Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hasrat Nikmat Bidadari Kampus

Hasrat Nikmat Bidadari Kampus

Juliana

5.0
Komentar
42.3K
Penayangan
324
Bab

Memang benar perkataan adrian tentang dirinya, dia wanita yang sangat cantik nan rupawan, aroma tubuhnya sampai tercium meskipun jarak di antara kita cukup jauh. tubuhnya juga sangat terawat, pantatnya yang besar dan nampak sekel, dan lagi payudara miliknya nampak begitu bulat berisi. "Ehmm... dia itu yaa wanita yang mendapat IP tertinggi sekampus ini !", gumamku. "Cantik, kaya dan pintar.. dia seperti mutiara di kampus ini !", lanjut gumamku.

Bab 1 Part 1

Gerimis seharian ini membuat cuaca terasa begitu memanjakan rasa malasku, sangat berat tubuh ini untuk melakukan aktifitas, disaat gue sedang berteduh pada sebuah halte depan kampusku kumelihat seseorang yang sangat gue kenal, dengan cepat gue pun berlari mendekati seseorang yang sangat aku kenal itu, walau tanah sedikit agak becek gue tidak mempedulikannya dan terus berlari menghampirinya, lalu gue pun menepuk pundaknya untuk menegurnya.

"Hai.. kemana aja lu ?", tegurku dari belakang pada seorang teman.

"Ooiii... !", ucapnya terkaget.

"Asuuuu.. mbok'ne ancuk'an ancen arek iki !", ucapnya kesal kepadaku.

(Anjing... emaknya dancok emang nih anak).

"Wes toh.. jangan ngamuk terus !", sautku menenangkannya.

(udahlah..).

"Ehh... udah dapet kabar kapan nilai semester keluar ?", tanyaku padanya.

"Belum nath... serem gue kalau IP gue jeblok !", jawabnya dengan melas.

"Hahaha... seorang adrian takut nilainya jeblok, nih dah mau masuk semester 4.. kemarin-kemarin lu kemana aje mas, kok baru mikirnya sekarang !", ejekku pada adrian.

Dia adalah teman baikku di kampus namanya Adrian Matuhusein, dari namanya saja mungkin udah bisa di tebak asalnya, ayah dari indonesia timur sedangkan ibunya dari jawab barat yaitu tasikmalaya, cewek sunda. dia lebih tua dariku satu tahun dan dia satu fakultas denganku juga di fakultas hukum, saat ini kita akan memasuki semester empat dan masih butuh waktu 2,5 tahun lagi untuk lulus dari universitas Airlangga Surabaya.

Gue bukanlah nathael yang dulu kalian kenal karena nathael yang sekarang bukan lagi anak dari keluarga yang kaya raya dan terpandang di kota ini, aku yang sekarang adalah anak yang sedang berjuang untuk meraih impian dengan menggunakan tangannya sendiri, hidupku berubah total setelah peristiwa di jakarta, semuanya lenyap seketika bagai ditelan bumi, tak ada lagi gelimang harta atau anggota keluarga yang sudi membantu, mereka seperti orang yang tidak mengenalku lebih tepatnya tidak sudi lagi mengakuiku sebagai anggota keluarganya.

Gue hidup sendiri, cari makan sendiri, beli pakaian sendiri dan biaya kuliah juga sendiri. untuk saja Tuhan Yang Maha Esa memberiku sebuah otak yang sangat jenius sehingga gue bisa menggunakannya untuk mendapatkan uang, thanks God !.

Gue kuliah di hari senin sampai dengan jumat, pulang kuliah gue pun menghabiskan waktuku dengan bekerja di sebuah caffe sebagai barista atau peracik kopi, dalam satu minggu gue di beri kesempatan untuk libur satu hari, gue juga menyambi sebagai guru privat yang datang ke rumah-rumah untuk memberikan bimbingan kepada mereka yang membutuhkan bantuanku.

"Nath.. ke lapangan basket yuk, ada turnamen basket !", ucap adrian.

"Yuukk.. !", sautku.

Kita berdua segera menuju ke lapangan basket untuk melihat turnamen basket antar kampus di surabaya, ternyata peminat olahraga basket di kampus ini sangat banyak juga sampai-sampai penontonnya terlihat penuh mengelilingi lapangan basket tersebut. dengan berdesak-desakan gue pun menyelinap masuk di antara para penonton untuk bisa menyaksikan pertandingan basket ini, akhirnya aku berada di tengah-tengah para penonton dan gue bisa dengan leluasa menyaksikan pertandingan basket ini.

"Hei, nath... coba perhati'in nomor 6 !", berbisik lirih adrian di telingaku.

"Kenapa ?", tanyaku dengan memperhatikan seseorang bernomor punggung 6.

"Hehehe... susu'ne gedimbal-gedimbul cok, mentolo nguntal ae.. !", lagi-lagi adrian berbisik pelan pada telingaku.

(Hehehe... payudaranya membal-membal cok, pingin nelan aja).

"Raimu cok.. !", sautku pelan.

(Mukamu cok).

"Di emprut uenak tenan iku bro... !", ucapnya lagi dengan berbisik.

(Di entot/ewek enak banget itu bro..).

"Males banget gue ngeladenin lu.. gue ke kantin aja dah !", ucapku dengan acuh kepada adrian.

Belum ada 10 menit gue dah memutuskan untuk pergi dari kerumunan manusia yang sedang menyaksikan pertandingan basket tersebut, dan adrian pun mengikutiku dari belakang. kita berdua pun menuju ke kantin untuk membeli minuman ringan karena kehausan setelah capek berjalan, dan sesampainya di kantin.

"Porek koe.. !", ucap adrian padaku.

(Ngambek kamu..).

"Kagak... gue cuma males aja dengarin omongan mesum lu !, ucapku pada adrian yang duduk di depanku.

"Eehh.. tapi tuh cewek primadonanya kampus sini lho !", ujar adrian.

"Udah cantik, tinggi, putih, mulus, bokong ama teteknya gemesin, dan anak orang kaya lagi... rasa'ne pingin ngelon'i ae cok !", sambung adrian.

(Rasanya ingin berhubungan intim).

"Kebanyakan cewek-cewek kayak gitu otaknya gak kepakai !", ucapku

"Buset.. lu tau gak siapa yang menyandang IP tertinggi di kampus ini ?", tanya adrian padaku.

"Anggun Wijayanata !", jawabku singkat.

"Naaahh... Anggun Wijayanata tuh dia, cewek yang lu omongin otaknya gak kepakai !", ucap adrian.

"Heboh amat lu... !", ucapku acuh.

"Gue aku'in lu pinter tapi lu kalah ama dia, dia peringkat satu lah lu ada di peringkat dua !", papar lagi adrian dengan meyakinkanku.

"Biasa aja ahh... !", ucap sangat cuek.

"Pantes aja lu gak punya cewek, sikap lu aja kayak gini... jangankan cewek, temen aja cuma satu, gue doank !", ucapnya menyindirku.

"Berisik lu.. !", ucapku dengan meninggalkannya.

Uang lima ribu rupiah gue taruh di meja dan setelah itu gue pergi meninggalkan adrian di kantin sendiri, yaa... seperti itulah sikap adrian sangat maniak terhadap wanita cantik dan seksi, mulut sering kali mengucapkan hal-hal mesum yang membuatku sangat risih.

"Woi.. kemana lu nath ?", tanya adrian sesaat aku pergi.

"Toilet bentar !", jawabku.

"Ojok suweh-suweh, cok... !", teriak adrian.

(Jangan lama-lama, cok... ).

Kulambaikan tanganku kebelakang bertanda it's ok, langkah demi langkah menuju toilet yang berada di ujung kantin. suasana nampak lengang dan gue pun menelusuri dinding-dinding kantin yang sudah mulai usang, setibanya gue di toilet gue pun mencari ruangan yang kosong untuk ku masuki, tak ku sangka sampai di ujung pun tidak ada satu pun ruangan toilet yang terbuka alias kosong. kemudian aku pun menunggu di toilet paling ujung dan berada tepat di depan pintu toilet gue berdiri.

15 menit kemudian

"Kraaaaaaakkkkk... ", suara pintu toilet terbuka, pandanganku pun berpaling ke arah belakang tepat ke arah pintu tersebut terbuka, terlihat sosok wanita dengan paras cantiknya yang seperti amoy atau wajah-wajah chinesse, dengan menggunakan baju basket warna biru muda dan rambut hitam panjang terikat sempurna ke belakang, keringatnya pun nampak jelas mengalir di wajah cantiknya, turun membasahi leher putihnya dan kuperhatikan bahunya yang tak terbalut secuil kainpun, rongga-rongga kecil di antara ketiaknya juga terbanjir oleh keringatnya. bukannya jijik melihat hal ini tapi aku malah semakin bergairah, sepertinya penyakit lamaku sudah kambuh.

"udah selesai.. ?", tanyaku.

"udah !", ucapnya singkat.

Dan setelah satu kata yang terlantun dia pun pergi begitu saja, terkesan sangat angkuh dan sombong sekali cewek ini. gue pun berpikir bahwa hal tersebut lumrah terjadi pada seorang wanita yang memiliki paras cantik, pintar dan kaya, mereka pasti akan lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan seseorang. mungkin gue ini di anggap orang yang mencurigakan baginya karena seorang diri berdiri di depan toilet yang sedang dia masuki.

Memang benar perkataan adrian tentang dirinya, dia wanita yang sangat cantik nan rupawan, aroma tubuhnya sampai tercium meskipun jarak di antara kita cukup jauh. tubuhnya juga sangat terawat, pantatnya yang besar dan nampak sekel, dan lagi payudara miliknya nampak begitu bulat berisi.

"Ehmm... dia itu yaa wanita yang mendapat IP tertinggi sekampus ini !", gumamku.

"Cantik, kaya dan pintar.. dia seperti mutiara di kampus ini !", lanjut gumamku.

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Juliana

Selebihnya
Gairah Pelarian Cinta

Gairah Pelarian Cinta

Adventure

5.0

Kepala ku mulai naik turun mengoral penis nya yang membuatku selalu terbayang. Sementara tangan kiri ku ikut mengocok naik turun. "Oooohhhh.... Cinta Stop...! Nanti keluaarrr! Aaaahhhh.....", lenguh Robi meminta ku berhenti mengoral penisnya. Aku berhenti dan kemudian berbalik badan, kami kembali saling pandang tanpa bicara satu kata pun. Lalu tiba-tiba tubuhku dipeluknya dan segera dibaliknya hingga kini posisi kami berganti menjadi Robi diatas tubuh ku dalam posisi missionary. Robi memandang tajam mata ku bebrapa saat seakan meminta ijin pada ku, aku hanya mengangguk dan berkata. "Pelan-pelan, ya!". Robi membelai pipi ku dan sesaat kemudian ia mencium kembali bibir ku agak lama dan setelah itu ia bicara dengan suara bergetar. "Jika sakit ngomong, ya. Ini juga yang pertama bagi ku, yang!". Aku hanya memejamkan mata saat kurasakan penisnya sudah berada di depan bibir vagina ku, di gesek-gesekannya sejenak supaya aku kembali bisa mengeluarkan cairan lubrikasi ku. Sambil terus menggesekkan penisnya di bibir vaginaku, Robi kemudian menggenggam penis nya dan mengarahkan serta menuntunnya ke bibir vagina ku. "Aawww....", pekik ku sambil meringis kesakitan saat kepala penis nya mulai membuka jalan, menuju vagina ku, 1/4 batangnya sudah memenuhi vagina ku yang kurasakan sesak dan penuh. "Sakit, Rob!", keluh ku. Robi yang melihatku meringis kesakitan kemudian ia mendiamkan sejenak sambil ia mengelus rambut dan mendaratkan ciumannya ke kening ku. Aku seperti merasa nyaman dengan perlakuannya barusan, sambil tersenyum aku berbisik pada nya. "Ambillah sayang, aku ikhlas menyerahkan untuk mu". Aku kembali memejamkan mata dan berusaha pasrah dan rileks, aku tahu ini bakalan sangat sakit dan merupakan kebanggan bagi kaum perempuan tapi rasa sayang ku menutup kesadaran ku saat itu, aku menanti dengan berdebar menyerahkan kehormatan ku pada lelaki yang sudah menaklukan hati ku. Melihat aku dengan pasrah di bawah membuat Robi mantap untuk memasukkan penis nya lebih dalam lagi hingga bisa merobek selaput darah ku. Lalu ia menghentakkan pinggulnya dengan keras sehingga membuat ku menjerit kembali. "Aaaaaawwwww..... Aduh.....! Aaaaaahhhhkkkk....".

Membalas Penkhianatan Istriku

Membalas Penkhianatan Istriku

Romantis

5.0

"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder

Cris Pollalis
5.0

Raina terlibat dengan seorang tokoh besar ketika dia mabuk suatu malam. Dia membutuhkan bantuan Felix sementara pria itu tertarik pada kecantikan mudanya. Dengan demikian, apa yang seharusnya menjadi hubungan satu malam berkembang menjadi sesuatu yang serius. Semuanya baik-baik saja sampai Raina menemukan bahwa hati Felix adalah milik wanita lain. Ketika cinta pertama Felix kembali, pria itu berhenti pulang, meninggalkan Raina sendirian selama beberapa malam. Dia bertahan dengan itu sampai dia menerima cek dan catatan perpisahan suatu hari. Bertentangan dengan bagaimana Felix mengharapkan dia bereaksi, Raina memiliki senyum di wajahnya saat dia mengucapkan selamat tinggal padanya. "Hubungan kita menyenangkan selama berlangsung, Felix. Semoga kita tidak pernah bertemu lagi. Semoga hidupmu menyenangkan." Namun, seperti sudah ditakdirkan, mereka bertemu lagi. Kali ini, Raina memiliki pria lain di sisinya. Mata Felix terbakar cemburu. Dia berkata, "Bagaimana kamu bisa melanjutkan? Kukira kamu hanya mencintaiku!" "Kata kunci, kukira!" Rena mengibaskan rambut ke belakang dan membalas, "Ada banyak pria di dunia ini, Felix. Selain itu, kamulah yang meminta putus. Sekarang, jika kamu ingin berkencan denganku, kamu harus mengantri." Keesokan harinya, Raina menerima peringatan dana masuk dalam jumlah yang besar dan sebuah cincin berlian. Felix muncul lagi, berlutut dengan satu kaki, dan berkata, "Bolehkah aku memotong antrean, Raina? Aku masih menginginkanmu."

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku