ke belakang jika saja Bu Anis tidak segera meraih tangannya.
"Jangan takut. Aku tahu kau itu bukan wanita yang seperti itu. Jadi, tidak perlu kau berekspresi berlebihan seperti ini," ucap Bu Anis sembari menunjukkan senyum manisnya.
***
Alisha sangat kesal saat ini. Dia bahkan sudah menunggu lama untuk di interview, namun justru dia menolah dengan tidak hormat.
"Astaga, mengingat kakaknya saja aku sudah sangat kesal. Memangnya ada bos jahat seperti itu? Setidaknya, kalau tidak mau menerima seseorang menjadi sekretaris, jangan pernah perlakukan kami dengan sangat keterlaluan," omel Alisha sambil membuka nasi Padang kedua yang tadi ia beli saat pulang ke kontrakan.
"Rasanya aku ingin membakar kantornya sampai habis tak tersisa," lanjut Alisha terus mengumpat kesal.
Disaat nasi padang bungkus keduanya hampir habis, tiba-tiba saja Hana melalukan video call dinponselnya.
"Iya, Han?," Sahut Alisha dengan mulut yang masih di penuhi dengan makanan.
"Astaga Alishaaa, apa yang sedang kamu lakukan?," Hana melotot saat ia melihat mulut Alisha yang di penuhi dengan makanan, dan juga melihat tiga nasi Padang yang belum terbuka do samping tangan Alisha.
"Aku sedang makan," jawab Alisha santai.
"Makan apalagi, Alisha? Kamu makam dengan siapa? Kenapa ada tiga bungkus nasi Padang utuh dan juga bekas di sana," tunjuk Hana sembari melotot.
"Aku lagi begitu kesal, jadi aku melampiaskannya dengan makan banyak,"
"Ya ampun, Alisha. Bagaimana kamu mau kurus kalau kamu saja tidak bisa mengontrolakanan mu. Dan bagaimana dengan wawancara mu hari ini? Apa berhasil?,"
Alisha menghentikan suapan ke mulutnya dan terlihat begitu gusar.
"Iya, padahal aku mengatakan tiga bulan pada Mas Rehan, tapi kalau keadaannya seperti ini, aku tidak akan bisa tampil cantik di hadapan Mas Rehan. Saat itu aku pasti sudah gila saat mengatakan kalau aku bisa tampil cantik dalam tiga bulan. Terus bagaimana Hana? Dua bungkus nasi Padang sudah masuk ke dalam perut ku, pasti sekarang sudah jadi lemak di dalam," lirih Alisha seketika terisak.
Alisha mengutuk dirinya yang sangat tidak bisa mengontrol nafsu makannya saat sedang kesal. Bahkan tubuhnya sudah bulat seperti ikan buntal, dan kini ia masih ingin menambahnya.
"Sudah nggak usah menangis, lebih baik sekarang kamu lari keliling stadion yang ada di dekat kontrakan mu, agar nasi yang kamu makan tadi bisa di cerna dengan baik sama tidak menjadi lemak,"
"Lari?," Tanya Alisha
"Iya lari, Hsa. Satu-satunya cara buat bikin kamu kurus, ya lari. Karena mau sedok lemak, kamu kamu nggak punya uang sekarang,"
"Tapi aku nggak bisa lari, Hana," rengek Alisha.
"Ya sudah, kamu tidur saja di rumah dan kamu nggak akan bisa nunjukin ke si Rehan brengs3k itu kalau kamu bisa tampil dengan cantik. Selamanya kamu hanya akan hidup bersama dengan lemak-lemak jahat yang ada di tubuhmu," meski terdengar kasar, tapi Hana sengaja melakukannya agar sahabatnya itu bisa segera merubah dirinya.
"Baiklah, aku akan cepat mencobanya,"
"Tunggu, Sha. Bagaimana dengan wawancara kamu tadi?" Tanya Hana penasaran.
"Jangan di bahas lagi. Gara-gara kejadian tadi pagi, alu jadi khilaf beli nasi Padang lima bungkus,"
"Memangnya kejadian apa, Sha?," Tanya Hana begitu penasaran.
"Bos perusahaan itu memang benar-benar gila. Bayangkan saja, lima orang yang melamar untuk jadi sekretaris, tapi tidak ada satu pun yang lolos. Bayangkan saja, empat wanita cantikalah di usir dengan tidak hormat hanya karena mereka ketahuan bergosip sebelum wawancara. Gila nggak tuh?,"
Hana terdiam sambil manggut-manggut, mendengarkan cerita Alisha dengan begitu serius.
"Dan yang lebih parah lagi, aku bahkan nggak ikut bergosip dengan keempat wanita itu, tapi aku juga di usir dengan tidak hormat. Masa dia bilang, karena tubuh ku yang gendut, aku tidak akan bisa melakukan apa pun lagi. Rasanya aku ingin membakar kantornya agar dia jatuh miskin," ucap Alisha berapi-api.
"Sabar, Sha. Kamu jangan sampai pantang menyerah. Besok kamu cari kerjaan lain aja, alu yakin kalau kita berusaha pasti akan ada hasilnya," ujar Hana memberikan semangat pada sahabatnya agar Alisha tidak mudah putus asa.
"Tapi aku sudah nggak yakin, Hana. Benar kata Bos gila itu, kalau nggak akan ada perusahaan yang mau menerima wanita gendut seperti aku. Bahkan Mas Rehan pun mengatakan hal yang sama, kalian kalau nggak akan bisa melakukan apapun dengan tubuh ku yang sebesar ini," ungkap Alisha dengan sendu.
"Jangan menyerah ya, Sha. Aku yakin kamu itu pasti bisa. Nanti kalau hari libur, aku akan menemani kamu olahraga sambil mengajari kamu cara diet yang sehat biar kamu bisa kembali kurus dalam waktu tiga bulan. Sekarang yang terpenting, adalah kamu jangan makan nasi Padang dulu. Pokoknya kamu harus berjuang selama tiga bulan ini, dan bikin suami nggak tahu diri kamu itu menyesal karena sudah berselingkuh,"
"Hemhh, iya Hana. Aku memang harus berusaha semaksimal mungkin,"
"Ya sudah kalau gitu, Sha. Aku tutup telfonnya dulu. Jangan lupa ya, kamu nggak boleh diam di rumah. Keluar sama, jalan kaki dua jam aja cukup, atau nggak kamu bisa lari di dalam stadion biar nasi Padang tadi nggak berubah menjadi lemak,"
"Iya, Hana. Aku akan mencobanya," setuju Alisha.
Panggilan pun terputus. Alisha pun segera bangkit dari duduknya dan melangkah males keluar dari rumah. Karena perutnya yang terasa begitu kenyang, ia pun jadi mengantuk sehingga ia langsung mengurungkan niatnya keluar dari rumah dan kembali masuk langsung ke dalam kamar.
"Huh, tidur dulu setengah jam nggak apa kali yah? Kamu tidurnya hanya sebentar. Setelah itu baru aku pergi lari," gumam Alisha yang membenarkan apa yang dia lakukan itu.
Alisha naik ke atas tempat tidurnya, ia berbaring sambil memainkan ponselny. Alisha pun langsung teringat dengan wanita yang saat itu bersama dengan Rehan.
Alisha yang dengan iseng pun langsung membuka akun media sosialnya, lalu mengetikkan sebuah nama yaitu Rossa.
Namun, ada banyak nama Rossa yang terpampang di sana. Tapi, seketika mata Alisha tertuju pada satu akun yang foto profilnya mirip dengan wanita yang saat itu bersama dengan suaminya di cafe Galaksi.
Alisha pun membukanya, dan si sana ada banyak sekali foto-foto Rossa yang begitu cantik dan seksi, juga ada foto kedua anaknya. Seketika Alisha kembali mengingat kata-kata dari suaminya.
"Alisha itu punya dua anak, tapi tubuhnya justru begitu bangun, dan kamu? Anak baru satu saja, tapi sudah nggak bisa menjaga penampilan" ucap Rehan di saat itu.
Alisha pun langsung bangkit dari barangnya dan keluar dari kamar. Ia bertekad untuk melawan rasa kantuknya.
Dengan percaya diri, ia keluar dari rumah dan berjalan menuju ke sebuah stadion bola yang hanya berjarak tiga puluh menit jika berjalan kaki.
Sesampainya Alisha di sana, dia melihat Masih banyak orang yang berolahraga di sana meski saat ini sudah pukul sebelas siang.
Ada juga yang hanya sekedar datang untuk membeli jajanan yang ada di sekitar stadion, ada juga beberapa pasangan muda-mudi yang memilih tempat itu untuk berjalan-jalan di luar stadion.
Alisha merasa tubuhnya itu begitu berat, sehingga dia pun tidak langsung berlari, melainkan berjalan lebih dulu mengelilingi luar stadion.
Setelah dua putaran berjalan, Alisha pun mencoba untuk berlari kecil, ternyata dia bisa melakukannya. Sebuah senyuman terbit di wajah wanita itu.
Alisha pun mulai menambah kecepatan berlarinya, dan tidak terasa sudah dua putaran dia berlari. Namun, ia belum menghentikan kakinya, karena di saat ini dia terus mengingat saat di mana suaminya mencium mesra wanita selingkuhannya tepat di depan mata kepalanya sendiri.
Alisha begitu marah, sakit hati, tapi dia tidak bisa untuk berbuat apa-apa. Alisha pun hanya memejamkan matanya untuk sedikit menghilangkan bayangan tersebut.
Namun, bukannya bayangan itu menghilang, justru aksinya itu membuatnya menabrak seseorang.
Bruk!
"Astaga! Punya mata nggak sih Lo!," Teriak wanita yang di tabrak oleh Alisha.
