Aleta yang awalnya ragu dengan lingkungan barunya kali ini dia malah terlihat sangat bahagia, setelah dia bertemu dengan seorang pria yang menurutnya sangatlah tampan tapi sayangnya dia sangat cuek hal itu yang membuat Aleta merasa sangat penasaran untuk mendapatkannya. Bukan hanya itu saja bahkan Aleta pun membayangkan bagaimana jika malam berdua dengannya.
"Apa lagi ya ini?" tanya seorang wanita yang saat ini tatapannya tertuju ke sebuah kotak makan yang ada di hadapannya.
Aleta yang merupakan pemilik rumah baru saat ini sedang sibuk, dia mempersiapkan beberapa makanan yang nantinya akan dia antarkan kepada tetangga barunya sebagai salam perkenalan.
"Kayanya sudah cukup," ucap Aleta.
"Bibi!" panggil Aleta hingga membuat seorang wanita paruh baya dengan segera kini menghampirinya.
"Iya non," sahutnya.
"Tolong ini di antarkan ke tetangga kita yang ada di depan rumah ini dan nanti sisakan 1 saja untuk tetangga yang di sebelah kanan rumah," jelas Aleta.
"Baik non," ujar bibi yang saat ini mulai melakukan tugasnya.
Aleta melihat ke arah penampilannya membuat dirinya dengan segera pergi ke kamarnya terlebih dahulu untuk mengganti pakaiannya yang lebih baik.
"Kalo kaya gini kan cantik," ucap Aleta yang saat ini memuji dirinya sendiri di depan cermin.
Setelah di rasa cukup kini Aleta pun keluar dari kamarnya dan kembali ke dapur untuk mengambil makanannya setelah itu dia berjalan menuju ke rumah tetangganya.
Aleta menekan bel yang berada di depan rumahnya, sambil menunggu kini tatapan Aleta tertuju ke kendaraan yang ada di garasi rumah tersebut hingga dia pun melihat sebuah motor sport di sana.
"Sepertinya anak dari pemilik rumah ini ada yang masih muda."
Begitulah pikir Aleta sampai akhirnya terlihat seorang wanita yang sudah berumur tapi dia masih terlihat sangat cantik yang kini menghampirinya.
"Siapa ya?" tanyanya dengan suara yang terdengar sangat lembut.
"Saya Aleta Tan, yang nempatin rumah sebelah," jawab Aleta yang memperkenalkan dirinya lalu dia pun menyalami wanita tersebut.
"Ya ampun, maaf banget ya Tante belum ke rumah kamu."
"Tadi waktu kamu datang, Tante masih di butik dan ini juga Tante tau kalo ada tetangga baru dari asisten rumah tangga Tante," ujarnya yang terlihat tidak enak.
"Enggak apa-apa Tante," ucap Aleta yang tersenyum.
"Maaf Tan, ini ada sedikit makanan," ucap Aleta yang memberikan apa yang dia bawa.
"Ya ampun malah jadi merepotkan kamu seperti ini," ujarnya sambil menerimanya.
"Enggak kok tan," ucap Aleta.
"Saya Wina, kamu bisa panggil saya mama Wina saja tidak apa-apa," ujarnya.
"Iya tan," ucap Aleta.
"Ayo masuk dulu," ajak Mama Wina yang saat ini sudah memegang tangan Aleta membuat dia tidak bisa untuk menolaknya.
Saat berada di dalam rumah, Aleta melihat desain rumahnya yang eropa sehingga kini terlihat megah dan mewah.
"Silahkan kamu duduk dulu," ujar Mama Wina yang saat ini pergi ke dapur membuat Aleta duduk di sofa.
Kini tatapan Aleta beralih ke sebuah foto yang cukup besar dan dia hanya melihat 3 orang di sana, saat sedang ingin fokus menatap pria muda tersebut tatapan Aleta teralihkan karena suara pintu yang terbuka hingga membuat dirinya menoleh.
Seorang pria yang hanya mengenakan celana pendek selutut dan kaos tanpa lengannya sedang menuruni anak tangga, dia tidak tau dari tadi ada tatapan yang sulit di artikan dari seseorang yang ada di sana.
"Devan," panggil Mama Wina membuat dia menoleh.
"Kenapa Mah?" tanya Devan.
"Itu ada tamu, kamu kenalan sana," ujar Mama Wina membuat Devan kini melihat ke arah sofa dan benar saja ada seorang wanita cantik di sana membuat tatapan Devan menjadi datar.
Devan pun menghampirinya dan dia pun mengulurkan tangannya.
"Devan," ucapnya tanpa ekspresi.
"Aleta," sahutnya sambil membalas uluran tangannya.
Aleta yang belum juga melepaskan genggamannya membuat Devan mengerutkan keningnya.
"Lepas!" ucap Devan membuat Aleta tersadar dengan apa yang dia lakukan hingga kini dia pun melepaskannya.
Devan kini pergi ke dapur dan dia pun mengambil segelas susu lalu meneguknya hingga habis tanpa sisa, Aleta yang melihat hal itu tersenyum tipis hingga kini Mama Wina pun kembali dari dapur dengan membawa kotak makannya lagi.
"Kok malah jadi tukeran makanan gini Tan," ucap Aleta.
"Tidak apa-apa Aleta," ujar Mama Wina.
"Maaf, Tante tau tidak di sini tempat untuk belajar menyetir dimana?" tanya Aleta.
"Devan sini sebentar," teriak Mama Wina membuat Devan yang sedang mengupas jeruk akhirnya menghampirinya.
"Kamu bisa nyetir kan?" tanya Mama Wina.
"Iya," jawab Devan.
"Nah Aleta bisa tuh nanti di ajarin sama Devan," ujar Mama Wina.
"Aku sibuk," sahut Devan membuat senyuman mengembang dari Aleta kini hilang seketika.
"Ya sudah kalo kamu seperti itu, uang saku kamu Mama kurangi," ujar Mama Wina membuat Devan yang mendengarnya berdecak kesal.
"Iya, besok jam 5 kalo telat enggak jadi," ucap Devan dan di angguki oleh Devan.
"Udah kan Mah enggak ada lagi?" tanya Devan.
"Tidak," jawab Mama Wina membuat Devan kini berlalu dari sana menuju ke kamarnya membuat Mama Wina hanya menggelengkan kepalanya saja.
"Maafkan Devan ya Aleta," ujar Mama Wina.
"Enggak apa-apa kok Tante," ucap Aleta.
"Jadi Devan ini anak tunggal ya Tan?" tanya Aleta.
"Iya, jadi lumayan manja juga dia," jawab Mama Wina.
"Ya sudah Tante, aku pamit pulang ya soalnya udah sore juga," ucap Aleta.
"Iya Aleta."
"Jangan sungkan ya untuk main ke sini biar Tante ada teman untuk ngobrol," ujar Mama Wina.
"Iya Tante," ucap Aleta yang kini bangkit dari tempat duduknya begitu juga dengan tante Wina dan dia pun menyalami Mama Wina lalu dia di antarkan hingga ke depan pagar rumahnya.
Aleta saat ini pulang ke rumahnya dan dia meminta tolong ke bibi untuk memindahkan makannya ke piring sedangkan dirinya kini pergi ke kamarnya untuk membersihkan dirinya karena seharian ini membereskan barang di rumah barunya.
Aleta kini mempersiapkan air hangatnya terlebih dahulu dan setelah itu dia baru masuk ke dalam bathtub.
Saat ini pikiran Aleta tertuju ke pria yang baru dia temui hingga kini dia pun tersenyum di buatnya.
"Devan."
"Ganteng sih ya walaupun emang sedikit cuek tapi bagus kalo gitu jadi makin greget aja buat di deketin."
"Untungnya tadi Tante Wina percaya kalo gue enggak bisa nyetir jadi gue punya alasan biar dekat sama dia ya," ucap Aleta.
"Jadi enggak sabar buat nunggu hari besok," lanjut Aleta yang saat ini hanya bisa tersenyum saja penuh arti.
Tangan Aleta saat ini bergerak ke kedua nipplenya dan dia pun mulai memainkannya hingga kini dia pun memejamkan matanya menikmati apa yang saat ini sedang dia lakukan walaupun hanya seorang diri saja.
Lenguhan panjang saat ini terdengar di sana bersamaan dengan dirinya yang merasakan sesuatu yang membuat dia kembali membuka matanya dengan nafas yang tidak beraturan.
Buku lain oleh Insar
Selebihnya