Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Komentar
Penayangan
Bab

Bab 1 Part 1

Gerimis seharian ini membuat cuaca terasa begitu memanjakan rasa malasku, sangat berat tubuh ini untuk melakukan aktifitas, disaat gue sedang berteduh pada sebuah halte depan kampusku kumelihat seseorang yang sangat gue kenal, dengan cepat gue pun berlari mendekati seseorang yang sangat aku kenal itu, walau tanah sedikit agak becek gue tidak mempedulikannya dan terus berlari menghampirinya, lalu gue pun menepuk pundaknya untuk menegurnya.

"Hai.. kemana aja lu ?", tegurku dari belakang pada seorang teman.

"Ooiii... !", ucapnya terkaget.

"Asuuuu.. mbok'ne ancuk'an ancen arek iki !", ucapnya kesal kepadaku.

(Anjing... emaknya dancok emang nih anak).

"Wes toh.. jangan ngamuk terus !", sautku menenangkannya.

(udahlah..).

"Ehh... udah dapet kabar kapan nilai semester keluar ?", tanyaku padanya.

"Belum nath... serem gue kalau IP gue jeblok !", jawabnya dengan melas.

"Hahaha... seorang adrian takut nilainya jeblok, nih dah mau masuk semester 4.. kemarin-kemarin lu kemana aje mas, kok baru mikirnya sekarang !", ejekku pada adrian.

Dia adalah teman baikku di kampus namanya Adrian Matuhusein, dari namanya saja mungkin udah bisa di tebak asalnya, ayah dari indonesia timur sedangkan ibunya dari jawab barat yaitu tasikmalaya, cewek sunda. dia lebih tua dariku satu tahun dan dia satu fakultas denganku juga di fakultas hukum, saat ini kita akan memasuki semester empat dan masih butuh waktu 2,5 tahun lagi untuk lulus dari universitas Airlangga Surabaya.

Gue bukanlah nathael yang dulu kalian kenal karena nathael yang sekarang bukan lagi anak dari keluarga yang kaya raya dan terpandang di kota ini, aku yang sekarang adalah anak yang sedang berjuang untuk meraih impian dengan menggunakan tangannya sendiri, hidupku berubah total setelah peristiwa di jakarta, semuanya lenyap seketika bagai ditelan bumi, tak ada lagi gelimang harta atau anggota keluarga yang sudi membantu, mereka seperti orang yang tidak mengenalku lebih tepatnya tidak sudi lagi mengakuiku sebagai anggota keluarganya.

Gue hidup sendiri, cari makan sendiri, beli pakaian sendiri dan biaya kuliah juga sendiri. untuk saja Tuhan Yang Maha Esa memberiku sebuah otak yang sangat jenius sehingga gue bisa menggunakannya untuk mendapatkan uang, thanks God !.

Gue kuliah di hari senin sampai dengan jumat, pulang kuliah gue pun menghabiskan waktuku dengan bekerja di sebuah caffe sebagai barista atau peracik kopi, dalam satu minggu gue di beri kesempatan untuk libur satu hari, gue juga menyambi sebagai guru privat yang datang ke rumah-rumah untuk memberikan bimbingan kepada mereka yang membutuhkan bantuanku.

"Nath.. ke lapangan basket yuk, ada turnamen basket !", ucap adrian.

"Yuukk.. !", sautku.

Kita berdua segera menuju ke lapangan basket untuk melihat turnamen basket antar kampus di surabaya, ternyata peminat olahraga basket di kampus ini sangat banyak juga sampai-sampai penontonnya terlihat penuh mengelilingi lapangan basket tersebut. dengan berdesak-desakan gue pun menyelinap masuk di antara para penonton untuk bisa menyaksikan pertandingan basket ini, akhirnya aku berada di tengah-tengah para penonton dan gue bisa dengan leluasa menyaksikan pertandingan basket ini.

"Hei, nath... coba perhati'in nomor 6 !", berbisik lirih adrian di telingaku.

"Kenapa ?", tanyaku dengan memperhatikan seseorang bernomor punggung 6.

"Hehehe... susu'ne gedimbal-gedimbul cok, mentolo nguntal ae.. !", lagi-lagi adrian berbisik pelan pada telingaku.

(Hehehe... payudaranya membal-membal cok, pingin nelan aja).

"Raimu cok.. !", sautku pelan.

(Mukamu cok).

"Di emprut uenak tenan iku bro... !", ucapnya lagi dengan berbisik.

(Di entot/ewek enak banget itu bro..).

"Males banget gue ngeladenin lu.. gue ke kantin aja dah !", ucapku dengan acuh kepada adrian.

Belum ada 10 menit gue dah memutuskan untuk pergi dari kerumunan manusia yang sedang menyaksikan pertandingan basket tersebut, dan adrian pun mengikutiku dari belakang. kita berdua pun menuju ke kantin untuk membeli minuman ringan karena kehausan setelah capek berjalan, dan sesampainya di kantin.

"Porek koe.. !", ucap adrian padaku.

(Ngambek kamu..).

"Kagak... gue cuma males aja dengarin omongan mesum lu !, ucapku pada adrian yang duduk di depanku.

"Eehh.. tapi tuh cewek primadonanya kampus sini lho !", ujar adrian.

"Udah cantik, tinggi, putih, mulus, bokong ama teteknya gemesin, dan anak orang kaya lagi... rasa'ne pingin ngelon'i ae cok !", sambung adrian.

(Rasanya ingin berhubungan intim).

"Kebanyakan cewek-cewek kayak gitu otaknya gak kepakai !", ucapku

"Buset.. lu tau gak siapa yang menyandang IP tertinggi di kampus ini ?", tanya adrian padaku.

"Anggun Wijayanata !", jawabku singkat.

"Naaahh... Anggun Wijayanata tuh dia, cewek yang lu omongin otaknya gak kepakai !", ucap adrian.

"Heboh amat lu... !", ucapku acuh.

"Gue aku'in lu pinter tapi lu kalah ama dia, dia peringkat satu lah lu ada di peringkat dua !", papar lagi adrian dengan meyakinkanku.

"Biasa aja ahh... !", ucap sangat cuek.

"Pantes aja lu gak punya cewek, sikap lu aja kayak gini... jangankan cewek, temen aja cuma satu, gue doank !", ucapnya menyindirku.

"Berisik lu.. !", ucapku dengan meninggalkannya.

Uang lima ribu rupiah gue taruh di meja dan setelah itu gue pergi meninggalkan adrian di kantin sendiri, yaa... seperti itulah sikap adrian sangat maniak terhadap wanita cantik dan seksi, mulut sering kali mengucapkan hal-hal mesum yang membuatku sangat risih.

"Woi.. kemana lu nath ?", tanya adrian sesaat aku pergi.

"Toilet bentar !", jawabku.

"Ojok suweh-suweh, cok... !", teriak adrian.

(Jangan lama-lama, cok... ).

Kulambaikan tanganku kebelakang bertanda it's ok, langkah demi langkah menuju toilet yang berada di ujung kantin. suasana nampak lengang dan gue pun menelusuri dinding-dinding kantin yang sudah mulai usang, setibanya gue di toilet gue pun mencari ruangan yang kosong untuk ku masuki, tak ku sangka sampai di ujung pun tidak ada satu pun ruangan toilet yang terbuka alias kosong. kemudian aku pun menunggu di toilet paling ujung dan berada tepat di depan pintu toilet gue berdiri.

15 menit kemudian

"Kraaaaaaakkkkk... ", suara pintu toilet terbuka, pandanganku pun berpaling ke arah belakang tepat ke arah pintu tersebut terbuka, terlihat sosok wanita dengan paras cantiknya yang seperti amoy atau wajah-wajah chinesse, dengan menggunakan baju basket warna biru muda dan rambut hitam panjang terikat sempurna ke belakang, keringatnya pun nampak jelas mengalir di wajah cantiknya, turun membasahi leher putihnya dan kuperhatikan bahunya yang tak terbalut secuil kainpun, rongga-rongga kecil di antara ketiaknya juga terbanjir oleh keringatnya. bukannya jijik melihat hal ini tapi aku malah semakin bergairah, sepertinya penyakit lamaku sudah kambuh.

"udah selesai.. ?", tanyaku.

"udah !", ucapnya singkat.

Dan setelah satu kata yang terlantun dia pun pergi begitu saja, terkesan sangat angkuh dan sombong sekali cewek ini. gue pun berpikir bahwa hal tersebut lumrah terjadi pada seorang wanita yang memiliki paras cantik, pintar dan kaya, mereka pasti akan lebih berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan seseorang. mungkin gue ini di anggap orang yang mencurigakan baginya karena seorang diri berdiri di depan toilet yang sedang dia masuki.

Memang benar perkataan adrian tentang dirinya, dia wanita yang sangat cantik nan rupawan, aroma tubuhnya sampai tercium meskipun jarak di antara kita cukup jauh. tubuhnya juga sangat terawat, pantatnya yang besar dan nampak sekel, dan lagi payudara miliknya nampak begitu bulat berisi.

"Ehmm... dia itu yaa wanita yang mendapat IP tertinggi sekampus ini !", gumamku.

"Cantik, kaya dan pintar.. dia seperti mutiara di kampus ini !", lanjut gumamku.

Bersambung

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Ksatria Naga Phoenix

Ksatria Naga Phoenix

Zhu Phi
5.0

Suatu ramalan kuno yang sudah jutaan tahun terpendam di Bumi Karimun (Chenghu The) tepatnya di Benua Arkandaria menjelaskan munculnya Naga Langit atau Tian Long yang akan membelah langit dan menimbulkan kiamat di seluruh negeri. Hanya Ksatria Naga Phoenix yang bisa mengalahkan Naga Langit ini di tempat asalnya untuk mencegah kemunculannya. Sayangnya sudah ratusan ribu tahun sepanjang sejarah Kerajaan Arkandaria berdiri, belum pernah muncul Ksatria Naga Phoenix yang sangat sakti karena merupakan penggabungan Naga yang hebat dengan burung Phoenix yang sakti. Kisah ini kemudian hanya menjadi dongeng belaka untuk pengantar tidur penduduk Arkandaria. Zhu Fei yang terlahir dari pasangan Naga Phoenix dan Ksatria Naga diramalkan akan menjadi Ksatria Naga Phoenix pertama oleh Peramal Sakti Lu Ming dari Organisasi Merak Suci (Holy Peacock Sect). Zhu Fei berasal dari Keluarga Kerajaan yang berlimpah harta. Ayahnya Zhu Lei adalah Panglima Kerajaan Arkandaria yang memimpin Armada Laut Arkandaria yang sangat terkenal kehebatannya dan tidak terkalahkan sampai saat ini. Untuk memenuhi ramalan dari Peramal Sakti ini, Zhu Fei yang baru berumur 5 tahun sudah harus dikirim ke Pulau Pek Long untuk menjalani pelatihan yang terberat dalam hidupnya melebihi Bocah Naga biasa, Berhasilkah Zhu Fei memenuhi takdirnya untuk menjadi Ksatria Naga Phoenix? Atau Ksatria Naga Phoenix ini hanyalah dongeng penduduk Arkandaria semata? Benarkah Naga Langit ini akan muncul kembali? Berhasilkah Pendekar Naga Phoenix mencegah kehancuran dunia? Ikuti terus ya petualangan Zhu Fei untuk menemukan jawabannya. Arc 1 : Kisah Pendekar di Pulau Pek Long. Arc 2 : Pencarian Alam Naga Langit. Arc 3 : Pertempuran di Selat Huang He. Arc 4 : Petualangan di Lost Continent dan Outside Continent. Arc 5 : Menyusuri Dimensi Alam Naga Langit Arc 6 : Kisah Naga Phoenix di Kamandaria Arc 7 : Prahara Naga Langit Arc 8 : Penguasa Sejati

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku