Suami Wasiat Dari Suamiku
a rasa kehilangan yang mendalam dan kewajiban yang terpaksa ia tanggung. Hari itu, di ruang tamu rumah mereka, Lina duduk diam, hanya ditemani
mata. Setiap kali ia mencoba untuk melangkah maju, ingatan tentang masa depan yang mereka bangun bersama selalu menghalangi. Namun, dia tak bisa
ng pintu. Wajahnya yang cemas dan penuh penyesalan tetap ada di sana, seperti dua minggu yang lalu, ketika pertama k
an ekspresi yang menunjukkan bahwa ia datang denga
kata Andi dengan suara yang tenang, me
pa lagi yang bisa Andi katakan? Apa yang bisa diubah setelah semuanya hancur begitu saja? Namun, ia
saat mereka berbincang tentang kehidupan mereka yang akan datang.
, suaranya dingin, hampir seperti se
antikan Arief. Tidak ada yang bisa menggantikan dia," katanya, matanya menatap lantai, tak berani menatap Lina. "Tapi saya ingin memberi t
Apakah itu sesuatu yang bisa memberi petu
a ingin membantu Anda. Saya tahu saya tidak bisa menjadi Arief, dan saya tidak bermaksud untuk menjadi suami
agaimana. Ia ingin menolak, tapi ada sesuatu dalam kata-kata Andi yang membuatnya terdiam. Apakah ini bena
rnafas. Anda tidak perlu menghadapinya sendirian. Saya tahu ini sulit, tapi saya hanya ingin mendamp
pnya. Namun, ada satu hal yang tak bisa ia hindari: rasa kesepian yang semakin menghimpitnya. Arief sudah tiada, dan meskipun ia tahu tak ada yang bisa menggantikan suaminya, Lina merasa seolah dun
di yang telah menjadi penyebab utama penderitaannya? Bagaimana bisa ia percaya pada
ra serak. "Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Bagaimana
kan, Bu Lina. Tapi saya ingin memberi Anda kesempatan untuk merasakan kebahagiaan lagi. Anak Anda tidak pantas tum
dalam tatapan Andi, dan meskipun dia ingin menolaknya mentah-mentah, hatinya terasa berat. Apakah ini pilihan yang te
ng harus aku pertimbangkan. Aku harus memikirkan anakku. Aku tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Tapi ak
rti, Bu Lina. Saya hanya ingin memberi Anda waktu. Apa pun yang Anda putu
seperti dulu. Arief telah pergi, dan dia harus melangkah maju. Namun, apakah dia siap menerima Andi? Apaka
m hatinya, Lina merasakan keheningan yang begitu dalam. S