Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Tiiingg...
Lonceng kedai camilan itu berbunyi, menandakan adanya pengunjung yang datang. Pintu terbuka hingga menampakkan sosok lelaki tampan yang tersenyum tipis sambil membawa buket bunga mawar merah di tangannya.
Dia adalah Mark Andreas, laki-laki berusia 26 tahun yang kini menjabat sebagai direktur utama di perusahaan milik keluarga nya sendiri.
Senyuman manis di wajah tampan Mark tak pernah pudar. Laki-laki itu berjalan menuju kasir kedai menghampiri seorang gadis cantik berambut hitam panjang yang juga sedang tersenyum tipis melihat dirinya. Gadis itu adalah kekasih Mark. Relia Wijaya, si cantik berusia 24 tahun yang sudah berpacaran dengan Mark selama 3 tahun terakhir ini.
"Apa kamu sudah selesai?" Tanya Mark pada kekasihnya itu.
Relia mengangguk kecil dan tersenyum. "Iya, baru saja aku selesai berkemas," Sahutnya.
Mark memberikan buket bunga mawar yang ia bawa. "Ini untukmu. Happy anniversary, sayang..."
Relia sangat tersentuh dengan perlakuan manis Mark padanya. Meski bukan hal yang besar dan istimewa, tapi itu sudah cukup bagi Relia.
Mengingat Relia selama ini juga tidak pernah mendapatkan perhatian atau kasih sayang dari siapapun.
"Terimakasih," ucap Relia sembari menerima buket bunga mawar itu.
Mark hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya senang.
"Kamu mau mengajakku kemana?" Tanya Relia kemudian.
"Hanya jalan-jalan sebentar. Akhir-akhir ini aku selalu sibuk dengan pekerjaan ku. Aku ingin meluangkan waktu bersama dengan mu," jawab Mark.
"Baiklah. Aku akan bersiap sebentar dan menutup kedai," sahut Relia dan bergegas menyelesaikan sisa pekerjaannya.
Mark tersenyum dan mengangguk. Ia pun duduk di kursi kosong pelanggan menunggu Relia selesai membereskan semua pekerjaan yang tersisa.
Sepasang manik Mark tidak luput memandang gadis cantik yang sedang sibuk itu. Meski mereka sudah lama berpacaran, tetapi hubungan mereka selalu harmonis dan tidak pernah terjadi pertengkaran sedikit pun. Pemuda itu sangat mencintai Relia apapun alasannya.
Banyak hal sudah mereka lalui bersama, meski keduanya tak mendapat restu dari kedua orangtua Mark. Bukan tanpa alasan orangtuanya Mark tak merestui hubungan mereka. Mereka tidak setuju karena Relia adalah seorang gadis yatim piatu.
Ayah Relia meninggal ketika ia berusia 17 tahun karena sebuah kecelakaan, sedangkan ibu Relia meninggal sejak Relia masih berusia 5 tahun karena sakit kanker. Kini Relia tinggal bersama paman dan bibinya, serta sepupu perempuannya yang jahat. Setiap hari sekalu saja ada alasan yang membuat Relia terkena omelan dan amarah dari bibinya itu.
Meski Relia tidak berbuat kesalahan, tetapi di mata keluarga paman dan bibinya itu, Relia selalu salah dan tidak pernah ada benarnya.
* * *
Hari ini, Mark berniat untuk membawa Relia ke rumahnya lagi setelah beberapa bulan yang lalu. Meski keluarganya tak pernah menyambut Relia dengan baik, tetapi Mark tak pernah berputus asa untuk mendapatkan restu dari keluarga nya sendiri.
Kini sepasang kekasih itu berdiri di depan pintu besar rumah mewah kediaman keluarga Mark.
Relia merasa sangat gugup dan menggenggam tangan Mark dengan sangat erat.
"Kenapa kamu mengajakku kemari? Kamu bilang hanya jalan-jalan bukan?" tanya Relia yang merasa di bohongi.
"Jangan takut. Aku membawa mu kemari untuk meminta restu lagi pada kedua orangtua ku. Aku akan lebih serius padamu," sahut Mark tenang.
"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti, Mark..." Lirih Relia sambil menundukkan kepalanya.
"Sudahlah, kamu tidak perlu banyak bertanya. Ayo, kita masuk dan temui kedua orangtua ku," ajak Mark sambil mengeratkan genggaman tangannya dan menggandeng Relia masuk ke dalam rumah mewah itu.
Sepasang kekasih itu berjalan masuk dan melihat orangtua Mark sedang duduk berbincang bersama seorang gadis cantik juga. Tak asing bagi Mark, gadis itu adalah Aluna. Putri tunggal teman bisnis Brian (Papa Mark).
"Kamu sudah pulang?" Tanya Karina, Mama dari pemuda tampan itu.
Wanita paruh baya itu tersenyum melihat kedatangan putra semata wayangnya. Sesaat kemudian, pandangannya teralih pada Relia yang tersenyum tipis menyapa dirinya. Seketika, raut wajah Karina berubah menjadi masam.
"Mark? Kenapa kamu bawa lagi gadis yatim piatu ini?" geram Brian.
"Papa tidak boleh berkata seperti itu pada Relia. Dia memiliki nama!" sarkas Mark tak terima.
"Memang itu faktanya? Bahkan gadis ini juga tidak akan memungkirinya," sinis Karina sambil melirik acuh pada Relia.
Kini Relia merasa semakin takut dan sakit hati. Memang benar ia seorang yatim piatu, tapi bukankah tidak seharusnya status seperti itu di perjelas di hadapan orang lain?