Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Wedding SexDoll (Pemuas Hasrat Pernikahan)

Wedding SexDoll (Pemuas Hasrat Pernikahan)

Miracleeve

5.0
Komentar
16.5K
Penayangan
25
Bab

Warning 21+ Sejak menjadi istri simpanan yang tak dianggap oleh suaminya-- King Antareksa, Loveline selalu diperlakukan layaknya boneka pemuas nafsu suaminya yang dingin dan kejam. Love juga tak diizinkan untuk hamil. Setiap kali bercinta dengan King, dia didoktrin untuk tak sampai hamil. "Kau hanya istri simpananku, Love. Jangan mengharapkan lebih!" "Tak bisakah aku sedikit egois? Kau boleh memakai tubuhku, berfantasi dan memuaskan hasratmu kepadaku, tapi ... Bisakah kau mencintaiku juga King?" "Shut fucking up! Open Your legs! And I wanna go! Deep to the bottom of you!" "Eunghhh! King! More King! More!" Hingga pada suatu hari King berencana untuk menikahi wanita lain tanpa mau menceraikan Love. Banyak masalah baru hadir dan mewarnai pernikahan mereka. Bagaimanakah nasib Love kedepannya? Bagaimana jika King mengetahui kehamilan Love yang tak diinginkan olehnya? BDSM content Adults Only

Bab 1 Pemuas Hasrat

-LOVELINE POV-

Aku terbangun di pagi hari dengan keadaan yang berantakan. Tubuh bagian bawahku terasa begitu perih dan nyeri. Beberapa darah kering juga aku temukan di atas seprei putih yang telah kusut di tempatku berbaring.

Tanpa menebak aku sudah tahu apa yang terjadi semalam. Semalam sama seperti malam-malam sebelumnya. Malam di mana suamik, memakai tubuhku untuk kesenangannya.

Brak-!

Pintu kamar mandi di dalam kamar ini terbuka, dan keluarlah suamiku. Atau sebut saja sebagai orang yang hanya memakai tubuhku tanpa cinta.

Dia adalah seorang pria berusia matang yang kaya raya adan punya segalnya. Dia adalah King Antareska. Seorang pemimpin mafia sekaligus CEO yang sangat diagung-agungkan di negara ini. Waalu begitu, dia -- Suamiku yang selalu mengabaikan diriku.

King menghampiriku dengan menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Uang untuk perawatan tubuhmu ada di dalam laci." Dia berlalu melewatiku yang masih setengah berbaring di atas ranjang tanpa selembar benang apapun.

King, suamiku tengah berdiri di depan cermin rias kami sambil menyisir rambutnya yang basah. Setelah itu dia langsung membuka handuknya dan terlihatlah miliknya yang besar dan sangat tengang. Dia lalu melirik ke arahku.

Buru-buru aku mengalihkan pandanganku, aku takut tertangkap basah olehnya saat sedang mengamati ketampanan dan kesempurnaan suamiku sendiri.

"Ini sudah pagi. Jangan melihatku seperti itu. Kau lihat?" King menunjuk miliknya yang besar dan sangat kokoh di bawah sana.

Aku hanya mengangguk sambil memilin selimut. Setelah itu King langsung memakai celananya lagi sambil berkata. "Jika kau membuatnya selalu bangun, maka kau yang akan kubuat tak bisa bangun dari ranjang!" King berlalu dari kamar dan menutup kuat pintunya.

Ya ... inilah hidupku. Aku menjadi istri simpanan dari pemimpin mafia sepertinya. Dibandingkan menjadi istri, rasa-rasanya aku hanya dimanfaatkan baginya sebagai pelampiasan hasrat dan amarahnya saja.

Dia selalu memakai tubuhku, tapi dia tak membiarkanku untuk hamil. Setiap dia memasukkan miliknya dan menyemburkan semua cairan hangatnya di dalamku tanpa berniat memberikan benih untuk buah hati kami. Aku hanya bisa pasrah. Dia sama sekali tak ingin anak di dalam hubungan ini.

Aku bercermin dan memandangi tubuhku yang penuh dengan bekas kecupannya yang sangat merah.

Kusentuh kissmark buatannya, lalu aku berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan semua noda yang ada di tubuhku.

Tak lama, aku selesai dan langsung kembali ke depan cermin untuk mengoleskan salep penghilang bekas luka. King tak menyukai tubuhku yang terluka atau kotor. Tapi dialah yang membuat semua itu di atas kulitku.

Setelah selesai bersiap, aku lantas pergi ke bawah untuk berangkat ke tempat bekerjaku.

"Nyonya Lin, supir yang akan mengantarkan dirimu sudah siap. Kau mau langsung saja, atau mau sarapan terlebih dahulu?" Seorang pelayan bertanya kepadaku. Aku lantas menggeleng dan tersenyum ramah kepada wanita tua yang bernama Bibi Inah itu.

"Tak perlu Bi, aku akan makan roti saja di mobil." Setelah membawa roti tawar gandum tanpa selai atau apapun, aku langsung masuk ke dalam mobil.

King memintaku untuk terus menjaga bentuk tubuhku. Maka mah tak mau aku selalu diet untuk menjaga bentuk tubuhku ini. Salah satunya hanya dengan sarapan roti gandum tanpa selai, dan menghindari makan malam.

Aku akhirnya sampai di sebuah butik milikku sendiri. Walau aku menjadi istri dari orang kaya seperti King, aku tetap ingin bekerja dan menghasilkan banyak uang.

"Bu Lin, ada pesanan besar di butik kita. Ini rinciannya. Client meminta gaun pernikahan eksklusif yang dirancang langsung olehmu." Aku mengambil laporan itu dan membacanya sekilas.

Aku tersenyum sendu, merasa iri dengan semua pasangan yang akan menikah yang membuat gaun pernikahan mereka di butiknya. Dulu saja saat ia menikahi dengan King. Dia hanya memakai gaun sederhana.

"Katakan kepada dia untuk membuat janji denganku."

"Baik, Bu."

Sebelumnya selamat datang di kisahku. Perkenalkan, aku Loveline Amaris, istri dari King Antareska. Pernikahan kami baru berumur satu tahun.

"Love! Aku datang," ucap seseorang yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruanganku.

Aku menghembuskan nafasku lelah. "Ken, jangan memanggilku dengan Love." Aku merasa tak nyaman ketika ada yang memanggilku dengan nama Love, walaupun Love memang bagian dari namaku. Tapi rasanya aneh saat ada orang lain memanggilmu dengan demikian. Karena sejujurnya aku sangat ingin jika King lah yang memanggilku dengan panggilan Love.

"Kakak, kau kan memang Love ... Loveline. Aku suka memanggilmu dengan sebutan itu!" Seorang pemuda yang umurnya tiga tahun lebih muda dariku itu langsung duduk di depanku.

Dia adalah Kevin Alvarez. Sepupu jauh suamiku. Dia seorang yang sangat baik dan ramah. Sangat berbeda dengan King yang selalu menganggap aku sebagai mainan.

"Kakak, kau terlihat tak fit. Ada apa?" Dia menyentuh tanganku.

"Aku tak apa, hanya sedikit lemas saja." Aku menjawab demikian, tetapi Kevin langsung berdiri dan mengangkat tubuhku tanpa permisi. Aku meronta minta diturunkan, tetapi pemuda itu seolah tuli dan tetap membawaku ke kamar yang memang ada di dalam ruangan kerjaku ini.

Dia meletakan tubuhku di atas ranjang, lalu ikut berbaring di sebelahku. Dia mulai mengelus pipiku, bahkan mengecup keningku.

"Apa karena King?" tanyanya.

Aku menggeleng dan memejamkan mataku. Aku tak tahu ini salah atau benar, tetapi Kevin selalu mampu membuatku merasa nyaman untuk beberapa hal.

