Nasip Sang GADIS MALANG

Nasip Sang GADIS MALANG

feyfey

5.0
Komentar
18
Penayangan
18
Bab

WARNNING 21++ Suaranya rendah, serak, dan penuh klaim kepemilikan yang mengerikan, menyelinap di antara helaan nafasnya yang berat. " Mmmhh.. " " Aku... akan membuat kamu hamil, Abigel. " desisnya, dengan setiap kata yang ditekan seolah mengisaratkan keseriusan ucapanya itu. " Dengan begitu... kamu akan benar-benar menjadi milikku. Selamanya, tidak ada lagi laki-laki lain yang berani menyentuhmu, bahkan mendekatimu. " tegas Noah yang terlihat sudah seperti kesetanan akibat rasa cemburu dan amarah yang menjadi satu. Yuk mampir, seruu poll....

Bab 1 ABIGEL ~ Tolong Hentikan!

~~~~~~~~~~~

Flash back on.....

Tirai-tirai tebal apartemen mewah itu hampir tak bisa menyaring gemuruh kota di malam itu.

Di dalamnya, udara terasa pengap, berat, dan basah oleh keringat.

Hanya teriakan sesak dan desahan yang memecah kesunyian, saling berkejaran dalam bayangan yang diterangi lampu kamar yang remang remang.

Seorang pria bernama Noah, mendominasi setiap jengkal ruang dan setiap helaan nafas. Tubuhnya berayun tanpa ampun, digerakkan oleh sebuah obsesi gelap yang lebih besar daripada nafsunya sendiri.

Suaranya rendah, serak, dan penuh klaim kepemilikan yang mengerikan, menyelinap di antara helaan nafasnya yang berat.

" Mmmhh.. "

" Aku... akan membuat kamu hamil, Abigel. " desisnya, dengan setiap kata yang ditekan seolah mengisaratkan keseriusan ucapanya itu.

" Dengan begitu... kamu akan benar-benar menjadi milikku. Selamanya, tidak ada lagi laki-laki lain yang berani menyentuhmu, bahkan mendekatimu. " tegas Noah yang terlihat sudah seperti kesetanan akibat rasa cemburu dan amarah yang menjadi satu.

Di bawahnya, Abigel mencoba mengumpulkan kesadarannya yang tercerai-berai, akibat ulah pria itu.

Tangannya yang lemah menekan bahu Noah, sebuah upaya sia-sia untuk membuatnya berhenti. Nafasnya tersengal, pecah oleh setiap dorongan dari tubuh besar pria itu.

" Mmhh... Eng-enggak..." rintihnya, putus asa.

" Noah, tolong... jangan... jangan keluarin di dalem... Aku mohon... " lirih Abigel di sela sela putus asanya.

Namun permohonannya hanya di anggap oleh Noah, sebagai bagian dari permainan mereka.

Ia membenamkan wajahnya ditengkuk leher Abigel, mengabaikan setiap kata penolakannya, bisikannya terasa panas dan menyesatkan.

" Ssshhh... Aku tau kamu menginginkannya juga, sayang. Kamu akan jadi milikku selamanya. Hanya aku yang berhak memilikimu. " bisik Noah.

Abigel memalingkan wajah, menyembunyikan air matanya yang mulai menetes di bantal satin. Suaranya melemah, nyaris hilang dalam deru nafas mereka berdua.

" Nggak.. mmhhh... Bukan ini yang aku mau... enghh.. hentikan, Noah.. aku bilang hentikan! "

Namun Noal seakan tuli dan sudah terlalu jauh. Ia tenggelam dalam kabut g4!r4h buta dan racun kecemburuan yang ia ciptakan sendiri.

Pikirannya telah menyempit hanya pada satu tujuan, memiliki, menandai, mengklaim. Ia bergumam, bukan lagi untuk Abigel, namun untuk memuaskan kegilaannya sendiri.

" Milikku... kau hanya milikku... "

Bagi Abigel, gumaman itu adalah pintu penjara yang terkunci. Perjuangannya melemah, digantikan oleh sebuah kepasrahan yang pahit.

Tubuhnya tak lagi melawan, namun menerima setiap hentakan dengan isak tangis yang bercampur desah kepayahan. Air matanya mengalir tanpa henti.

" Mmmhhh.. No-Noah... hiks.. hentikan..enghh.. "

