/0/28057/coverorgin.jpg?v=f3b4efcf5a91765b6e671e1a7eb8bdcb&imageMogr2/format/webp)
Benni Handoko adalah seorang pria tampan, berkulit sawo matang, seorang tuan muda yang menyamar sebagai penjual kosmetik, lebih tepatnya produk skincare, yang banyak di gandrungi oleh kaum perempuan, Bani mnggeluti pekerjaan ini sejak di bangku kuliah.
Sebenarnya dia keturunan pengusaha kaya raya, namun lebih memilih jalan yang dia inginkan daripada harus menikmati kejayaan dan kekuasaan keluarganya.
"Tuan muda, nyonya besar memberikan titah supaya anda pulang kerumah utama hari ini," ucap seorang sopir sekaligus orang kepercayaan nyonya besar.
"Tolong sampaikan kepada nyonya, aku tidak akan pulang hari ini," balas tuan mudanya.
Orang kepercayaan nyonya besar itu menasehati agar Benni mengikuti aturan keluarga dan menjadi penerus perusahaan. Dia sebaiknya belajar dengan giat di sekolahnya, atau mengikuti pelatihan sebagai penerus keluarga pengusaha. Namun ia tak mendengar nasihat orang kepercayaan mamanya dan langsung pergi meninggalkan orang yang sudah berumur paruh baya tersebut.
Dengan menghela nafas panjang, sopir itu pulang ke rumah utama keluarga Handoko, dengan berat hati dia memberi kabar kepada nyonya Sanjaya, bahwa putra sulungnya tidak bisa pulang hari ini.
"Anak itu semakin kurang ajar," ucap nyonya Handoko geram.
"Nyonya tolong jangan marah, sebaiknya berbicara empat mata saja dengan tuan muda dengan waktu yang tepat,” balas orang kepercayaannya.
Nyonya besar berterima kasih atas nasehat yang diberikan, memang benar Benni itu umurnya masih muda dan juga masih ingin banyak mengeksplore diri. Tapi nnyonya besar tidak ingin putra sulungnya itu jadi pembangkang dan lupa dari mana ia berasal.
Benni memilih kuliah di dalam negeri daripada kuliah di luar negeri seperti apa yang di harapkan oleh ibunda tercintanya, baginya tanah air dan produk tanah air harus di cintai, mau sekolah di luar atau dalam negeri yang namanya ilmu jika tidak di pakai hasilnya akan sama saja, berdiri dengan kaki sendiri tanpa mendompleng nama besar ayahnya itulah prinsip hidupnya.
"Yo lelaki miskin, masih berani menampakkan diri di lingkungan sekolah ini," ucap Priska saat melihat Benni.
"Kalau aku miskin kamu apa, wanita murahan!” gertak Benni.
"Lelaki miskin yang bekerja sebagai penjaga toko. seperti kamu tidak pantas sekolah di sini," imbuh Priska.
"Masih mending aku bekerja halal daripada kamu seorang wanita malam, apakah juga pantas bersekolah di sini," balas Benni.
Priska menjadi marah dan geram, ia kesal sekali di katai seorang wanita malam, ia mengaku dia adalah pekerja seni wajar saja pulang malam karena banyak show atau jadwal syuting menantinya, ia mengancam Benni membuat toko kosmetik yang ia jaga akan menjadi tercemar nama baiknya.
Benni menyipitkan matanya, wanita gila itu da pertama yang menghina tapi dia sendiri yang sewot karena di ladeni. Daripada mengurusi perempuan seperti Priska yang tidak ada gunanya apalagi menghasilkan uang, lebih baik mempromosikan dagangan di toko kosmetik yang ia jaga di internet.
“Kakak Benni, kau tidak lupa dengan pesanan skincareku kan, kau sudha berjanji akan membawakannya ke kampus?” tanya pelanggannya.
“Tentu aku tidak lupa dong, ini pesanannmu, totalnya tiga ratus ribu,” balas Benni sambil mengeluarkan skincare dari tas.
“Terima kasih kakak Benni, ini uangnya,” balas salah satu mahasiswi pelanggannya di kampus.
Transaksi jual beli selesai, Benni merenggangkan tubuhnya karena jam kuliahnya juga sudah selesai. Ia kembali ke kafe tempat biasa ia nongkrong, disana juga ia sedang menunggu seseorang yang akan mengambil pesannnya. Sungguh kesal ia bertemu wanita menjengkelkan itu lagi.
"Benni sore begini kamu masih menunggu pelanggan yang akan membeli kosmetik jualanmu itu, aduh sungguh miskin sekali," ucap Priska.
/0/4056/coverorgin.jpg?v=0428bcf7dca705ee25be30e0599d8620&imageMogr2/format/webp)
/0/14508/coverorgin.jpg?v=98e8c4aaf99418b9b32d635dfec6f032&imageMogr2/format/webp)
/0/21453/coverorgin.jpg?v=b8ae0b83d90e3522b1847f652b1e4dac&imageMogr2/format/webp)
/0/18501/coverorgin.jpg?v=1c0a6787d21223048282c0da9b5c5c48&imageMogr2/format/webp)
/0/20158/coverorgin.jpg?v=e31fedc9b2e92637058c64cfe6927527&imageMogr2/format/webp)
/0/10321/coverorgin.jpg?v=cbc8a3d5aa056db64e7b38b214dbd3c9&imageMogr2/format/webp)
/0/8516/coverorgin.jpg?v=8f090e21d980d15f912bae56538d3c38&imageMogr2/format/webp)
/0/23384/coverorgin.jpg?v=db8feda2729d6caf5fcb3f0c19f0c99b&imageMogr2/format/webp)
/0/28508/coverorgin.jpg?v=c9d07857e0de229ba7cf65b366ef2502&imageMogr2/format/webp)
/0/2037/coverorgin.jpg?v=70a85f9f1929e57771166e1b459a18eb&imageMogr2/format/webp)
/0/12477/coverorgin.jpg?v=90393f923757376d5a1fe4bb91048bed&imageMogr2/format/webp)
/0/12728/coverorgin.jpg?v=151d2988de0756e43a81e956a57c15d0&imageMogr2/format/webp)
/0/17247/coverorgin.jpg?v=e6fafd1febb6d27a6f5f1bc19a22a298&imageMogr2/format/webp)
/0/12837/coverorgin.jpg?v=7dc61bacc0aca4d5f83426a32992dded&imageMogr2/format/webp)
/0/16704/coverorgin.jpg?v=d5c2877c62f02be8cddc10bb73713c32&imageMogr2/format/webp)
/0/25068/coverorgin.jpg?v=d3a2e8d55c7a4d0a049d77e091ae9bbb&imageMogr2/format/webp)
/0/4454/coverorgin.jpg?v=ed5ebcf6d3a160941f315a46bdde27bf&imageMogr2/format/webp)
/0/14126/coverorgin.jpg?v=963c5609ae381918b2bdde934ae4e5ed&imageMogr2/format/webp)
/0/18378/coverorgin.jpg?v=84a18c61307d9636bc6b026fb8b4bd41&imageMogr2/format/webp)