Aku mendapatkan cinta sebelah tangan, gairah, dan sex dari suamiku, King. Tapi dia tak benar-benar mencintaiku, berbeda dengan Kevin. Bersama Kevin aku merasa sangat dicintai. Walaup begitu, aku sama sekali tak pernah mencintai Kevin, karena seburuk apapun King, dia adalah suami yang aku cintai.

Cup!

Kevin mengecup pucuk hidungku, lalu bertanya dan meminta izin dariku, "Love, apa aku boleh memelukmu?" Aku mengangguk. Dan seketika aku langsung masuk ke dalam pelukannya yang terasa sangat hangat.

Tak terasa rupanya Kevin memelukku hingga aku jatuh tertidur.

Selang satu jam aku terbangun karena mendengar suara ribut dari luar. Saat kulihat ke sampingku ternyata Kevin sudah tak ada.

"Kau! Siapa kau berani tidur dengan istriku?!"

Bugh-!

Bugh-!

Aku buru-buru keluar saat menyadari, jika itu adalah suara dari King.

"King!" Aku sangat kaget. Karena King sedang memukuli Kevin dengan membabi buta.

"King, jangan pukul Kevin!" Aku merentangkan tanganku dan berdiri di depan Kvin yang memegangi perutnya kesakitan.

King tampak semakin marah dengan apa yang aku lakukan. Pertanyaanku, kenapa dia harus marah? Padahal dia tak mencintaiku kan? Jadi bukankah tak masalah, jika aku tidur dengan pria lain?

"Kau membelanya sekarang?! Aku ini suamimu! Apa kau tak bisa menjaga tubuhmu hanya untukku saja!" King bertanya dengan menarik lenganku untuk menjauh dari Kevin.

"King! Jangan kasar kepada Love!" seru Kevin yang tak terima melihatku kesakitan di tangan King.

King hampir saja kembali memukuli Kevin, jika aku tak menahan tangannya.

"King, jangan." Aku berucap lirih sambil menatapnya penuh permohonan.

"Ikut aku. Kita pulang!" King menarik tanganku dan membawaku pulang kembali ke mansion.

Sesampainya kami di mansion, dia langsung menampar kuat pipiku. Hingga ujung bibirku menjadi robek dan sedikit mengeluarkan darah.

"Apa kau sangat murahan, hingga tidur dengan sepupuku jauhku?!" teriaknya di depan wajahku.

Aku menggeleng dan mengangkat wajahku. "Aku tak pernah berpikir untuk tidur dengan siapapun kecuali kau, King. Aku hanya-"

"Hanya apa?! Apa kau pikir aku buta? Aku bodoh?! Kau tidur dengannya! Kau membiarkan orang lain menyentuh asetku!" King menarik paksa rambutku dan membawaku ke kamar mandi.

Di bawah guyuran air dia memandikan tubuhku. Aku menahan air mata yang hampir keluar dari ujung-ujung mataku.

"Kau kotor! Kau harus dibersihkan! Aku tak mau memakai sesuatu yang sudah tersentuh oleh orang lain!" Dia menggelengkan kepalaku ke dalam bathtub yang terisi penuh air dingin.

Aku meronta karena kehabisan nafas, tapi King seolah menutup mata dan membiarkanku mati kehabisan nafas. Lalu King menarikku keluar dari air, dan membiarkan aku yang hampir pingsan di samping bathub.

Aku tak ingat apapun lagi, karena setelahnya kesadaranku seolah hilang. Tapi samar-samar aku melihat siluet seorang wanita yang sedang mencium suamiku, King.

Dan wanita itu berkata dengan sangat sensual di telinga King.

"King, aku sudah memesan gaun pernikahan. Aku tak sabar untuk menjadi istrimu."

Deg!

Apa King akan menikahi wanita itu dan menceraikanku?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Miracleeve

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku