Putri Mahkota Manggalya melakukan kunjungan ke Negeri Suwarna untuk menghadiri pernikahan pangeran kedua dari negeri tersebut. Ketika berada di sana, Putri mendapat kabar dari burung bahwa ayahnya meninggal. Meskipun hanya satu hari, suatu negeri tidak boleh ada kekosongan pemerintahan. Karena putri mahkota sedang berada di luar keraton, maka takhta diduduki oleh saudaranya yaitu Pangeran Rahagi yang masih berusia sepuluh tahun. Putri mahkota yang masih terpukul dengan kematian ayahnya tidak mampu menjalankan tugas dengan baik dan memilih untuk menenangkan diri di tempat yang jauh dari pusat kota. Sementara itu di bawah kepemimpinan raja yang baru, Manggalya berubah menjadi negeri yang agresif. Mereka memperluas kekuasaan secara membabi buta.
Ada satu rahasia tentang Putra Mahkota Negeri Salaka yang ditutup rapat oleh pihak keraton. Rahasia yang bila diketahui oleh umum maka akan menimbulkan keguncangan politik. Oleh karena itu, untuk mengelabui pandangan publik, pihak keraton membuat rekayasa citra pangeran mahkota mereka.
Remaja laki-laki itu bergelar Kanjeng Gusti Yuwaratu Haryadinata. Dialah pangeran yang akan menjadi pemimpin tertinggi Salaka di masa depan. Digambarkan sebagai anak yang cerdas dan bertalenta serta memiliki perangai yang baik.
Sayangnya, gambaran baik yang melekat dengan pangeran mahkota Salaka hanyalah karakter luar yang sengaja ditonjolkan untuk menutupi kekurangannya. Siapa yang menyangka di balik citranya yang baik, ternyata putra mahkota merupakan pemuda yang haus darah.
Anak lelaki itu memiliki hasrat yang kuat untuk membunuh. Dia terbiasa menghunuskan pedangnya untuk mencabut nyawa hewan yang ada di sekitarnya. Ia bahkan tak jarang melukai orang-orang yang berusaha menghentikan dirinya.
***
Setiap lima tahun sekali, penguasa Manggalya yang sedang bertahta harus mengadakan upacara nyandhi wulakan. Adalah suatu upacara yang dilakukan untuk mengubur arus sungai untuk mencegah banjir.
Satu yang menarik dari upacara nyandhi wulakan. Meskipun kegiatan rutin ini dilaksanakan di Bukit Mandalapura yang masih menjadi wilayah kekuasaan Keraton Salaka, bukan penguasa Salaka yang memimpin jalannya upacara melainkan penguasa dari Manggalya. Hal tersebut dikarenakan keberhasilan acara ini hanya bisa didapatkan apabila sang Ratu Manggalya yang memimpin.
Sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai, baunya akan tercium juga. Adalah peribahasa yang cocok untuk menggambarkan situasi Putra Mahkota Salaka. Entah seberapa keras usaha Keraton Salaka untuk menyembunyikan kutukan dalam diri yuwaratu mereka, akhirnya ketahuan juga.
Sejak pagi buta, pangeran mahkota sudah bekerja keras menekan keinginannya yang begitu kuat untuk membunuh. Demi mendukung niat baiknya, dia memerintahkan pengawal untuk menjauhkan segala jenis benda tajam di sekitar.
Laki-laki itu memang baik-baik saja pada awalnya. Rasa panas yang menjalar di dada dapat ia tahan. Namun, seiring bertambah tingginya posisi matahari, semakin tinggi pula keinginannya untuk mencabut nyawa.
Baru beberapa jam berlalu, tekad kuat yang putra mahkota bangun kini runtuh sudah. Kutukan yang mengendalikan ada pada diri anak laki-laki itu berhasil menguasai setengah kesadarannya. Mau tidak mau dia harus segera mencari hewan untuk memenuhi hasrat membunuhnya.
***
Terlalu banyak orang di sekitar putra mahkota. Dia pun mencari celah agar bisa kabur dari sana sambil mencari benda yang bisa dia gunakan sebagai senjata. Dan ketika situasi sudah terkondisikan, laki-laki itu pun segera meninggalkan lokasi.
Berbekal beberapa helai janur kuning dan batang tebu yang dibuat runcing ujungnya, sang Yuwaratu Salaka pun siap untuk berburu di hutan terdekat dari Mandalapura. Dia mencari posisi yang strategis untuk mengawasi sekeliling. Tempat yang paling baik adalah di atas pohon mangga yang ranum buahnya.
Lama nian dia menunggu di atas sana sambil menikmati buah mangga yang dikupas asal-asalan menggunakan giginya sendiri. Sudah beberapa buah mangga dia habiskan untuk mengisi waktu. Sayangnya tak ada satu pun hewan yang menampakkan diri. Entah bagaimana, sepertinya semesta tidak mendukung sang Putra Mahkota untuk mendapatkan buruan.
Ia sudah tidak mampu lagi membendung rasa yang membuncah. Rasanya seperti ada yang menyalakan api di dalam kepalanya. Untuk meringankan gejala kutukan yang ia derita, anak itu menguras energi dengan cara memukuli cabang pohon mangga menggunakan batang tebu yang ia bawa sambil berteriak sekencang-kencangnya.
Nafasnya terengah-engah setelah menghancurkan batang tebu yang awalnya dia persiapkan untuk membunuh hewan di hutan. Ia pun memutuskan untuk pindah tempat berburu. Nahasnya, laki-laki itu terpeleset kulit mangga yang dia buang sembarangan.
Pangeran mahkota tersebut tidak tahu bahwa ketika dia berada di atas pohon, ada sepasang mata harimau yang mengawasinya. Dia menunggu kesempatan di saat laki-laki tersebut lengah. Dan inilah saatnya.
Hewan bertaring itu merayap ke arah sang Pangeran yang sedang terbaring di atas tanah setelah terjatuh dari ketinggian tiga meter. Tanpa membuang waktu, dia menerkam pangeran mahkota Salaka tersebut.
Laki-laki itu berjuang mati-matian demi mempertahankan hidupnya. Dia menarik leher bagian belakang kucing besar itu lalu mencambuk tubuhnya menggunakan janur kuning hingga hewan tersebut melepaskan gigitannya dan lari terbirit-birit.
***
Sungguh malang nasib harimau tersebut. Maksud hati ingin memangsa manusia muda yang baru saja dijumpainya, malah dia sendiri yang kini hendak dimangsa olehnya.
Tidak peduli dia berlari sejauh mana, laki-laki itu mampu menangkapnya. Dia mencambuk tubuh si Harimau hingga janur yang awalnya kuning sekarang berubah warna menjadi merah karena dilumuri darah.
Jika boleh memilih, kucing hutan dengan nuansa warna coklat dan garis hitam itu lebih baik mati dengan cepat daripada disiksa terus menerus seperti yang dilakukan oleh lelaki itu saat kini. Bahkan ketika dia melangkah dengan tubuhnya yang lemas ini, lelaki itu tak henti menganyunkan cambuknya.
***
Raja rimba itu melihat seorang gadis kecil di atas bukit sana yang sedang bersama dengan banyak orang di sekitarnya. Hewan buas yang mendapat predikat sebagai konsumen tersier dalam rantai makanan tersebut terus berjalan tertatih-tatih keluar dari hutan menuju tempat gadis itu berada. Dia berencana untuk menerkam si gadis agar para manusia segera membunuhnya sehingga ia terbebas dari rasa sakit yang diciptakan oleh putra mahkota yang terkutuk.
Dia mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang akan digunakan di saat terakhir. Ketika jarak menuju si gadis kecil dirasa cukup dekat, harimau itu menggunakan seluruh kemampuannya untuk menerobos kerumunan manusia lalu menerkam sang dara.
Kepanikan massa pun tak terhindarkan. Sebagian besar dari mereka melarikan diri meninggalkan lokasi. Yang tersisa hanya penguasa dari kedua negeri beserta pengiringnya serta para kesatria.
Ayah dari anak tersebut ingin sekali menolong putrinya. Namun, para kesatria tidak membiarkannya. Mereka memohon agar lelaki itu tetap tenang dan mempercayakan tugas penyelamatan kepada kesatria.
Melihat harimau yang dia siksa melompat ke tubuh gadis kecil itu membuat hatinya berdesir. Sang Putra Mahkota merasakan sesuatu yang belum pernah dia alami. Untuk pertama kalinya dalam hidup, laki-laki yang selalu punya hasrat untuk membunuh, pada saat ini dia ingin menyelamatkan seseorang.
***
Bab 1 Prolog
20/05/2024
Bab 2 Burung Yuanyang
20/05/2024
Bab 3 Aset Keluarga
20/05/2024
Bab 4 Desakan Pernikahan
20/05/2024
Bab 5 Undangan Tanpa Balasan
20/05/2024
Bab 6 Pasukan Nasar
20/05/2024
Bab 7 Menuju Markas Komando
20/05/2024
Bab 8 Pusaka Wisesaprabu
20/05/2024
Bab 9 Interogasi
20/05/2024
Bab 10 Sparing Pedang
20/05/2024
Bab 11 Sabda Pandhita Ratu
20/05/2024
Bab 12 Penyakit Misterius
20/05/2024
Bab 13 Lebih Baik Dirahasiakan
20/05/2024
Bab 14 Pesta Ulang Tahun
20/05/2024
Bab 15 Putri Mahkota
20/05/2024
Bab 16 Keracunan Kecubung
20/05/2024
Bab 17 Salah Paham
20/05/2024
Bab 18 Wisesaprabu dan Wisesaprabu
20/05/2024
Bab 19 Ginseng yang Dikonsumsi oleh Raden Mas
20/05/2024
Bab 20 Balai Pengaduan
20/05/2024
Bab 21 Kunjungan
20/05/2024
Bab 22 Langkah Pertama
20/05/2024
Bab 23 Pengawal Baru
20/05/2024
Bab 24 Buah Bibir Keraton
15/07/2024
Bab 25 Menuju Kepatihan
16/07/2024
Bab 26 Kondisi Raden Mas
17/07/2024
Bab 27 Permintaan Pasien
18/07/2024
Bab 28 Melamar
19/07/2024
Bab 29 Ayahanda Prabu
20/07/2024
Bab 30 Ruangan Rahasia
21/07/2024
Bab 31 Langkah Kedua
23/07/2024
Bab 32 Menikahlah Denganku
27/07/2024
Bab 33 Sang Ratu Baru
31/07/2024
Bab 34 Teratai Menjadi Putri Malu
01/08/2024
Bab 35 Fondasi Awal
02/08/2024
Bab 36 Amankan Kumaratu!
03/08/2024
Bab 37 Silakan Beri Perintah
06/08/2024
Bab 38 Bukan Sembarang Undangan
07/08/2024
Bab 39 Kakak yang Dilangkahi
08/08/2024
Bab 40 Aku Ingin Kamu Melakukan Satu Hal
09/08/2024
Buku lain oleh Shanum Belle
Selebihnya