Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Rahasia Istri yang Terlantar
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Ada satu rahasia tentang Putra Mahkota Negeri Salaka yang ditutup rapat oleh pihak keraton. Rahasia yang bila diketahui oleh umum maka akan menimbulkan keguncangan politik. Oleh karena itu, untuk mengelabui pandangan publik, pihak keraton membuat rekayasa citra pangeran mahkota mereka.
Remaja laki-laki itu bergelar Kanjeng Gusti Yuwaratu Haryadinata. Dialah pangeran yang akan menjadi pemimpin tertinggi Salaka di masa depan. Digambarkan sebagai anak yang cerdas dan bertalenta serta memiliki perangai yang baik.
Sayangnya, gambaran baik yang melekat dengan pangeran mahkota Salaka hanyalah karakter luar yang sengaja ditonjolkan untuk menutupi kekurangannya. Siapa yang menyangka di balik citranya yang baik, ternyata putra mahkota merupakan pemuda yang haus darah.
Anak lelaki itu memiliki hasrat yang kuat untuk membunuh. Dia terbiasa menghunuskan pedangnya untuk mencabut nyawa hewan yang ada di sekitarnya. Ia bahkan tak jarang melukai orang-orang yang berusaha menghentikan dirinya.
***
Setiap lima tahun sekali, penguasa Manggalya yang sedang bertahta harus mengadakan upacara nyandhi wulakan. Adalah suatu upacara yang dilakukan untuk mengubur arus sungai untuk mencegah banjir.
Satu yang menarik dari upacara nyandhi wulakan. Meskipun kegiatan rutin ini dilaksanakan di Bukit Mandalapura yang masih menjadi wilayah kekuasaan Keraton Salaka, bukan penguasa Salaka yang memimpin jalannya upacara melainkan penguasa dari Manggalya. Hal tersebut dikarenakan keberhasilan acara ini hanya bisa didapatkan apabila sang Ratu Manggalya yang memimpin.
Sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai, baunya akan tercium juga. Adalah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan situasi Putra Mahkota Salaka. Entah seberapa keras usaha Keraton Salaka untuk menyembunyikan kutukan dalam diri yuwaratu mereka, akhirnya ketahuan juga.
Sejak pagi buta, pangeran mahkota sudah bekerja keras menekan keinginannya yang begitu kuat untuk membunuh. Demi mendukung niat baiknya, dia memerintahkan pengawal untuk menjauhkan segala jenis benda tajam di sekitar.
Laki-laki itu memang baik-baik saja pada awalnya. Rasa panas yang menjalar di dada dapat ia tahan. Namun, seiring bertambah tingginya posisi matahari, semakin tinggi pula keinginannya untuk mencabut nyawa.
Baru beberapa jam berlalu, tekad kuat yang putra mahkota bangun kini runtuh sudah. Kutukan yang mengendalikan ada pada diri anak laki-laki itu berhasil menguasai setengah kesadarannya. Mau tidak mau dia harus segera mencari hewan untuk memenuhi hasrat membunuhnya.
***
Terlalu banyak orang di sekitar putra mahkota. Dia pun mencari celah agar bisa kabur dari sana sambil mencari benda yang bisa dia gunakan sebagai senjata. Dan ketika situasi sudah terkondisikan, laki-laki itu pun segera meninggalkan lokasi.
Berbekal beberapa helai janur kuning dan batang tebu yang dibuat runcing ujungnya, sang Yuwaratu Salaka pun siap untuk berburu di hutan terdekat dari Mandalapura. Dia mencari posisi yang strategis untuk mengawasi sekeliling. Tempat yang paling baik adalah di atas pohon mangga yang ranum buahnya.
Lama nian dia menunggu di atas sana sambil menikmati buah mangga yang dikupas asal-asalan menggunakan giginya sendiri. Sudah beberapa buah mangga dia habiskan untuk mengisi waktu. Sayangnya tak ada satu pun hewan yang menampakkan diri. Entah bagaimana, sepertinya semesta tidak mendukung sang Putra Mahkota untuk mendapatkan buruan.
Ia sudah tidak mampu lagi membendung rasa yang membuncah. Rasanya seperti ada yang menyalakan api di dalam kepalanya. Untuk meringankan gejala kutukan yang ia derita, anak itu menguras energi dengan cara memukuli cabang pohon mangga menggunakan batang tebu yang ia bawa sambil berteriak sekencang-kencangnya.