Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Cinta  Sang Dokter Untuk Gadis Nakal

Cinta Sang Dokter Untuk Gadis Nakal

Caca Aca

5.0
Komentar
614
Penayangan
42
Bab

Namaku Ayyara. Aku seorang korban pelecehan, yang di lakukan pacarku sendiri. Hidupku hancur berantakan, ketika mengetahui diriku hamil, entah dengan siapa. karena, pada saat itu, pacarku menjadikanku sebagai alat taruhan. kecewa dan putus asa, membuat aku, nekat untuk mengakhiri hidupku. Namun entah bagaimana caranya, tiba tiba saja, seorang dokter tampan dan istrinya menolongku. Mengetahui aku hamil, istri dari dokter itu, menyuruhku menikah dengan suaminya, tentu saja ada alasan di balik itu. Haruskah aku terima?

Bab 1 Awal Mula Sebuah Petaka.

Namaku Ayyara, umurku baru genap dua puluh tahun. Aku masih duduk di bangku kuliah.

Aku adalah anak tunggal, dan kedua orang tuaku sangat menyayangiku.

Semula hidupku selalu bahagia, karena tidak kurang suatu apapun, papa dan mama selalu memanjakan ku, segala apa yang kupinta, mereka selalu memberikan padaku. Namun belakangan ini, papa dan mama sering bertengkar, entah apa penyebabnya.

Saat pulang kuliah, sayup-sayup kudengar suara papa berkata, "Sejak kapan kamu selingkuh dengan lelaki itu? aku tak menyangka Rani, kamu tega mengkhianatiku!"

"Pa, semua yang kamu tuduhkan itu tidak benar Pa, tolong percaya Mama," Kudengar mamaku menghiba.

"Semua buktinya sudah jelas. Apa kamu masih mau menyangkal?" kudengar papa kembali membentak mama.

Praaang...!

Entah barang apa lagi yang dibanting papa, karena khawatir dengan mama, akupun menghampiri mereka.

"Ma, Pa, tolong jangan bertengkar lagi, Arra pusing dengernya, apa tidak bisa diselesaikan baik-baik!" Kataku mencoba menasehati mereka.

"Ara, pergilah! tak usah ikut campur urusan orang tua." Ucap papa sedikit marah padaku.

Aku masih berdiri terpaku, aku masih memikirkan mama, aku takut papa akan menyakiti mama nantinya.

"Ara, kamu nggak dengar apa yang papa bilang. Cepat pergi!" teriak papa seraya melotot kepadaku.

Kejadian seperti itu aku rasakan hampir tiap hari, aku selalu mendengar mereka bertengkar dan itu sangat membuat aku tak betah dirumah, hingga suatu hari aku menceritakan semua yang terjadi antara papa dan mamaku pada Andrean pacarku.

"Ndre, aku pusing nih, makin nggak betah aja dirumah," Ucapku saat ketemuan dengan Andre di cafe.

"Pusing kenapa Beb?" Tanyanya.

"Mama papaku tiap hari selalu berantem, aku pusing dengernya, lama-lama nggak tahan rasanya. Aku pengin pergi dari rumah saja," Kataku pada Andre.

"Kamu yang sabar Beb, mungkin mereka sedang ada masalah," balasnya.

"Tapi kan bisa dibicarakan baik-baik, jangan berantem terus kaya gitu," Jawabku lesu.

"Sudahlah sayang, itu urusan mereka, kamu nggak usah ambil pusing, lebih baik kita hapy-hapy yuk!" Ajaknya seraya menggandengku.

"Kita mau kemana Ndre?" Tanyaku setelah menyadari mobil yang kunaiki bersama Andre telah jauh menuju keluar kota.

"Aku akan mengajakmu kesuatu tempat, yang bisa membuat kamu bisa melupakan segala masalah." Ucapnya seraya tersenyum.

"Tapi Ndre, aku takut,"

Jujur aku merasa takut Andre akan berbuat macam-macam padaku.

"Kamu nggak usah takut Ra, aku nggak mungkin macam macam sama kamu." Ujarnya seraya menggengam tanganku.

Aku mengangguk mencoba mempercayainya, semoga saja Andrean tidak membohongiku.

"Ra, sepertinya kamu lelah, minumlah!" Ucapnya seraya menyodorkan sebotol minuman.

Karena kebetulan haus, akupun segera meminumnya, namun tiba-tiba aku merasakan kepalaku sangat pusing, Setelahnya aku tidak ingat apa-apa lagi.

Ketika tersadar, aku merasakan sakit di sekujur tubuhku, terutama di bagian kewanitaanku, dengan kepala yang masih sedikit pusing aku mencoba melihat keadaan sekeliling, dan aku merasa berada, dikamar sebuah hotel.

Kupandangi seluruh tubuhku yang tanpa sehelai benang pun. Andrean dia telah merenggut kesucian ku.

"Andrean bangun! Cepat bangun!" Kataku sembari menggoncang goncangkan tubuhnya.

"Apa yang telah kamu lakukan padaku Ndre?" Tanyaku saat melihat Andrean membuka matanya.

"Ara, kita telah bersenang-senang sayang!" Ucapnya tanpa merasa bersalah.

"Andrean kamu jahat. Kamu tega menodaiku," aku menangis terisak, aku menyesal percaya begitu saja pada Andrean.

"Sudahlah Ara, semua sudah terjadi, kamu nggak usah khawatir, kalau kamu sampai hamil, aku pasti tanggung akan jawab kok," Ucapnya, membuat aku semakin muak dibuatnya.

Aku bergegas hendak keluar, aku ingin pulang saja. Sekalipun itu membuatku malas kalau mengingat papa selalu bertengkar tiap hari dengan mama, tapi setidaknya itulah tempat paling aman sementara untukku.

"Kamu mau kemana Ara?" Tanyanya.

"Pulang!" Jawabku ketus.

"Silahkan pulang! "Tapi ingat, kalau kamu hamil, aku tidak akan bertanggung jawab."

Aku urungkan niatku untuk pulang, aku takut kalau seandainya aku beneran hamil, dan Andrean tak mau bertanggung jawab, apa yang akan terjadi padaku?

"Kemarilah Ara, mulai sekarang hiduplah disini bersamaku, aku akan membuatmu senang terus," Ucapnya.

"Ndre, aku minta kamu nikahin aku segera!" Pintaku.

"Ara, aku pasti nikahin kamu, tapi nanti kalau aku sudah cukup uang, untuk sementara kamu bersabarlah dulu," Katanya.

"Kamu serius kan Ndre?" Tanyaku ragu.

"Iya sayang, aku serius," ujarnya.

Pada akhirnya, aku menuruti Andre, untuk tinggal bersamanya.

***

"Ndre, kok kamu baru pulang?" Tanyaku penasaran, karena akhir-akhir ini Andre jarang pulang kerumah.

"Aku lagi banyak urusan, kamu nggak usah bawel, mending sekarang bikinin aku kopi!" Jawabnya.

Begitulah Andrean kalau ditanya selalu marah-marah, aku selalu mencoba bersabar, walau sebenarnya aku sudah tak tahan hidup dengannya.

"Nanti malam ikut aku Ra. Nih kamu dandan yang cantik!" Ucapnya seraya menyerahkan sebuah paperbag.

"Itu pakaian untuk kamu pakai nanti," Ucapnya.

"Bagus banget Ndre, emang kita mau kemana?" Tanyaku, setelah membuka paperbag, yang berisi sebuah gaun.

"Aku mau ajak kamu, ketemu sama orang tuaku," Jawab Andre.

"Beneran kan Ndre?" Tanyaku dengan antusias.

"Iya benar. Makannya, kamu dandan yang cantik ya," Ucapnya sembari tersenyum.

Ternyata Andrean tak mengingkari janjinya. Dia benar benar, memperkenalkan aku dengan kedua orang tuanya. Sungguh aku merasa, sangat bahagia sekali.

Tiba waktunya Andrean mengajakku pergi menemui orang tuanya, dengan gaun pemberian Andrean, dan memoles wajahku secantik mungkin, aku yakin, orang tua Andrean pasti akan menerimaku.

"Ara, kamu sudah siap?" Tanya Andrean.

"Sudah Ndre, aku udah siap kok," Ucapku seraya tersenyum manis padanya.

"Bagus. Kamu terlihat cantik sekali," Pujinya.

Aku jadi tersipu malu dibuatnya.

"Kita berangkat sekarang!" Ujarnya.

***

"Kok kita kehotel Ndre?"Tanyaku ketika Andrean memarkirkan mobilnya di pelataran sebuah hotel.

"Mama papaku minta kita ketemu disini, nggak mungkin kan kita ketemu di rumah, nanti mereka curiga kalau kita sudah hidup bersama," Ucapnya.

"Ndre, kenapa kita nggak kerumah orang tuamu saja!" Tanyaku yang merasa janggal dengan jawaban Andrean.

"Mereka sibuk, mereka tak selalu ada di rumah, kalau kamu nggak mau ketemu orangtuaku, ya sudah, kita pulang saja!" Ucap Andrean seraya menyalakan kembali mesin mobilnya.

"Ndre, aku percaya kok, ya udah kita turun," Ucapku.

Aku berjalan mengikuti Andrean, menuju kesebuah kamar hotel.

"Ini kamar papa sama mamaku menginap nanti, lebih baik kita tunggu disini, sekarang aku mau hubungi mereka dulu," Andrean keluar kamar.

Tak lama Andrean kembali masuk dan berkata, "Ara sebentar lagi, mama dan papa datang! "Aku mau beli sesuatu dulu untuk mereka, kamu tunggulah di sini!"

"Iya Ndre."

Baru saja Andrean berlalu, tiba-tiba kudengar seorang mengetuk pintu.

Aku terkejut, melihat dua orang asing yang tiba tiba mencekal lenganku.

"Si.. Siapa kalian...?"

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Caca Aca

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku