Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
The Tears I Shed

The Tears I Shed

Suzy Wiryanty

5.0
Komentar
7.1K
Penayangan
47
Bab

Orlando Atmanegara sudah terbiasa menghadapi seribu satu sifat manusia sehubungan dengan pekerjaanannya sebagai seorang polisi. Tetapi saat dia harus menjaga seorang wanita yang kredibilitasnya luar biasa buruk dari seburuk-buruknya manusia, dia amat sangat tersiksa. Candramaya Daniswara adalah seorang mantan istri dari seorang pengusaha papan atas negri ini yang terpaksa diceraikan suaminya karena kelakuan nakal dan buruknya yang sudah tidak dapat di tolerir lagi. Bagaimana seorang Orlando Atmanegara menjaga seorang wanita nakal seperti Maya yang nyaris saja menjadi korban pembunuhan dan kini menderita amnesia? Bagaimana pula dengan Nayaka Bratadikara yang mendadak jatuh cinta lagi pada mantan istrinya yang sudah berubah kepribadiannya akibat amnesianya? "Kamu adalah wanita yang paling buruk akhlaq yang pernah saya kenal seumur hidup saya. Bagaimana mungkin amnesia bisa membuatmu menjadi berhati malaikat seperti ini hanya dalam hitungan hari? -Orlando Atmanegara Seburuk-buruknya saya, saya ingat bahwa harkat dan martabat saya sebagai seorang wanita itu adalah diatas segala-galanya. Saya tidak mungkin menukar harga diri saya hanya demi harta dan lembaran rupiah. -Candramaya Daniswara

Bab 1 Chapter 1

Drttt... drtt... drtt...

"AKBP Orlando Atmanegara, harap ke Timor Kupang Pati secepatnya. Ada bandeng 810 mengambang di rawa-rawa."

"Medan Demak?"

"Kemungkinan besarnya seperti itu. Makanya saya menugaskan Anda untuk mendapatkan laporan kongkritnya. Segera kabari saya setelah bandeng dibawa ke Rembang Solo untuk di lakukan otopsi."

"Siap 86!"

Orlando menutup percakapan via ponsel pintarnya, untuk segera melaksanakan tugas-tugas yang sudah menantinya. Sejak mengabdikan diri menjadi seorang aparat negara ini, hidup matinya memang sudah ia serahkan pada Allah dengan segala resiko yang mengikutinya. Dalam menangani semua resiko berat sehubungan dengan pekerjaannya sebagai seorang polisi, ia selalu bersikap pasrah dan wallahu a'lam bish- shawabi. Yang penting ia selalu bersikap professional dan amanah. Selebihnya ia menyerahkan semuanya pada kuasa Allah Subhanawata'ala.

Orlando merapatkan jaketnya. Tengah malam seperti ini cuaca begitu dingin merasuk hingga ke tulang. Dia membawa serta dua orang anak buahnya untuk membantunya memeriksa keadaan mayat yang diduga telah meninggal dunia akibat aksi pembunuhan. Hujan rintik-rintik mulai memercikan air pada jaket parasutnya. Keadaan di rawa-rawa ini pun semakin lama menjadi semakin hening dan mencekam. Orlando kian menyusupkan kedua lengannya dalam-dalam ke saku jaketnya. Mencoba mencari sedikit kehangatan di sana.

Dari jarak sekitar tiga ratus meter, dia melihat dua orang anak buahnya yang lain sedang menyeret sesosok tubuh kedaratan. Dari jarak sejauh ini saja Orlando tahu kalau korbannya itu pastilah seorang wanita. Karena roknya terlihat begitu panjang hingga menutupi mata kakinya. Tubuh itu menelungkup. Tergeletak dengan kedua lengan tertekuk bagaikan boneka kain yang dilemparkan sembarangan oleh pemiliknya.

"Apakah kantong jenazah sudah disiapkan? Kita akan langsung tandu saja jenazah ini dan membawanya ke Rembang Solo untuk diotopsi oleh Pak Raju. Sete-"

Uhukkk... uhukkk...

Mereka berlima sangat kaget. Karena sesosok tubuh yang mereka kira sudah meninggal itu tiba-tiba saja terbatuk-batuk hebat. Orlando dan Bripda Sahat segera mengangkat tubuh lemah korban dan membaringkannya ke tanah. Setelah korban batuk-batuk tadi, kembali tubuh itu terlihat diam dan tidak lagi bergerak mau pun bersuara.

Orlando mendekatkan telinganya ke dekat mulut dan hidung si korban dan merasakan apakah ada udara di pipinya. Ia juga memperhatikan apakah apakah dada si korban bergerak atau tidak.

Karena tidak melihat adanya tanda-tanda kehidupan, Orlando pun mulai memeriksa nadinya selama sekitar sepuluh detik. Karena masih juga tidak ada reaksi, Orlando memutuskan untuk melakukan resusitasi jantung paru-paru atau cardiopulmonary resuscitation, yang biasa di kenal dengan istilah CPR. CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali.

Orlando memencet hidung korban sampai tertutup, dan meniupkan dua detik napas buatan. Usai meniupkan dua napas, Orlando menekan dada korban sebanyak 30 kali. Orlando coba menerapkan teknik 30 kompresi dan 2 napas sambil menunggu reaksi korban. Saat ia melihat dada korban mulai naik, ia kembali mengulangi prosedur tersebut hingga korban kembali terbatuk-batuk dan memuntahkan air rawa-rawa dari mulutnya.

Orlando perlahan mencoba mengangkat kepala korban kearah lutut. Rambut hitam legamnya seketika memercikkan air di celana panjangnya. Kulitnya tampak begitu pucat seperti tidak lagi dialiri oleh darah. Saat memegang belakang kepalanya, ada benjolan sebesar telur ayam di sana. Tetapi semakin lama Orlando rasanya semakin mengenal sosok wanita yang tergolek lemah dalam lengannya ini.

Walaupun dalam keadaan babak belur dan pakaian compang-camping tidak karuan, Orlando jelas mengenalinya. Bahkan Orlando yakin satu Indonesia raya juga mengenalnya. Dia adalah Candramaya Daniswara. Mantan penjaja cinta kelas atas yang akhirnya dinikahi oleh pengusaha tampan dan mapan Nayaka Bratadikara.

Dalam pekerjaannya sebagai seorang polisi, Orlando selalu saja bersinggungan dengan penjahat mulai dari kelas kakap sampai dengan kelas teri. Para penjaja cinta sesaat mulai dari tarif ratusan ribu sampai ratusan juta sudah sering dihadapinya. Tetapi seburuk-buruknya mereka, tidak ada yang menandingi buruknya wanita yang saat ini tergolek lemah dilengannya.

Maya, demikian wanita ini biasa dipanggil, telah menjalani professinya menjadi seorang wanita panggilan sejak ia tamat SMA. Keadaan keuangan keluarganya yang di bawah standard sementara ia mendambakan kehidupan glamour telah memaksanya memilih jalan yang salah. Karena yang dipunyainya hanyalah kecantikan tanpa ada isi sama sekali. Maka kehidupan malamlah yang dipilihnya sebagai jalan pintas menuju cita-citanya yang ingin menjadi seorang sosialita kaya papan atas.

Sewaktu kedua orang tuanya memintanya untuk berhenti melakukan kegiatan maksiat, ia malah mengancam ibunya agar bisa menghidupinya seperti ini, baru ia akan berhenti menjual diri. Jika ibunya tidak bisa memberikannya kemewahan dan kenyamanan seperti yang ia rasakan saat ini, maka ia meminta ibunya untuk menutup mulut dan matanya sekaligus kalau ibunya malu mempunyai anak seperti dirinya. Oleh karena itulah Orlando mengatakan bahwa Maya ini adalah seburuk-buruknya manusia dari manusia buruk lainnya.

Bahkan saat dia belum resmi bercerai pun, ia sudah main gila dan menjadi istri simpanan seorang politisi terkenal negeri ini. Saat istri sah sang politisi melabraknya, Maya malah membiarkan dirinya di hajar oleh istri sang politisi sebelum akhirnya ia melalukan visum dan menuntut istri sang politisi dengan tuduhan penganiayaan berencana. Maya baru mau mencabut tuntutannya setelah sang politisi menceraikan istri sahnya sebagai imbalan karena telah mencabut tuntutannya. Begitulah kejamnya manusia tidak berhati yang memiliki nama begitu indah, Candramaya Daniswara ini. Iblis pun sepertinya kalah sadis dengannya.