Alisha begitu panik, "Maaf ya, Mbak. Saya benar-benar minta maaf, saya tidak sengajae melakukannya," ucap Alisha merasa bersalah karena membuat wanita itu jatuh terjengkang ke belakang.
Alisha pun berinisiatif untuk menolong wanita itu dengan mengulurkan tangannya. Namun, wanita itu justru menepis tangan Alisha dengan kasar.
Wanita itu pun langsung bangkit dan mengambil minumannya yang tersisa setengah di dalam botol
Ia langsung menyiramkan minuman itu tepat di wajah Alisha.
"Rasakan itu! Itu hukuman buat Lo karena sudah berani nabrak gue sampai jatuh," ucap wanita itu ketus dan merasa puas dengan tindakannya.
Alisha langsung megap-megap karena serangan tiba-tiba dari wanita itu.
"Valerie, kenapa kamu bertingkah begitu kasar?," Seorang pria menghampiri wanita yang tadi menyiram wajah Alisha.
"Salah dia sendiri lari nggak pake mata, dia malah nabrak aku. Aku terjatuh, kaki ku sangat sakit. Wajar dong kalau aku ngelakuin itu ke dia," balas wanita itu angkuh.
"Tapi nggak sekasar itu juga, Valerie. Dia juga pasti nggak sengaja nabrak kamu,"
"Iya sih nggak sengaja, tapi aku jadi sakit karena kecerobohan dia sendiri," ungkap wanita itu mengerucutkan bibirnya.
"Bu, aku minta maaf karena kekasaran dari pacar saya ini ya?," Ucap Adam, kekasih Valerie.
"Hah? Dia manggil gue, Bu?," Gumam Alisha, dengan dahinya yang mengkerut saat mendengar pria di hadapan itu memanggilnya dengan sebutan Bu.
Apakah wajahnya memang setia itu? Padahal umurnya baru saja dua puluh lima tahun, bukan empat puluh tahun. Apaemang wajah Alisha sudah mirip dengan Ibu-Ibu?
"Ngapain juga sih kamu minta maaf sayang," protes Valerie tak senang.
"Dia itu lebih tua dari kita, Rie. Jadi tolong, kamu jangan bersikap kasar," tegas Adam.
"Nggak apa-apa, Mas. Ini memang juga salah saya, jadi saya bisa menerimanya," ucap Alisha berusaha mengadakan suasana yang sudah memanas.
"Tuh kan, dia saja mengaku kalau dia yang salah," ketus Valerie.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Bu," Adam pun langsung meninggalkan Alisha dengan menarik tangan kekasihnya itu.
"Ibu? Astaga, apa aku memang setia itu?," Alisha pun menatap wajahnya dan juga tubuhnya pada pintu kaca stadion yang tertutup.
"Astaghfirullah!," Alisha segera membalik keseluruhan tubuhnya dari pantulan cermin itu.
Hari sudah mulai semakin terik. Alisha pun segera pulang saat adzan dhuhur sudah mulai berkumandang.
Dia kembali berjalan kaki menuju ke rumah kontrakannya, dan setelah itu dia pun langsung mandi karena tubuhnya yang sangat lengket akibat keringat.
Sore harinya, karena Alisha nggak tahu harus mengerjakan apa, dia pun memutuskan untuk keluar rumah. Bersamaan dengan itu ada seorang pria dan wanita yang menghampiri Alisha.
"Mbak yang tadi menolong Bu Weni kan?," Tanya wanita tersebut.
Alisha hanya bengong.
"Tas Bu Weni yang tadi di jambret, kata Bu Weni, Mbsk yang menolongnya," jelas wanita itu lagi, dan Alisha pun langsung mengerti ke arah mana pembicaraan wanita itu.
Alisha menganggukan kepalanya, "Iya, Mbak. Memangnya ada apa ya?," Tanya Alisha penasaran.
"Apa anda sedang mencari pekerjaan?," Tanya wanita itu to the point.
"I.. iya, Mbak. Memangnya kenapa? Kok tahu?," Tanya Alisha lagi dengan ragu.
"Bu Weni menawarkan pekerjaan untuk anda sebagai sekretaris di kantor putranya, dia melakukannya untuk membalas jasa anda, Mbak," jelas wanita itu.
Mata Alisha seketika melebar, "Be- beneran?," Tanya Alisha memastikan kembali.
"Benar, Mbak. Kalau ada berminat, besok bisa bersikap pagi-pagi. Karena Bu Weni sendirilah yang akan mengantarkan Anda ke kantor putranya,"jelas wanita tersebut sambil mengulum senyum.
"Baik, Mbak. Saya tentu mau, besok saja pagi saya akan bersiap," sahut Alisha antusias.
Setelah pembicaraan itu, asisten dari Bu Weni pun langsung meninggalkan Alisha yang kini tersenyum sumringah.
"Ya Allah terima kasih. Akhirnya, aku bisa mendapatkan pekerjaan juga," lirih Alisha kegirangan.