Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Kembalinya Mantan Istriku yang Luar Biasa
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Sang Pemuas
Kring ... Kring ...
"Halo"
"Eh jablay gila, dasar pelakor, bisanya godain laki orang!" terdengar suara makian yang lantang dari seorang wanita yang baru saja teleponnya diangkat.
"Waduh, siapa ini maki-maki gue, kenal juga kagak gue, lakinya siapa? cowok yang lagi deket sama gue banyak!" pikir dan ucapnya dalam hati sambil mengerlingkan matanya, dia terkejut mendengar ocehan cacian di telepon dari wanita yang belom jelas siapa lelaki yang dimaksudnya, yang berstatus suaminya.
"Makanya jadi istri harus bisa jaga suaminya, diservis yang bagus, biar suaminya gak jajan di luar! Lagian suami anda siapa ya? kenal juga tidak saya, maaf anda salah sambung" sahutnya dengan santai, membuat wanita itu semakin murka, naik darah dan makiannya semakin menjadi-jadi.
"Jangan pura-pura kagak kenal sama laki gue Si Andra, Andra Satya Astromeda, elo Flower kan? Eh jablay ngaca dong elo, emang elo nya aja yang kegatelan sama laki gue, dasar jablay murahan!" hinanya bertubi-tubi membuat kuping wanita bertubuh tinggi itu terasa sakit dan panas oleh ocehannya.
"Oh, Si Andra, baiklah!" batinnya setelah mengetahui siapa nama dari lelaki yang jadi suaminya itu.
"Iya gue Flower, Flower Violetta, dih! Lagian siapa juga yang kegatelan, inget ya, di sini bukan gue yang datengin laki elo, tapi laki elo nya yang datengin gue ke tempat kerja gue sama ke apartemen gue, emang gue ada nyamperin laki elo ke rumah? please deh, kalo ngelabrak juga ngomongnya yang bener, jangan seenak jidat sama congor elo!" ucapnya geram menjelaskan kronologi kejadian yang sebenarnya, dia tidak terima dibilang cewek kegatelan.
"Sama aja lah, emang sebelas duabelas elo sama laki gue Si Andra, sama gilanya, dasar jablay gak tahu diri, gak punya harga diri ya elo, jablay murahan!" hardiknya dengan nada suara penuh amarah meletup-letup kepada wanita yang telah menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya.
"Udah tahu sama gilanya, kenapa juga elo omongin, ya udah gue kasih alamat gue deh, elo dateng sini, gue tunggu, gue males berdebat di telepon! Hehehe" ucapnya cengangas-cengenges karena menganggap lucu labrakan istri Si Andra, dia udah malas meladeni istri dari lelaki yang sudah menjadi kekasihnya selama dua bulan.
"Males amat, kerajinan amat gue nyamperin jablay kaya elo, najis, cih!" kalimat cacian terakhir dari istri Si Andra sebelum dia menutup teleponnya, malah membuat wanita berkulit putih bersih yang dimaki dan dihina olehnya tertawa mendengarnya.
"Dasar cewek setres, udah tahu gue gila kenapa juga diomongin, dasar pea! Kan kocak ya hahaha, lagian lakinya yang dateng ke tempat kerja gue sama ke apartemen gue, terus salah gue gitu? dasar cewek edan! Bodo amatan ah emang gue pikirin hahaha" celotehnya sambil tertawa karena merasa lucu sendiri ingat semua omongannya istri si Andra.
Dan mengelus-ngelus pelan perut sixpacknya yang terasa kram karena tertawa terbahak-bahak.
"Memang menggilakan, omong kosong!" dia ngedumel sembari geleng-geleng kepala, mengerutkan dahi, dan mengerlingkan matanya.
Huft! Hela nafasnya berat.
Walaupun cercaan caci makian itu menyakitkan dan menusuk di hati, tapi itu udah hal yang dianggapnya biasa, karena ini labrakan di telepon yang ke empat kalinya dalam sebulan oleh istri-istri dari para pria yang menjadi customernya.
Sesuatu hal yang bukan pertama kalinya terjadi, dan bukan hal yang tabu lagi untuknya.
Setelah menerima hinaan, cacian, dan makian dari istrinya Si Andra, dia mencoba menenangkan hati, pikiran dan dirinya sendiri lalu melangkahkan kakinya berjalan dari teras di depan rumahnya menuju kebun yang terhampar luas dan menghirup udara segar yang ada di halaman belakang rumah papahnya di Bandung.
"Gue baru bangun tidur, terima telepon eh tahunya dilabrak gue sama bininya Si Andra, sial amat ya gue sore ini, si anying! Emang gue udah biasa sih dilabrak bini orang, tapi gak bisa apa tunggu nyawa gue ngumpul dulu ngelabraknya, ini belom juga ngumpul nyawa gue, mata aja masih setengah melek, ngangetin gue aja! Resiko jadi orang cantik emang, plus resiko dari kerjaan gue juga sih ini!" gerutunya dalam hati merenungi kejadian yang mengejutkannya tapi lucu yang baru saja menimpanya, sambil duduk kedua tangannya diletakkan di samping kedua pahanya menahan pundaknya, dan dia uncang-uncangkan kedua kakinya di bale-bale panjang yang ada di kebunnya.
"Kenapa gak dihapus-hapusin sih chat sama panggilan keluarnya, kalo pada abis chatan dan teleponan sama gue tuh para lelaki, haiyaa capedeh!" gerutu dia seketika mengerucutkan bibirnya, tatapan matanya kosong ke depan, dan kedua tangannya mengepal menahan amarahnya yang bergejolak di dada.
Huft! Hembusan hela nafasnya berat berulang kali.
Suara nada dering dari ponselnya menyadarkan dia sekaligus membuyarkan lamunannya dari pikiran-pikirannya yang melanglang buana ke antah berantah.
"Halo, Kem ...," terdengar dari sebrang suara parau yang berat memanggilnya.
"Ya, ada apa Ndra?" sahut wanita berwajah oriental itu dengan suara yang datar.
"Tadi istri aku telepon kamu ya? jangan didengerin ya!" ucap ia coba menenangkannya.
"Sapa juga yang dengerin, males amat ladenin nenek gayung! Anggap aja lagi dinina boboin" timpalnya cepat dengan bibir yang menyungging sinis sebelah sudutnya.
"Good, itu baru Okem aku hahaha" kata lelaki berkulit sawo matang itu dengan nada suara yang terdengar sangat senang
"Ya kali, binimu labrak orang yang salah, tahu yang di sini orang sableng!" celetuk wanita berambut hitam panjang sambungan menjabarkan salah satu sifatnya sendiri.