Orlando memperhatikan mata wanita itu mulai membuka perlahan. Tetapi sorot matanya tampak begitu kosong dan tidak bersemangat. Seingat Orlando, Maya ini tidak pernah memperlihatan tatapan rapuh seperti ini. Maya itu sangat licik dan banyak akalnya. Wanita itu terlihat merintih dan berupaya mencoba menarik kerah baju Orlando seolah-olah hendak meminta pertolongan. Orlando meletakkan lengan kekarnya di sekeliling tubuh sekal Maya dan mengangkatnya masuk ke dalam mobil. Sorot mata Maya terlihat ketakutan, kesakitan dan kebingungan.

Jika kebanyakan tubuh wanita itu kecil dan mungil maka tubuh Maya adalah kebalikannya. Tubuhnya sangat berlekuk seperti jam pasir. Maya bertubuh cenderung montok dan sintal. Tubuhnya menjanjikan kenikmatan dan kehangatan. Tidak heran memang jika menilik professinya sebelumnya. Panjang dan tebalnya rok yang dikenakannya melipat gandakan berat tubuhnya. Orlando mengangkat tubuh wanita itu setinggi dadanya, ia kemudian mendengus tidak nyaman saat air bercampur lumpur menetes dan membasahi pakaiannya.

"Saya akan segera membawa Anda ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut Bu Maya. Saya sama sekali tidak mengira saat seharusnya Anda sedang berpelesiran di Hawai dengan salah seorang penyokong hidup Anda yang lainnya, ini Anda malah saya temukan berpelesiran di rawa-rawa seperti ikan hampir mati yang menggelepar-gelepar didaratan. Apa yang sebenarnya telah terjadi pada Anda Bu Maya?"

"Saya-saya tidak tahu. Saya- Saya tidak ingat. Tolong saya, Pak." Mata Maya kini terlihat liar penuh dengan kengerian. Dia tampak sangat ketakutan sekarang. Hembusan udara dingin tengah malam telah membuat tubuh dalam dekapannya ini merintih dan menggigil kedinginan. Orlando segera meraih selimut yang berada dibelakang jok mobilnya untuk menutupi bagian depan tubuh Maya. Akibat basahnya pakaiannya, semua lekuk tubuhnya terlihat menempel bagaikan kulit kedua.

Kepala wanita ini kian terkulai di bahu Orlando, napasnya terasa begitu dingin dan lemah menerpa dagunya.

"Anda akan membawa saya kemana, Pak?" Dengan suara serak dan lemah Maya berupaya bertanya. Sepertinya ia ketakutan akan dibawa pergi olehnya. Maya hari ini bertingkah sangat aneh. Setelah memanggilnya dengan sebutan Bapak, alih-alih memanggilnya pak polisi seperti biasanya. Dia juga selalu menyebut dirinya sendiri dengan sebutan saya. Padahal Maya selalu menyebut dirinya sendiri dengan kata gue. Satu hal yang paling aneh lagi adalah, dia terlihat takut padanya. Padahal Maya yang biasanya tidak pernah takut dengan laki-laki manapun juga. Malah semakin banyak laki-laki, semakin senanglah dia. Insting Orlando mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah disini. Wanita selalu saja takut terhadap orang asing. Padahal dari pengalamannya sebagai seorang penegak hukum, kasus pembunuhan wanita pelakunya itu seringkali justru orang yang mereka kenal dekat. Misalnya suami atau kekasih mereka.

"Kita akan kerumah sakit untuk mengobati luka-luka anda, Bu Maya. Supaya anda lebih cepat sembuh dan pulih seperti semula."

"Maya? Anda memanggil saya Maya. Siapa itu Maya?" Orlando melihat Maya tampak semakin kebingungan.

"Sudahlah, mungkin Anda masih bingung karena keadaan Anda yang sedang terluka seperti ini. Istirahatlah atau tidurlah sebentar kalau bisa. Saya harap setelah Anda menjalani pemeriksaan di rumah sakit, Anda pasti akan segera pulih seperti sedia kala." Setelah mengatakan hal itu, Orlando merasa wanita yang berada dalam dekapannya ini mulai rileks dan tubuhnya juga sedikit lebih memberat. Ia kembali tertidur sepertinya. Setelah menidurkan Maya dalam posisi menyamping dibaris kedua mobilnya, Orlando segera meluncurkan mobilnya menuju kerumah sakit.

===================

Dia mendapati dirinya terbangun dalam mimpi buruk yang mengerikan dan menakutkan. Saat matanya terbuka pandangan pertamanya tertuju pada sosok pria berseragam aparat negeri ini yang saat ini juga balas menatapnya tajam. Seorang pria tampan berkulit terang dengan wajah cantik dan menarik. Sangat sulit menggambarkan pria bermata tajam dengan rahang kebiruan dan tubuh yang begitu besar dengan kata-kata cantik. Tetapi dia memang lelaki tampan yang cantik. Bulumatanya bahkan tampak begitu lentik seperti kepunyaan wanita pada umumnya. Wajah cantik tapi keras dan muramnya itu dilengkapi dengan hidung mancung lurus dan mulut merah yang lebar. Hanya tatap matanya yang sepertinya tidak disukai nya. Mata itu tampak janggal, sinis dan sedikit benci kepadanya mungkin?

"Apakah saya sudah mati?" Ia bertanya seolah-olah pada dirinya sendiri. Sekujur tubuhnya rasanya tidak ada bagian yang tidak sakit. Jarum infus terlihat menusuk tangan kirinya. Bernafas normal pun rasanya ia sulit. Lebih dari semua itu, lehernya terasa seperti bengkak parah. Dia bahkan kesulitan untuk menelan salivanya sendiri. Tubuhnya bahkan tidak bisa berhenti bergetar. Dia ini sebenarnya kenapa?

"Tidak Bu Maya. Anda belum saatnya untuk mati. Gemetar itu tidak lama lagi juga akan berhenti sendiri. Hal seperti ini memang sering terjadi pada kasus-kasus seperti anda." Sahut pria berseragam polisi ini datar. Ia pria yang rasa-rasanya pernah ia lihat dalam mimpinya sepertinya.

"Kasus-kasus seperti saya? Kasus apa? Saya kenapa dan anda siapa?" Ia bingung dengan banyaknya rentetan kejadian yang memenuhi benaknya. Dia sama sekali tidak ingat apa-apa. Pikirannya kosong bagaikan ruang gelap hampa yang sama sekali tidak terisi apa-apa. Dia mulai takut! Mengapa isi benaknya hanya berupa lembaran hitam dan kosong. Dia sama sekali tidak mengingat apa-apa. Dia bahkan tidak mengingat dirinya sendiri!

Perubahan emosi yang terjadi diwajah babak belur Maya diperhatikan dengan seksama oleh Orlando. Entah mengapa dia merasa air muka Maya ini sangat berbeda dengan Maya yang keras dan sombong seperti biasanya. Maya yang ini tampak rapuh dan sedikit lugu mungkin.

Orlando mengibaskan pikirannya sendiri. Lugu adalah kata yang amat sangat jauh dari seorang Candramaya Daniswara. Telah menjadi wanita penghibur di usia delapan belas tahun dan dua tahun menjadi istri seorang Nayaka Bratadikara, lugu adalah kosa kata yang amat sangat tidak cocok untuknya bukan?

"Anda tidak ingat kepada saya Bu Maya? Saya ini AKBP Orlando Atmanegara. Kita bahkan baru saja bertemu seminggu yang lalu di salah satu cafe saat anda menyanyi dengan riang dan gembira. Anda tidak ingat, Bu Maya?"

Masih segar dalam ingatan Orlando pertemuan mereka minggu lalu di salah satu cafe mewah yang kebetulan disinggahinya sekedar untuk melepas kepenatan akibat tekanan dalam pekerjaannya. Dan disana dia melihat Maya menyanyi dan menari heboh di panggung utama. Tubuhnya yang hanya di tutupi sekedarnya membuat para pengunjung pria tampak menelan saliva dan menahan hasrat. Itulah gambaran seorang Candramaya. Dan sepertinya sang pemilik nama telah melupakan jati dirinya sendiri.

"Siapa Maya?"

Ada moment kebisuan yang membuatnya ketakutan. Pria berseragam polisi ini tidak segera menjawab pertanyaannya. Ia sendiri berusaha berpikir keras untuk mengingat nama itu. Tetapi yang ada hanyalah kekosongan. Dia kembali gemetaran dan ketakutan saat tidak mengingat satu kejadian pun, apapun!

"Mengapa saya tidak bisa mengingat apa-apa. Bahkan nama saya sendiri pun saya tidak ingat. Pak polisi, tolong saya!!! Saya takut!! Saya bahkan tidak tahu apa yang tengah terjadi pada diri saya sendiri, saya takut!!!"

"Tidak apa-apa Bu Maya. Tidak apa-apa. Jangan takut. Ada saya disini. Sudah menjadi tugas saya untuk melindungi setiap warga negara dibumi pertiwi ini. Jangan takut."

"Apakah saya sudah gila Pak Polisi? Saya tidak mengingat diri saya sendiri tetapi saya ingat hukum Archimedes. Bunyi hukum Archimedes adalah akibat adanya gaya apung, berat beda di dalam zat cair akan berkurang, sehingga benda yang diangkat di dalam zat cair akan lebih ringan daripada benda yang diangkat di darat. Seakan benda berkurang bila benda dimasukan ke zat cair atau air. Saya juga ingat kalau Afinitas elektron adalah jumlah energi yang dibebaskan ketika atom menangkap elektron untuk mencapai kestabilannya. Sedangkan Azas Black adalah besarnya kalor yang di lepaskan oleh benda yang suhunya lebih tinggi besarnya sama dengan besar kalor yang di terima oleh benda bersuhu lebih rendah bila benda-benda tersebut saling berhubungan sehingga mencapai keseimbangan suhu atau Qlepas sama dengan Qterima.

Jadi kalau saya tidak gila, saya ini kenapa?" Ia kembali menatap bapak polisi ganteng cantik itu dengan ekspresi kebingungan yang begitu kentara.

"Mungkin Anda sedang kerasukan roh para ilmuwan dalam disiplin ilmu fisika, Bu Maya."

"Saya tidak menyangka selain bertugas sebagai seorang aparat, ternyata Anda merangkap sebagai seorang cenayang juga Pak AKBP Orlando Atmanegara."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Suzy Wiryanty

Selebihnya
Lelaki Kedua

Lelaki Kedua

Romantis

5.0

Arimbi Maulida merasa dunianya runtuh saat Nina, sepupunya, membawa buku nikahnya dengan Seno Caturrangga, calon suami Arimbi, ke hadapannya seluruh keluarga besar. Nina mengaku telah dinikahi Seno secara hukum dan agama dua hari yang lalu. Dengan kata lain, Seno adalah suaminya sahnya saat ini. Padahal seminggu ke depan, Arimbi dan Seno akan melangsungkan pernikahan, setelah tiga tahun berpacaran. Undangan pun sudah terlanjur disebar. Pihak kedua keluarga geger. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Seno dan Nina menjalin hubungan di belakang Arimbi hingga Nina hamil. Arimbi pada akhirnya mengalah. Ia ikhlas kalau pernikahannya dibatalkan. Namun Handoyo, ayah Arimbi tidak setuju untuk membatalkan pernikahan. Handoyo meminta pertanggungjawaban keluarga Seno yang telah mempermalukan keluarga besar mereka. Keputusan yang dianggap paling tepat pun diambil. Adalah seorang Ganesha Caturrangga, kakak kandung Seno yang belum menikah, diminta untuk menggantikan Seno di pelaminan. Arimbi tentu saja menolak. Selain ia tidak mencintai Ganesha, sejujurnya ia takut pada Ganesha. Ganesha itu sangat dingin dan tidak punya hati. Menurut Menik, sahabatnya, yang dulunya adalah pacar Ganesha, Ganesha itu workoholic. Hidupnya hanya untuk bekerja dan bekerja. Ganesha tidak pernah mencintai siapapun kecuali pekerjaannya. Namun karena desakan keluarga besarnya yang beralasan malu besar apabila Arimbi tidak jadi menikah, Arimbi terpaksa menerima keputusan keluarga besar mereka. Bagaimana nasib Arimbi setelah menjadi istri Ganesha? Bagaimana pula usaha Seno untuk kembali meraih hati Arimbi setelah Nina ketahuan berbohong soal kehamilannya? "Bagi saya, kamu itu cuma beban tambahan, yang lagi-lagi disampirkan keluarga di pundak saya. -Ganesha Caturrangga- "Saya juga tidak pernah ingin ada di posisi ini. Menjadi istrimu itu sialnya tujuh turunan, delapan tanjakan dan sembilan tikungan tajam. -Arimbi Maulida-

Dignity ( Demi Harga Diri)

Dignity ( Demi Harga Diri)

Modern

5.0

Menjelang delapan tahun usia pernikahannya, Suri Hidayah merasa tidak bisa mempertahankan rumah tangganya lagi. Karena Prasetyo Prasojo, suaminya telah berubah menjadi sosok yang tidak lagi ia kenali. Pras berubah setelah karirnya melesat ke puncak. Dari seorang karyawan biasa, Pras kini menjadi seorang direktur pelaksana yang disegani. Pras lupa diri. Pras yang sekarang telah berdasi, kerap merudung Suri, secara fisik dan psikis. Merendahkan pendidikan Suri yang hanya tamatan SMP, serta mencela penampilan Suri yang menurut Pras norak alias kampungan. Dalam pandangan Pras, perempuan sempurna itu haruslah seperti Murni Eka Cipta. Anggun, cerdas, berpendidikan tinggi juga berharta. Murni adalah lady boss perusahaan tempat Pras bekerja. Suri yang sakit hati, dalam diam terus berusaha memperbaiki diri. Ia mencoba mengubah penampilannya menjadi lebih baik, dan juga belajar mencari penghasilan sendiri. Suri secara otodidak belajar memasarkan hasil rajutannya melalui media sosial. Hanya saja Suri terkendala dengan masalah modal. Ia tidak mempunyai cukup dana untuk membeli benang-benang dalam jumlah besar untuk keperluan merajutnya. Adalah seorang Damar Adhiyatna, mantan suami Murni yang kebetulan bertemu dengan Suri secara tidak sengaja. Damar adalah pemilik PT. Karya Tekstil Adhiyatna. Perusahaan yang bergerak dalam bidang benang jahit. Damar yang mengetahui kesulitan Suri bersedia membantu dengan sistem barter. Damar memasok benang, dan Suri memajang hasil rajutannya di toko kerajinan tangan ibunya. Bagaimana perjuangan jatuh bangunnya Suri dalam mengumpulkan serpihan harga diri? Bagaimana juga akhir kisah cinta segitiga antara Suri, Damar, Pras dan juga Murni? Cerita ini akan menjadi saksi betapa kekuatan cinta akan mengubah segalanya. Cinta sejati itu tidak pernah pudar karena rupa, dan tidak padam dimakan usia.

Hati Seorang Perempuan

Hati Seorang Perempuan

Romantis

4.9

Senjahari Semesta Alam dengan ikhlas merelakan dirinya diceraikan oleh suaminya sendiri demi menikahi Mega Mentari--anak perempuan pemilik perusahaan yang mengaku dihamili oleh suaminya sendiri, Abimanyu Wicaksana. Sementara itu Halilintar Sabda Alam-- kakak sulung Mega Mentari. Pemilik beberapa perusahaan properti raksasa negeri ini, jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Senja, yang diperkenalkan oleh mertuanya sebagai adik bungsu Abimanyu. Abimanyu yang merasa dijebak sebagai kambing hitam dalam masalah hamilnya Tari, terus berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya agar bisa meraih kembali hati Senja. Sementara Sabda yang awalnya jatuh cinta pada Senja, menjadi salah faham saat secara tidak sengaja memergoki Abimanyu memesrai Senja bukan seperti seorang kakak terhadap adiknya, melainkan seperti seorang laki-laki yang tengah mabuk asmara. Sabda yang gelap mata malah akhirnya menjebak Senja dan menanamkan benihnya dirahim Senja. "Saya mohon, jangan memperlakukan Saya seperti ini. Saya punya salah apa pada Bapak? Laki-laki sejati tidak akan menggunakan kekuatannya untuk memaksakan dirinya terhadap seorang perempuan. Saya mohon jangan mengotori saya. Demi Allah saya bersumpah, saya tidak seperti apa yang ada dalam pemikiran, Bapak." (Senjahari Semesta Alam) "Salah kamu adalah, karena kamu telah menjadi duri dalam daging dalam rumah tangga adik saya! Kamu fikir saya tidak tahu akan hubungan terlarang kamu dengan Abimanyu? Kalian berdua itu incest, dan itu amat sangat menjijikkan! Kita lihat saja, setelah ini kamu masih bisa memandang dunia dengan kepala tegak, atau kamu akan melata seperti ular di kaki Saya!" (Halilintar Sabda Alam)

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku