Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina mataku.
Ku amati sekitar. Tempat ini terlihat tidak asing bagiku. Ini seperti sebuah kamar. Ya. Ini memang kamar. Tapi tunggu, ini bukan kamarku. Lantas kamar siapa ini?
Aku kembali mengamati sekitar. Ada sesuatu yang janggal disini, dan sialnya aku baru menyadari hal itu. Ini bukan kamar seseorang, tapi ini kamar hotel.
Kenapa aku bisa berada disini? Seingatku, aku baru saja selesai bekerja di kafe dan sedang menuju halte untuk menunggu bus. Namun tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulut serta hidungku dari belakang. Setelah itu gelap, aku tidak ingat apa-apa lagi.
Aku menunduk. Betapa terkejutnya diriku saat menyadari bahwa aku hanya mengenakan bra dan celana dalam saja.
Ya Tuhan, ada apa ini? Siapa yang melakukan ini padaku?
Belum sempat pertanyaan-pertanyaan di pikiranku terjawab, aku dikejutkan oleh suara pintu kamar hotel yang dibuka. Aku menoleh dan mendapati seorang lelaki masuk ke dalam kamar yang saat ini ku tempati. Dia lantas mengunci pintu kamar hotel.
"Sudah sadar rupanya." ucap lelaki itu berbalik menatapku. Saat itu, barulah aku sadar, ternyata lelaki itu adalah Adrian. Anak dari pemilik kafe tempatku bekerja, dia juga merupakan teman dekatku.
Aku meneguk ludah susah payah saat dia berjalan menghampiriku di ranjang. Tanpa pikir panjang, aku segera menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang hanya mengenakan pakaian dalam saja.
"Bagaimana? Apa aku cukup membuatmu terkejut?" tanyanya beringsut menaiki ranjang. Aku sontak menjauh darinya.
"Apa yang kau inginkan Adrian?" tanyaku was-was.
Ku lihat, Adrian tersenyum padaku. Sebuah senyuman yang mampu membuatku ketakutan.
"Yang ku inginkan? Tentu saja dirimu. Tubuhmu. Malam ini aku ingin menikmati dirimu. Menikmati setiap jengkal tubuhmu." jawabnya menatapku dengan tatapan tajam.
"Kau pasti bercanda kan? Tidak mungkin Adrian yang ku kenal seperti ini." balasku menggeleng-gelengkan kepala masih tidak percaya dengan apa yang dikatakannya.
Selama ini Adrian memang selalu bersikap baik padaku. Dia tidak pernah berbuat macam-macam padaku. Kami bahkan berteman dekat. Tak jarang dia juga membantuku saat aku sedang susah.
Tapi, mengapa sekarang dia berubah? Apa yang membuatnya melakukan ini semua padaku?
Adrian terkekeh pelan mendengar ucapanku.
"Kenapa tidak mungkin?"
Dia membelai pipiku. Namun langsung ku tepis dengan kasar.
Adrian sama sekali tidak tersinggung, malahan dia semakin senang dengan penolakan yang ku lakukan.
"Aku bisa melakukan apapun. Aku bisa mendapatkan apapun." katanya penuh penekanan di telingaku.
"Termasuk dirimu. Walau harus dengan cara kotor seperti ini." lanjutnya.
"Adrian ku mohon." pintaku memelas. Berharap Adrian tidak melakukan hal ini padaku.
Adrian mengernyitkan dahinya, lantas tersenyum miring menatapku.
"Tanpa kau memohon aku akan melakukannya sayang, tenanglah." jawabnya menggodaku.
Aku yang melihat hal itu, bukannya tergoda, tapi malah semakin jijik dengannya.
"Ku mohon jangan sentuh aku, Adrian" aku kembali memohon.
Namun sepertinya usahaku sia-sia melihat Adrian malah semakin mendekatiku.
"Ayolah, jangan takut Tariku sayang. Aku mencintaimu."
Aku semakin ketakutan mendengar ucapannya. Ku rasa dia sudah mulai gila sekarang. Dia bahkan memanggilku dengan sebutan sayang.
"Aku membencimu, Adrian." balasku penuh penekanan. Berharap Adrian sakit hati mendengarnya dan menyuruhku keluar karena sudah menolaknya mentah-mentah.
"Aku tidak peduli, hahaha." Dia tertawa keras sekali. Membuatku semakin merinding.
"Ayolah Tari, mari kita lakukan ini dengan penuh cinta." Adrian semakin mendekat. Aku memundurkan tubuhku hingga posisiku berada di tepi ranjang dan hampir terjatuh.
"Aku tidak mencintaimu." ucapku lantang.
"Tapi aku mencintaimu. Tidak ada seorangpun yang boleh menolakku!" ucap Adrian sembari mencengkeram daguku.
Dia terlihat begitu marah saat aku mengatakan bahwa aku tidak mencintainya. Terlihat dari kilatan matanya dan juga dadanya yang naik turun menahan emosi.