Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
(Un)Perfect Wedding

(Un)Perfect Wedding

Iney

5.0
Komentar
1K
Penayangan
10
Bab

Kinar terpaksa harus menikah dengan Vano -pacar sahabatnya sendiri- demi menghentikan perselingkuhan ayahnya dengan ibunda Vano. Sekar -sahabat Kinar- membenci Kinar saat itu juga. Dia berambisi untuk membuat hidup Kinar menderita dan merebut kembali Vano-nya. Kinar sangat tahu diri. Dia sudah menyiapkan hatinya sejak awal jika nantinya Vano akan meninggalkannya. Namun, perlakuan manis Vano membuat dirinya terlena hingga jatuh sejatuh- jatuhnya. Lalu, akankah Kinar tetap merelakan Vano untuk Sekar? Dan, apakah Vano memiliki rasa yang sama terhadapnya? ******** Kepoin instagram author yukk : @iney_calysta

Bab 1 MENIKAH

"Apa? Menikah?" tanya seorang gadis dengan raut wajah kaget bercampur kesal pada ibunya yang saat itu tengah melipat pakaian-pakaian yang baru selesai digosok. Gadis itu menatap ibunya dengan tatapan tidak percaya. Sedang ibunya hanya mengangguk mengiyakan sembari melanjutkan ritual melipat pakaian.

"Tapi aku belum siap bu," ucapan gadis bernama Kinar itu terdengar seperti protes. Dia berusaha membujuk agar ibunya membatalkan niatnya untuk menikahkannya dengan seorang lelaki yang bahkan ia sendiri tidak mengenalnya. Namun sepertinya usahanya sia-sia melihat ibunya yang terlihat acuh tak acuh pada dirinya.

"Bu," panggil Kinar. Sejenak, sang ibu menghentikan aktivitasnya melipat pakaian dan beralih menatap anak gadisnya.

"Nak, ini semua demi keluarga kita. Supaya ayah kamu berhenti selingkuh sama perempuan itu." ibunya menjawab lembut.

"Tapi, aku kan masih pengen kuliah bu," cicit Kinar.

"Kan setelah menikah nanti, kamu bisa tetep lanjutin kuliah kamu" sang ibu mencoba memberi penjelasan.

"Tapi...aku kan gak cinta sama dia bu. Belum lagi, kalau dia orangnya gak baik gimana?" lanjut Kinar mengeluh.

"Belum. Bukan enggak. Lagian, cinta itu bisa tumbuh belakangan kalau kalian udah terbiasa." sanggah ibunya membuat Kinar terdiam.

"Ibu tahu, ini pasti berat buat kamu. Tapi kamu juga harus tahu keadaan keluarga kita. Tolong kamu juga ngertiin posisi ibu ya nak." tutur Bu Dewi -ibu Kinar- sambil mengelus pelan puncak kepala putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Kamu mau kan, nak?" Bu Dewi menatap anaknya dengan tatapan lembut. Berharap sang anak mau menuruti kemauannya.

"Boleh.....aku pikirin dulu gak, buk?" tanya Kinar hati-hati, takut melukai perasaan ibunya. Bu Dewi hanya tersenyum menatap Kinar, lantas mengangguk sebagai jawaban.

**********

"Kinaaaaarrr......ya ampuuuunn. lo tahu gak sih? Gue seneng banget hari ini" teriak seorang gadis seraya menghampiri Kinar yang saat itu tengah duduk sendirian di taman kampus.

"Seneng.....kenapa?" tanya Kinar usai temannya yang bernama Sekar itu duduk di sebelahnya.

"Jadi, tadi Vano ngasih gue kado. Lo tahu gak isinya apa?" cerita Sekar antusias. Kinar hanya menggelengkan kepalanya karena dirinya memang tidak tahu apa isi dari kado tersebut.

"Liontin inisial S. Ya ampuuuuunn..... Terus dia pakein ke leher gueee. Kebayang gak sih lo? Romantis banget tahu gak?" heboh Sekar. Sedang Kinar hanya meringis menatap temannya. Tidak tahu harus menanggapi bagaimana.

Ya. Sekar memang begitu. Kalau sudah bercerita tentang pacarnya yang bernama Vano itu pasti selalu panjang lebar seperti rel kereta api. Atau seperti kereta apinya yang susah direm. Namun untunglah, Kinar sudah terbiasa dengan cerocosan sahabatnya itu.

"Bagus gak liontinnya? Cocok gak dileher gue?" tanya Sekar bertubi-tubi.

"I....iya, cocok kok." jawab Kinar gelagaban dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Sekar kepadanya. Sekar terdiam sejenak, merasa ada yang sedikit aneh dari sahabatnya.

"Kok, lo kayak gak seneng gitu sih?" Sekar memandang sahabatnya dengan tatapan ingin tahu.

"Seneng kok. Gue seneng. Siapa juga yang bilang gak seneng?" elak Kinar mencoba berbohong.

"Habis muka lo lecek gitu. Jangan-jangan, lo lagi ada masalah ya?" tebak Sekar.

'Sebenernya, gue emang lagi ada masalah soal pernikahan itu. Tapi, ngeliat lo lagi seneng kayak gini......gue jadi ragu buat cerita. Gue takut ngerusak kebahagiaan lo, Kar.' batin Kinar.

"Apaan sih, gue gak ada masalah apa-apa kok. Tadi itu, gue cuma lagi ngelamun aja." jawab Kinar berdalih.

"Ngelamun? Ngelamunin siapa hayoo? Oh gue tahu, lo pasti lagi naksir cowok kan? Makanya ngelamun gak jelas gitu." tuding Sekar.

"Apaan sih, ngawur banget lo!"

"Ya terus, lo ngelamunin soal apa?" Sekar merasa kepo.

"Ya, soal...soal kehidupan. Gue tuh sempet mikir, kenapa hidup ini kadang...ngebosenin gitu..." Kinar menjawab asal.

"Astaganaga....Lo udah bosen hidup?"

"Ya gak lah, belum. Maksud gue...hidup tuh kayak monoton gitu. Gak ada sesuatunya gitu." Kinar mencoba tetap mempertahankan jawabannya.

"Makanya lo cepet cari pasangan. Biar hidup lo ada sesuatunya." kata Sekar menekankan kata 'sesuatunya' sambil menaik-turunkan alisnya.

"Apa hubungannya coba?"

"Hubungannya, lo ngerasa kalau hidup lo monoton karena elo masih jomblo." Sekar berniat mengejek Kinar karena Kinar yang tak kunjung memiliki pacar.

"Hiihh, sok tahu banget deh!" cibir Kinar.

"Emang iya! Hahaha" Sekar tertawa garing. Segaring paha ayam yang sudah gosong karena terlalu lama digoreng.

"Gue masuk dulu ya, ada kelas" pamit Kinar sembari beranjak dari tempat duduknya.

"Jangan lupa cari gandengan. Biar gak kelamaan jomblo!" teriak Sekar yang sama sekali tak dipedulikan oleh Kinar.

***********

"Mas kamu mau kemana mas?" ucap Dewi sambil terus mengikuti langkah kaki suaminya yang bernama Adam.

"Bukan urusan kamu!" jawab Adam dingin. Namun Dewi tidak menyerah, dia meraih pergelangan tangan Adam, berusaha mencegah kepergian suaminya.

"Mas, aku mohon sama kamu. Jangan temui perempuan itu lagi." Adam menepis tangan Dewi dengan kasar.

"Apaan sih, suka-suka akulah mau nemui siapa." tegas Adam sebelum pergi meninggalkan Dewi yang tengah terduduk sambil terisak.

Adam sempat berpapasan dengan Kinar yang saat itu baru pulang dari kuliah, namun keduanya sama sekali tak bertegur sapa. Tidak apa. Kinar sudah terbiasa dengan sikap ayahnya yang dingin dan acuh tak acuh.

"Kamu lihat sendiri kan? Semakin hari ayah kamu semakin kelewatan. Dia itu gak akan pernah mau berubah." kata Dewi setelah putrinya memasuki rumah.

"Ibu capek nak. Ibu capek setiap hari harus kayak gini terus." tutur Dewi terdengar pasrah.

"Satu-satunya harapan ibu cuma kamu." lanjutnya menatap Kinar.

Kinar tahu, ibunya sudah sangat rapuh sekarang. Ibunya sudah sangat terluka sekarang. Coba saja bayangkan, hati perempuan mana yang akan kuat jika setiap hari harus melihat suaminya pergi keluar rumah untuk menemui perempuan lain. Hati perempuan mana yang akan kuat jika suaminya selingkuh secara terang-terangan.

Kinar sadar, saat ini keluarganya sedang diambang kehancuran. Dan hanya ia yang bisa menyelamatkan keluarganya. Tapi, apakah menikah dengan lelaki itu adalah solusinya? Apakah benar cinta bisa tumbuh belakangan?Apakah nanti dirinya akan bahagia bersama lelaki itu? Bagaimana jika sebaliknya?

Pernikahan bukanlah sesuatu yang patut untuk dipermainkan. Kinar hanya ingin menikah sekali dalam hidupnya. Tidak ada yang kedua atau ketiga. Jika dia sudah berkomitmen, maka dia ingin memegang komitmen itu sampai akhir.

Tapi bagaimana? Semuanya begitu rumit. Kinar sendiri bingung dengan jawabannya. Namun melihat mata ibunya yang menyiratkan sebuah harapan, Kinar tahu. Kinar tahu apa keputusan yang harus diambilnya sekarang.

"Oke, aku akan nikah sama laki-laki itu" ucap Kinar memutuskan.

"Akhirnya, terimakasih ya nak. Terimakasih sudah mau nurut sama ibu" Dewi memeluk Kinar erat, seolah menyalurkan harapan dan semangat baru pada dirinya.

"Tapi, siapa calon suami aku bu?" tanya Kinar ingin tahu.

Dewi lantas menyerahkan selembar foto seorang lelaki pada putrinya.

"Dia adalah anak dari selingkuhannya ayah kamu." terang Dewi pada Kinar.

Dan, saat itu juga dunia seakan-akan telah runtuh. Kinar terlalu syok dan tak tahu harus bereaksi bagaimana ketika melihat foto lelaki itu.

"Ini....ini kan, pacarnya Sekar?"

**********

Instagram : @iney_calysta

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku