Suami Wasiat Dari Suamiku

Suami Wasiat Dari Suamiku

Samsul Bahri

5.0
Komentar
974
Penayangan
24
Bab

Lina dan Arief sedang menatap masa depan yang penuh harapan. Setelah bertahun-tahun saling mencintai, mereka akhirnya mendapatkan kabar yang mereka impikan-Lina hamil. Mereka akan segera menjadi orang tua, sebuah mimpi yang telah lama mereka tunggu. Namun, kebahagiaan itu hancur seketika ketika Arief terlibat dalam sebuah kecelakaan. Ditabrak oleh seorang pria bernama Andi, yang sedang mabuk, Arief terdampar di rumah sakit dalam keadaan kritis. Di detik-detik terakhir kesadarannya, Arief meminta Lina untuk menjaga hidupnya, bahkan jika itu berarti menerima Andi sebagai suami pengganti. "Lina... jangan biarkan hidupmu hancur... Andi... dia bisa... jadi pelindungmu," ucap Arief dengan suara yang hampir tak terdengar, matanya kabur dan hampir terpejam. Lina, yang kini kehilangan separuh dirinya, harus menghadapi pilihan yang tak terbayangkan-menerima Andi, pria yang telah merenggut suaminya, untuk mengisi kekosongan hatinya. Bisakah Andi, yang tidak ingat apa pun tentang kejadian itu, menjadi suami yang baik bagi Lina? Atau akankah takdir yang sudah tertulis ini menghancurkan segalanya?

Bab 1 Sebuah Awal yang Manis

Lina duduk di tepi tempat tidur, memandang hasil USG yang baru saja diambil dari klinik pagi itu. Sebuah gambar kecil di atas kertas putih yang memperlihatkan detak jantung bayi mereka. Hanya segenggam ukuran kecil, tapi bagi Lina, itu adalah dunia yang baru. Dunia yang penuh dengan harapan, dengan impian-impian yang telah lama mereka bangun bersama.

Arief masuk ke dalam kamar dengan senyum lebar di wajahnya. "Bilang padaku, ada apa di sini?" tanyanya dengan penuh rasa ingin tahu, meski ia sudah menebak. Lina menatap suaminya dengan mata penuh cinta, lalu mengangkat gambar USG itu ke arah Arief.

"Ini," jawab Lina, suaranya bergetar sedikit. "Ini anak kita, Arief. Anak kita."

Arief mengangkat alis, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru mendapat hadiah. "Kita... kita benar-benar akan menjadi orang tua?" Ia mendekat dan duduk di samping Lina, lalu menatap gambar itu seolah itu adalah sebuah karya seni yang paling indah yang pernah dilihatnya. "Aku nggak bisa percaya... akhirnya," katanya, hampir tak percaya.

Lina tertawa pelan, merasakan hangatnya kebahagiaan yang menyelimuti mereka. "Kau selalu bilang kita akan jadi orang tua yang hebat, kan?" Lina memiringkan kepala, matanya berkilau dengan air mata kebahagiaan yang tak bisa ia tahan. "Kita akan memberikan dunia terbaik untuk anak kita."

Arief menggenggam tangan Lina dengan lembut, lalu menatap matanya. "Kau tahu, aku nggak sabar melihat bayi kita. Aku ingin melihat dia tumbuh besar dengan cinta yang sama seperti yang kita berikan satu sama lain. Dan aku akan selalu ada untuk kalian berdua, Lina. Kita akan lewati ini bersama-sama."

Lina merasa seluruh tubuhnya terhangatkan oleh kata-kata Arief. Sudah bertahun-tahun mereka bersama, saling berbagi impian, kesedihan, dan kebahagiaan. Tapi saat ini, dengan bayi yang akan datang, Lina merasa seperti hidup mereka baru saja dimulai. Semuanya terasa begitu sempurna, begitu indah, dan tanpa cacat.

"Arief, aku takut," kata Lina tiba-tiba, suaranya serak, meskipun ia berusaha untuk tetap tenang.

Arief menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa yang kau takutkan, sayang?"

"Takut kalau aku tidak bisa jadi ibu yang baik... Takut kalau aku tidak bisa memberimu semua yang kau inginkan... Takut... takut kalau semuanya akan hancur," Lina menjelaskan dengan suara hampir tidak terdengar, seperti ada beban yang tak bisa ia lepaskan.

Arief menarik Lina ke dalam pelukannya, meletakkan dagunya di atas kepala Lina. "Kau adalah orang terbaik yang bisa jadi ibu bagi anak kita, Lina. Aku tahu itu. Kau hanya perlu percaya pada dirimu sendiri seperti aku mempercayaimu. Semua yang kita miliki sekarang, ini adalah hasil kerja keras kita berdua. Dan tidak ada yang bisa menghancurkannya."

Lina menutup matanya, merasa damai di pelukan suaminya. Suara detak jantung Arief menjadi musik yang menenangkan hatinya. Tidak ada lagi yang bisa ia inginkan selain ini-mereka berdua, bersama-sama, menanti hari kelahiran anak mereka.

Namun, meskipun Arief berbicara dengan keyakinan, Lina tidak bisa menghilangkan rasa takut yang menggerogoti hatinya. Dunia ini kadang bisa begitu kejam, dan ia tak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan mereka. Tetapi dalam dekapan Arief, ia merasa bahwa mungkin-hanya mungkin-semua akan baik-baik saja.

Mereka berdua terdiam dalam kebisuan yang penuh makna. Dalam setiap detak jantung, ada rasa cinta yang begitu mendalam dan keinginan untuk menjalani hidup ini bersama. Mereka telah melewati banyak hal bersama, tetapi kali ini, mereka merasa seolah semua hal buruk yang terjadi sebelumnya akan terbayar dengan kebahagiaan ini.

Di luar jendela, senja mulai turun, menciptakan warna keemasan di langit. Linanya bisa merasakan kehangatan matahari yang mulai meredup menyelimuti kamar mereka. Semua terasa sempurna.

Tapi siapa yang tahu, kadang kehidupan membawa kita pada jalan yang tidak pernah kita bayangkan, dan kebahagiaan itu-seperti pelangi-dapat hilang begitu saja dalam sekejap. Lina tidak tahu bahwa saat senja itu terbenam, takdir mereka sudah ditentukan.

Di luar kamar mereka, cuaca berubah begitu cepat. Sebuah badai kecil mulai datang, namun Lina dan Arief tidak menyadari apa yang akan terjadi. Ketika Arief keluar untuk membeli makan malam, Lina mengira itu akan menjadi hari yang sama seperti sebelumnya. Tak ada yang tahu bahwa itu adalah momen terakhir mereka menikmati kebersamaan yang utuh.

Kecelakaan itu datang begitu mendalam. Lina menerima telepon malam itu, sebuah suara yang sangat asing namun begitu terdengar jelas di telinganya.

"Bibi Lina, Arief... kecelakaan... Dia... dia..." kata suara di telepon itu terguncang, dan sebelum Lina bisa mengajukan pertanyaan lebih lanjut, telepon terputus.

Tanpa berpikir panjang, Lina langsung berlari menuju rumah sakit. Ketika dia tiba, dunia seolah berhenti. Di sana, di ruang darurat rumah sakit, ia melihat Arief terbaring tak berdaya, tubuhnya terhubung dengan banyak alat medis. Darah yang masih segar di pakaian Arief membuat hati Lina hancur, seakan waktu berjalan terlalu lambat.

Lina duduk di samping tempat tidur Arief, meremas tangan suaminya, berharap ia bisa bangun dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, hanya ada keheningan yang menyelimuti.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Samsul Bahri

Selebihnya

Buku serupa

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Perhitungan Pahit Seorang Istri

Gavin
5.0

Suamiku, Banyu, dan aku adalah pasangan emas Jakarta. Tapi pernikahan sempurna kami adalah kebohongan, tanpa anak karena kondisi genetik langka yang katanya akan membunuh wanita mana pun yang mengandung bayinya. Ketika ayahnya yang sekarat menuntut seorang ahli waris, Banyu mengusulkan sebuah solusi: seorang ibu pengganti. Wanita yang dipilihnya, Arini, adalah versi diriku yang lebih muda dan lebih bersemangat. Tiba-tiba, Banyu selalu sibuk, menemaninya melalui "siklus bayi tabung yang sulit." Dia melewatkan hari ulang tahunku. Dia melupakan hari jadi pernikahan kami. Aku mencoba memercayainya, sampai aku mendengarnya di sebuah pesta. Dia mengaku kepada teman-temannya bahwa cintanya padaku adalah "koneksi yang dalam," tetapi dengan Arini, itu adalah "gairah" dan "bara api." Dia merencanakan pernikahan rahasia dengannya di Labuan Bajo, di vila yang sama yang dia janjikan padaku untuk hari jadi kami. Dia memberinya pernikahan, keluarga, kehidupan—semua hal yang tidak dia berikan padaku, menggunakan kebohongan tentang kondisi genetik yang mematikan sebagai alasannya. Pengkhianatan itu begitu total hingga terasa seperti sengatan fisik. Ketika dia pulang malam itu, berbohong tentang perjalanan bisnis, aku tersenyum dan memainkan peran sebagai istri yang penuh kasih. Dia tidak tahu aku telah mendengar semuanya. Dia tidak tahu bahwa saat dia merencanakan kehidupan barunya, aku sudah merencanakan pelarianku. Dan dia tentu tidak tahu aku baru saja menelepon sebuah layanan yang berspesialisasi dalam satu hal: membuat orang menghilang.

Jatuh Cinta dengan Dewi Pendendam

Jatuh Cinta dengan Dewi Pendendam

Juno Lane
5.0

Sabrina dibesarkan di sebuah desa terpencil selama dua puluh tahun. Ketika dia kembali ke orang tuanya, dia memergoki tunangannya berselingkuh dengan saudara angkatnya. Untuk membalas dendam, dia tidur dengan pamannya, Charles. Bukan rahasia lagi bahwa Charles hidup tanpa pasangan setelah tunangannya meninggal secara mendadak tiga tahun lalu. Namun pada malam yang menentukan itu, hasrat seksualnya menguasai dirinya. Dia tidak bisa menahan godaan terhadap Sabrina. Setelah malam penuh gairah itu, Charles menyatakan bahwa dia tidak ingin ada hubungan apa pun dengan Sabrina. Sabrina merasa sangat marah. Sambil memijat pinggangnya yang sakit, dia berkata, "Kamu menyebut itu seks? Aku bahkan tidak merasakannya sama sekali. Benar-benar buang-buang waktu!" Wajah Charles langsung berubah gelap. Dia menekan tubuh Sabrina ke dinding dan bertanya dengan tajam, "Bukankah kamu mendesah begitu tidak tahu malu ketika aku bersamamu?" Satu hal membawa ke hal lain dan tidak lama kemudian, Sabrina menjadi bibi dari mantan tunangannya. Di pesta pertunangan, sang pengkhianat terbakar amarah, tetapi dia tidak bisa meluapkan kemarahannya karena harus menghormati Sabrina. Para elit menganggap Sabrina sebagai wanita kasar dan tidak berpendidikan. Namun, suatu hari, dia muncul di sebuah pesta eksklusif sebagai tamu terhormat yang memiliki kekayaan miliaran dolar atas namanya. "Orang-orang menyebutku lintah darat dan pemburu harta. Tapi itu semua omong kosong belaka! Kenapa aku perlu emas orang lain jika aku punya tambang emas sendiri?" Sabrina berkata dengan kepala tegak. Pernyataan ini mengguncang seluruh kota!

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Putra Rahasianya, Aib Publiknya

Gavin
5.0

Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh. Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku. Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan. Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka. Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir. Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku