[Terinspirasi Dari Kisah Nyata] -Ketika cinta harus dibagi, pasti akan ada hati yang tersakiti- Kalian tahu? Aku tidak ingin menjadi orang ketiga dalam pernikahan sahabatku. Namun, semuanya berubah saat ternyata aku hamil. Ya, aku hamil. Orangtuaku meminta pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukan lelaki itu terhadapku. Hingga pada akhirnya kami pun menikah dan mengharuskan aku dan sahabatku untuk berbagi. Mungkin, aku terlihat seperti tokoh antagonis disini. Tapi percayalah, aku yang paling tersakiti disini. Maka dari itu, bacalah sebelum menilai. ***** Kepoin instagram author juga : @iney_calysta
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina mataku.
Ku amati sekitar. Tempat ini terlihat tidak asing bagiku. Ini seperti sebuah kamar. Ya. Ini memang kamar. Tapi tunggu, ini bukan kamarku. Lantas kamar siapa ini?
Aku kembali mengamati sekitar. Ada sesuatu yang janggal disini, dan sialnya aku baru menyadari hal itu. Ini bukan kamar seseorang, tapi ini kamar hotel.
Kenapa aku bisa berada disini? Seingatku, aku baru saja selesai bekerja di kafe dan sedang menuju halte untuk menunggu bus. Namun tiba-tiba ada seseorang yang membekap mulut serta hidungku dari belakang. Setelah itu gelap, aku tidak ingat apa-apa lagi.
Aku menunduk. Betapa terkejutnya diriku saat menyadari bahwa aku hanya mengenakan bra dan celana dalam saja.
Ya Tuhan, ada apa ini? Siapa yang melakukan ini padaku?
Belum sempat pertanyaan-pertanyaan di pikiranku terjawab, aku dikejutkan oleh suara pintu kamar hotel yang dibuka. Aku menoleh dan mendapati seorang lelaki masuk ke dalam kamar yang saat ini ku tempati. Dia lantas mengunci pintu kamar hotel.
"Sudah sadar rupanya." ucap lelaki itu berbalik menatapku. Saat itu, barulah aku sadar, ternyata lelaki itu adalah Adrian. Anak dari pemilik kafe tempatku bekerja, dia juga merupakan teman dekatku.
Aku meneguk ludah susah payah saat dia berjalan menghampiriku di ranjang. Tanpa pikir panjang, aku segera menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang hanya mengenakan pakaian dalam saja.
"Bagaimana? Apa aku cukup membuatmu terkejut?" tanyanya beringsut menaiki ranjang. Aku sontak menjauh darinya.
"Apa yang kau inginkan Adrian?" tanyaku was-was.
Ku lihat, Adrian tersenyum padaku. Sebuah senyuman yang mampu membuatku ketakutan.
"Yang ku inginkan? Tentu saja dirimu. Tubuhmu. Malam ini aku ingin menikmati dirimu. Menikmati setiap jengkal tubuhmu." jawabnya menatapku dengan tatapan tajam.
"Kau pasti bercanda kan? Tidak mungkin Adrian yang ku kenal seperti ini." balasku menggeleng-gelengkan kepala masih tidak percaya dengan apa yang dikatakannya.
Selama ini Adrian memang selalu bersikap baik padaku. Dia tidak pernah berbuat macam-macam padaku. Kami bahkan berteman dekat. Tak jarang dia juga membantuku saat aku sedang susah.
Tapi, mengapa sekarang dia berubah? Apa yang membuatnya melakukan ini semua padaku?
Adrian terkekeh pelan mendengar ucapanku.
"Kenapa tidak mungkin?"
Dia membelai pipiku. Namun langsung ku tepis dengan kasar.
Adrian sama sekali tidak tersinggung, malahan dia semakin senang dengan penolakan yang ku lakukan.
"Aku bisa melakukan apapun. Aku bisa mendapatkan apapun." katanya penuh penekanan di telingaku.
"Termasuk dirimu. Walau harus dengan cara kotor seperti ini." lanjutnya.
"Adrian ku mohon." pintaku memelas. Berharap Adrian tidak melakukan hal ini padaku.
Adrian mengernyitkan dahinya, lantas tersenyum miring menatapku.
"Tanpa kau memohon aku akan melakukannya sayang, tenanglah." jawabnya menggodaku.
Aku yang melihat hal itu, bukannya tergoda, tapi malah semakin jijik dengannya.
"Ku mohon jangan sentuh aku, Adrian" aku kembali memohon.
Namun sepertinya usahaku sia-sia melihat Adrian malah semakin mendekatiku.
"Ayolah, jangan takut Tariku sayang. Aku mencintaimu."
Aku semakin ketakutan mendengar ucapannya. Ku rasa dia sudah mulai gila sekarang. Dia bahkan memanggilku dengan sebutan sayang.
"Aku membencimu, Adrian." balasku penuh penekanan. Berharap Adrian sakit hati mendengarnya dan menyuruhku keluar karena sudah menolaknya mentah-mentah.
"Aku tidak peduli, hahaha." Dia tertawa keras sekali. Membuatku semakin merinding.
"Ayolah Tari, mari kita lakukan ini dengan penuh cinta." Adrian semakin mendekat. Aku memundurkan tubuhku hingga posisiku berada di tepi ranjang dan hampir terjatuh.
"Aku tidak mencintaimu." ucapku lantang.
"Tapi aku mencintaimu. Tidak ada seorangpun yang boleh menolakku!" ucap Adrian sembari mencengkeram daguku.
Dia terlihat begitu marah saat aku mengatakan bahwa aku tidak mencintainya. Terlihat dari kilatan matanya dan juga dadanya yang naik turun menahan emosi.
"Rian..." lirihku.
Adrian mengendurkan cengkeramannya pada daguku. Aku tahu dia selalu lemah jika ku panggil dengan nama Rian. Nama itu sudah menjadi panggilan khususku padanya.
"Aku hanya ingin melakukannya kalau kita sudah menikah." kataku tegas, berharap dia akan menghentikan tindakannya.
"Jadi kapan kita akan menikah?" tanyanya berbinar-binar.
"Aku tidak mau menikah denganmu!" balasku berusaha berkata lembut, agar dia melunak.
Adrian kembali menggeram marah. Dengan kasar, dia menyambar selimut yang ku gunakan untuk menutupi tubuhku hingga terjatuh di lantai.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan menghamilimu. Dan kita akan menikah dengan cara itu!" tukasnya cepat.
"Jangan gila, Adrian. Kau sudah punya istri!" kataku berusaha mengingatkan dirinya.
Adrian berdecak kesal.
"Aku tidak peduli tentangnya. Aku menikahinya karena kemauanmu." Adrian mengarahkan jari telunjuknya tepat di depan wajahku.
"Aku sama sekali tidak mencintainya. Aku marah karena kau berani menolak cintaku waktu itu, aku ingin membuatmu cemburu saat aku menikah dengan wanita itu." lanjutnya lagi.
"Tapi sepertinya kau memang tidak pernah cemburu padaku, malah kelihatannya kau begitu bahagia dengan pernikahanku. Sia-sia saja aku menikahi perempuan itu."
Adrian mendengus, lantas membuang muka.
"Tapi tidak apa. Sebagi gantinya, aku akan menikmatimu malam ini. Aku akan menjadikanmu menjadi milikku seutuhnya. Kau tidak akan bisa menolakku lagi kali ini!"
Adrian menarik paksa tubuhku mendekat padanya. Sekuat tenaga aku melawan, tapi sia-sia belaka karena tenaganya tidak sebanding dengan tenagaku.
"Ku mohon, Rian. Sadarlah." lirihku pelan.
"Jangan lakukan ini." lanjutku menatapnya dengan tatapan memohon.
"Lepaskan aku." Lagi-lagi aku memohon, entah sudah yang keberapa kalinya.
"Baiklah. Aku akan melepaskanmu, jika kau berjanji akan menikah denganku." ucap Adrian memberi syarat.
Aku langsung menggeleng kuat. Aku tidak mau menikah dengannya. Selain karena aku tidak mencintainya, juga karena dia sudah memiliki istri. Aku tidak mau dicap sebagai perusak rumah tangga orang, apalagi istri Adrian adalah sahabatku sendiri.
"Baiklah, kita akan melakukannya dengan caraku. Kita akan menikah kalau kau sudah mengandung anakku. Kau sendiri yang nantinya akan memohon-mohon padaku untuk menikahimu." katanya final, sama sekali tidak terbantahkan.
Adrian mengunci kedua tanganku dengan satu tangannya. Sementara tangan yang lain berada di tengkukku. Dia menarik tengkukku mendekat ke arahnya.
Aku menggigit bibir bawahku saat wajahku semakin mendekat ke arahnya.
Ku lihat, Adrian tersenyum penuh kemenangan melihat diriku yang tidak bisa berkutik sama sekali.
Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan sekarang?
************
Bersambung......
Halo halo hai.
Terimakasih sudah membaca cerita ketigaku di Bakisah ini.
Semoga kalian suka yaa....
Jangan lupa add ke rak baca kalian yaa, juga reviewnya untuk cerita ini.
Mampir juga ke karyaku yang lain :
1. (Un) Perfect Wedding
2. Antara Dua Pilihan
Follow Instagram author juga : @iney_calysta untuk mengetahui update terbaru cerita ini.
Sampai bertemu di bab selanjutnya.
Bab 1 MENGINGINKAN TUBUHMU MALAM INI
05/05/2024
Buku lain oleh Iney_Calysta
Selebihnya