Namun semua itu sudah terlambat. Noah mencapai puncaknya dengan sebuah helaan nafas panjang dan dalam, sebelum akhirnya tumbang di atas tubuhnya yang masih membelenggu Abigel dalam pelukan yang sesak dan posesif itu.

Beratnya menindih, namun yang lebih menindih adalah beban kegetiran yang ia tinggalkan. Dengan mata kosong, Abigel menatap langit-langit kamar apartemen mewah itu.

Dunia di luar sana masih berdenyut, tetapi di dalam dirinya, segalanya terasa hampa dan sunyi. Sebutir air mata terakhir mengalir pelan di pelipisnya, menyerap ke dalam rambutnya, menjadi saksi bisu dari sebuah kepemilikan yang dipaksakan.

Setelah beberapa saat beristirahat dalam keheningan yang hanya diselingi oleh jeritan mereka, Noah menarik tubuhnya.

Dengan gerakan yang tiba-tiba namun penuh klaim, ia mengangkat tubuh Abigel yang lunglai dan mendudukkannya dalam pangkuannya.

" Jangan menangis, sayang. " bisiknya, suaranya tiba-tiba melembut, bertolak belakang dengan keganasannya beberapa saat lalu.

Tangannya yang besar mengusap air mata di pipi Abigel dengan lembut.

" Maaf... Aku akan melakukannya dengan lembut sekarang. "

Abigel, dengan sisa tenaga yang hampir habis, hanya bisa mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu.

Melihat sikap pasrahnya, senyum smirk dan penuh kemenangan melintas di wajah Naoh.

Dengan keyakinan penuh bahwa ia telah menang, dengan perlahan namun pasti Noah kembali mengulang kegiatan panas itu.

" Mmhh... " lenguh Abigel pecah, campuran antara rasa sakit, kelelahan, dan sensasi yang tak terbendung.

Kemudian Noal mulai menggerakkannya dengan perlahan, tangannya erat memegangi pinggang wanita itu untuk mengontrol setiap ritme.

Ia menunduk, kemudian memberikan c!um4n dan gigitan lembut di leher Abigel, menandainya lagi dan lagi.

Abigel benar benar terlihat sudah tidak berdaya, hanya bisa pasrah menerima setiap gerakan. Sementara Noah, yang masih diselimuti kabut gairah dan posesif, terlihat tak pernah puas menikmati setiap inci tubuh wanita yang diklaim miliknya itu.

" Kamu hanya milikku, sayang. Selamanya hanya milikku. " batinnya, semakin menjadi.

" Mmhhh... Noah... enghhh.. " rintih Abigel dengan suaranya yang mulai terdengar parau.

" Aku ada di sini, sayang..." jawab Noah, suaranya berat dan penuh kepuasan, seolah perkataannya itu sebuah penghiburan.

Secara tak terduga, Abigel menegakkan tubuhnya. Dengan sisa-sisa kekuatan dan sebuah keputusan yang muncul dari dalam lubuk kepasrahannya, ia mencium bibir pria itu dalam-dalam.

Tangannya masih melingkar di lehernya, dan ia mulai menggerakkan tubuhnya sendiri, mengikuti irama yang ditetapkan Naoh.

Matanya terpejam, seolah berusaha keras untuk sepenuhnya tenggelam dalam sensasi yang menghanyutkan itu, melarikan diri dari pikiran yang kacau.

Noah, terkejut sekaligus terhanyut oleh inisiatif tak terduga ini, kemudian ia mendekapnya lebih erat.

Satu tangannya menahan kuat pinggang Abigel, sementara tangan yang lain memainkan area terlarang yang sejak tadi berusaha Abigel tutupi. Namun Noah bagi Noah, hal itu semakin memabukkan dalam ilusi bahwa ini adalah sebuah konsensual yang penuh gairah, dan bukan sebuah penyerahan diri yang lahir dari keputusasaan.

~~~

Udara di Kafe kecil itu terasa pengap walaupun pendingin ruangan terpasang di bawa suhu rata ratanya. Abigel duduk sendiri di sudut cafe itu, jemari tanganya gemetar memutar gagang cangkir yang sudah dingin.

Tiba-tiba, bayangan panjang menyapu meja kecilnya. Dadanya terasa sesak saat melihat Noah sudah duduk di hadapannya tanpa diundang, matanya membara dengan intensitas yang membuatnya ingin menghilang.

" Abigel. "

Noah menghela napas panjang, berusaha terdengar sabar namun nada posesifnya masih terlihat sangat jelas.

" Aku sudah bilang. Perbedaan antara kita bukanlah halangan. Kekayaan keluargaku, latar belakangmu itu semua tidak penting. Yang penting adalah perasaanku padamu. " ucap pria itu dengan sorot matanya yang selalu tajam.

Abigel langsung menunduk lebih dalam, menatap erat tangannya sendiri seolah bisa mencari kekuatan dari sana.

" Bukan... bukan itu masalahnya, Noah. Aku... aku nggak sanggup. Duniamu terlalu besar, terlalu rumit. Aku merasa tertekan. Tolong, jangan lagi mencariku. Kamu bisa mendapatkan wanita mana pun, dari kalangan mana pun yang lebih pantas untukmu. " jawab Abigel, suaranya pecah dan getir.

Wajah Noah berubah mengeras. Kesabarannya langsung habis mendengar penuturan wanita di hadapanya itu.

" WANITA LAIN?! " ucap Noah dengan suara yang mulai meninggi, yang langsung menarik perhatian beberapa pengunjung lain.

" Aku tidak menginginkan wanita lain! Aku menginginkanmu, Abigel. Hanya kamu. " tegasnya.

Dengan sisa keberaniannya, Abigel berdiri, mengambil tasnya dan menatap Noah.

" Noah, aku serius. Ini untuk kebaikan kita berdua. Aku minta kau menghormati keputusanku. "

Namun gerakan Noah lebih cepat. Tangannya mencengkram lengan Abigel dengan kekuatan yang membuatnya kaget seketika.

" Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi. Kamu selalu lari. Aku lelah mengejarmu. "

" Apa yang kamu lakukan? " ucap Abigel mencoba melepaskan diri, suaranya bergetar ketakutan.

" Lepaskan aku! Ini tempat umum! "

Noah langsung menariknya dengan paksa menuju pintu, suaranya rendah dan penuh ancaman yang membuat bulu kuduk Abigel berdiri.

" Kita akan bicara di tempat yang lebih privat. Apartemenku. Kamu tidak bisa terus melarikan diri dariku, Abigel. Karena aku selalu bisa menemukanmu. "

Abigel berjuang melepaskan diri, namun sia-sia. Tubuhnya jauh lebih kecil dan lemah dibanding Noah.

" Noah... Tolong... jangan..."

Isaknya lemah, tenggelam dalam gemuruh hatinya yang ketakutan.

Setibanya di apartemen mewah milik pria itu.

Abigel terduduk di sofa mewah, memeluk bantal erat-erat seperti perisai. Apartemen yang luas dan mewah itu, terasa seperti penjara yang berlapis emas.

" Noah, tolong... jangan lakukan ini. " pintanya, suara kecilnya penuh keputusasaan.

Noah berdiri di hadapannya, dengan gerakan tegas melepas jasnya. Matanya gelap, dipenuhi obsesi yang mengerikan.

" Aku melakukan ini karena kamu memaksaku, Abigel. Kamu tidak memberiku pilihan lain. Jika kata-kata tidak bisa membuatmu mengerti, maka mungkin dengan cara ini kamu akan sadar bahwa kamu adalah milikku. "

" JANGAN! " jerit Abigel ketika pria itu mendekat, namun jeritannya hanya memantul di dinding-dinding apartemen mewah yang sunyi itu.

Noah tidak menghiraukan, tangannya mengurung Abigel dengan erat.

" Aku akan membuatmu mengerti. Setelah ini, kamu tidak akan bisa lari lagi. Kamu akan tetap di sini, bersamaku. "

Abigel mulai terisak, perlahan kehilangan tenaga untuk melawan. Tubuhnya terasa lemas dan pasrah.

" Tolong... hentikan..." lirihnya hampir tak terdengar, sirna ditelan kekerasan yang terjadi.

Noah yang sudah benar-benar hilang dalam obsesinya, bergumam lirih di telinga wanita itu

" Kamu akan melihat... ini satu-satunya cara agar kamu tetap bersamaku selamanya. "

Malam itu, di balik kemewahan apartemen yang megah, sebuah kepercayaan diinjak-injak, dan sebuah jiwa dipatahkan dengan paksaan, hanya untuk memuaskan obsesi seseorang yang menyebutnya cinta.

Flash back off.....

_

_

_

Esok harinya.

Di kamar tidur yang begitu luas dan megah, namun membuat Abigel merasa semakin kecil dan tersesat.

Ia mengerjapkan mata berkali-kali, berusaha menyesuaikan penglihatan dengan cahaya matahari pagi yang perlahan lahan mulai menelisik masuk kekamar itu. Kesadarannya perlahan mulai kembali.

Abigel masih terbaring di atas ranjang king-size yang mewah, tubuhnya tenggelam dalam bantal-bantal sutra.

Matanya menyapu ruangan yang dihiasi perabotan antik dan lukisan-lukisan mahal, yang terlihat sangat berbeda dari apartemen milik Noah.

" Ini di mana? " batinnya bingung, kemudian perlahan rasa panik mulai menyergap.

Perlahan lahan Abigel mendengar suara ketikan keyboard. Dengan cepat ia menoleh dan melihat Noah duduk santai di sofa kamar itu, sambil sibuk dengan laptopnya.

Pria itu mengenakan kaus katun putih dan celana hitam pendek, terlihat sangat santai seolah tidak ada yang aneh dari situasi ini.

" Selamat siang, sayang. Apa tidurmu nyenyak? " tanya Noah yang terdengar tenang dan wajar, sama sekali tidak mencerminkan keanehan situasi itu.

" Noah, ini di mana? " tanya Abigel dengan suara yang terdengar serak, karena masih diliputi rasa takut dan kebingungan.

Noah langsung menutup laptopnya perlahan.

" Ada di rumah kita, sayang. Rumah utama kita. " ujarnya dengan lembut namun penuh kepastian.

" Aku membawamu tadi pagi, saat kamu masih terlelap. "

Abigel menggenggam erat selimut sutra yang menutupi tubuhnya, mencari perlindungan dari bahan yang mahal itu.

" Aku... mau pulang, Noah. " ucapnya dengan suara lirih penuh ketidakpastian.

Noah menghela napas panjang, kemudian berdiri dan berjalan perlahan menuju ranjang besar itu.

Ia duduk di tepi ranjang, kemudian mengulurkan tangan untuk mengelus lembut pipi Abigel. Wanita itu langsung menoleh, menghindari sentuhannya.

" Sayang... ini sekarang rumahmu. Di sini, bersamaku. Kamu adalah nyonya di rumah ini. " ucap Noah dengan suara lembut namun mengandung paksaan.

Abigel menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

" Aku nggak mau jadi nyonya di sini, aku hanya ingin kehidupanku yang sebelumnya. "

Wajah Noah tetap lembut tapi tegas. Tangannya masih membelai pipi wanita itu.

" Kehidupanmu yang dulu sudah berakhir, sayang. Jangan cemas tentang pendapat orang lain, atau tentang apa pun. Biar aku yang mengurus semua itu. Yang kuminta darimu hanya satu, "

Noah membungkuk, mendekatkan wajahnya kemudian mencium singkat bibir Abigel.

CUP!

" Jalani hidup sebagai istriku. Bersamaku, selamanya. Lupakan semua masalah dan kekhawatiranmu. Kamu hanya perlu melakukan apa pun yang membuatmu bahagia. Aku akan memastikan dunia ini tidak menyakitimu lagi. " bisiknya.

Abigel hanya bisa menatap kosong ke depan, perasaan terjebak dan ketakutan membeku di dadanya.

Noah telah membangunkan ia di dalam sangkar emas, dan memahami dengan jelas bahwa pintu keluar dari rumah mewah itu mungkin telah tertutup untuk selamanya.

~~~NEXT~~~

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh feyfey

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku