Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Gairah Sang Majikan
Seorang gadis tengah menatap pantulan dirinya di depan cermin. Entah apa yang ingin dia lihat? Yang jelas, dia hanya mengulas senyum manisnya. Senyum manis yang selalu terukir di bibirnya setiap hari, tanpa lelah. Dia mengedipkan sebelah matanya, lalu berjalan keluar kamar dan menuju ke ruang makan.
"Selamat pagi, Bun," sapa gadis itu kepada wanita paruh baya yang sedang berkutat dengan masakannya.
Gadis itu menatap ke arah meja makan yang terdapat beberapa makanan. Hati rasa ingin mencicipi, tetapi apalah dayanya yang takut sang bunda marah.
"Bunda, Ines berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum, Bun." Setelah mencium punggung tangan bundanya, Ines langsung berjalan keluar rumah menuju ke depan gerbang rumahnya.
Vinessa Queensheila Erick. Gadis yang cantik, manis, dan selalu menebar senyum kepada setiap orang. Dia juga selalu membuat orang tertawa sekaligus kesal dalam waktu yang bersamaan, karena ketidakwarasan dan kelemotannya, membuat siapa pun di sekelilingnya akan langsung naik pitam.
Seperti saat ini, dia sedang berdiri menunggu jemputan dari seseorang untuk berangkat ke kampus. Namun, sudah pukul 07.25 WIB orang yang ditunggu tak kunjung datang, padahal hari ini ia ada kelas pagi. Dia kemudian mengambil ponsel di saku celananya untuk menghubungi orang itu. Saat sudah tersambung, Ines langsung berbicara pada intinya tanpa memberi salam sekalipun.
"Halo, Akang Fernanku yang gantengnya tiada tara," ucap Ines dengan nada selembut mungkin.
"Hm, apa?" tanya Fernan dengan suara serak khas bangun tidurnya di seberang sana.
"Lo lama banget, sih, jemput Ines, Fer. Kaki Ines kesemutan, bahkan badan hampir lumutan," papar Ines.
"Jemput lo? Emang mau ke mana?" tanya Fernan kembali.
"Ya ke kampuslah, Akang Fernan!" tegas Ines sambil mengentakkan kakinya.
"Sorry, gue baru bangun tidur, Nes," sahut Fernan.
"Lo baru bangun, Fer? Kok bisa, sih? 'Kan hari ini ngampus, Fer?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Fernan, Ines malah balik bertanya dengan bertubi-tubi.
"Sebentar, Nes. Ngampus, ya?" beo Fernan, "emang hari ini hari apa? Bukannya hari minggu, ya? Kok bisa ada jadwal kampus, sih? Atau gue yang salah? Gue lihat kalender dulu." Fernan menatap ke layar ponselnya dan membuka kalender.
"Fer, lo ngomong apaan, sih? Ayo, buruan jemput Ines. Nanti kita telat!" pekik Ines.
Fernan mendengkus sebal. "Makanya, kalau lemot jangan dipelihara, Nes! Lo ganggu mimpi indah gue yang lagi kencan sama Lisa blackpink. Ini hari Minggu, Ogeb. Lihat kalender lo makanya. Udah, ah, bye."
"Minggu?" Ines menyalakan ponselnya, lalu melihat kalender.
"Si Fernan kayaknya pengen libur sendiri, nih, anak. Orang di kalender Ines aja sekarang hari kamis. Gimana bisa libur?" gumam Ines.
Ines mengedikkan bahunya, lalu berjalan menuju ke halte bus terdekat. Saat sedang menunggu bus yang lewat, tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti di hadapan Ines. Gadis itu langsung mengerucutkan bibirnya karena kesal.
Bagaimana tidak? Mobil ini menghalangi pemandangan Ines. Gadis itu berjalan mendekati jendela mobil, lalu mengetuknya dengan pelan.
"Permisi, Pak, Kak, atau siapa aja. Tolong mobilnya jangan menghalangi pemandangan saya!" ucap Ines dengan sedikit lantang.
Kaca mobil terbuka lebar, tampaklah seorang pria dengan setelan kantor lengkap dan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya.
Pria itu melambaikan tangannya, lalu berkata, "Halo, Princess? Are you Okay?"
"Not fine."
Pria itu mendengkus sebal. "Mau ke mana?" tanya pria di dalam mobil itu sambil menatap Ines dari bawah sampai ke atas.
"Ck, mau ke kampuslah, Bang Arka," jawab Ines dengan santainya.
Arka, pria di dalam mobil itu langsung terkejut dengan mata yang melotot. Dia atau gadis di hadapannya ini yang bodoh? Pasalnya, tadi dia melihat kalender sebelum pergi, tetapi ini bukankah hari minggu?
"Kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Arka dengan hati-hati.