Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
JANGAN NGAKU CANTIK

JANGAN NGAKU CANTIK

Ayu Jarian Se

5.0
Komentar
552
Penayangan
73
Bab

Flower Violetta adalah wanita muda cantik berstatus single parent dengan dua putri kembarnya, Alana dan Alena White. Dia menjalin hubungan dengan dua pria Andra dan Martin. Andra sosok tamu yang berubah menjadi kekasihnya begitu pun dengan Martin. Kisah perjalanan cinta mereka bertiga menjadi cinta segitiga yang dibalut perselingkuhan dan kemelut dari labrakan para istri-istri costumernya terutama istri Andra, Puspitasari. Akankah Andra menjadi sosok seorang ayah untuk kedua putrinya atau kah Martin?

Bab 1 Sudah Lumrah

Kring ... Kring ...

"Halo"

"Eh jablay gila, dasar pelakor, bisanya godain laki orang!" terdengar suara makian yang lantang dari seorang wanita yang baru saja teleponnya diangkat.

"Waduh, siapa ini maki-maki gue, kenal juga kagak gue, lakinya siapa? cowok yang lagi deket sama gue banyak!" pikir dan ucapnya dalam hati sambil mengerlingkan matanya, dia terkejut mendengar ocehan cacian di telepon dari wanita yang belom jelas siapa lelaki yang dimaksudnya, yang berstatus suaminya.

"Makanya jadi istri harus bisa jaga suaminya, diservis yang bagus, biar suaminya gak jajan di luar! Lagian suami anda siapa ya? kenal juga tidak saya, maaf anda salah sambung" sahutnya dengan santai, membuat wanita itu semakin murka, naik darah dan makiannya semakin menjadi-jadi.

"Jangan pura-pura kagak kenal sama laki gue Si Andra, Andra Satya Astromeda, elo Flower kan? Eh jablay ngaca dong elo, emang elo nya aja yang kegatelan sama laki gue, dasar jablay murahan!" hinanya bertubi-tubi membuat kuping wanita bertubuh tinggi itu terasa sakit dan panas oleh ocehannya.

"Oh, Si Andra, baiklah!" batinnya setelah mengetahui siapa nama dari lelaki yang jadi suaminya itu.

"Iya gue Flower, Flower Violetta, dih! Lagian siapa juga yang kegatelan, inget ya, di sini bukan gue yang datengin laki elo, tapi laki elo nya yang datengin gue ke tempat kerja gue sama ke apartemen gue, emang gue ada nyamperin laki elo ke rumah? please deh, kalo ngelabrak juga ngomongnya yang bener, jangan seenak jidat sama congor elo!" ucapnya geram menjelaskan kronologi kejadian yang sebenarnya, dia tidak terima dibilang cewek kegatelan.

"Sama aja lah, emang sebelas duabelas elo sama laki gue Si Andra, sama gilanya, dasar jablay gak tahu diri, gak punya harga diri ya elo, jablay murahan!" hardiknya dengan nada suara penuh amarah meletup-letup kepada wanita yang telah menjadi orang ketiga dalam rumah tangganya.

"Udah tahu sama gilanya, kenapa juga elo omongin, ya udah gue kasih alamat gue deh, elo dateng sini, gue tunggu, gue males berdebat di telepon! Hehehe" ucapnya cengangas-cengenges karena menganggap lucu labrakan istri Si Andra, dia udah malas meladeni istri dari lelaki yang sudah menjadi kekasihnya selama dua bulan.

"Males amat, kerajinan amat gue nyamperin jablay kaya elo, najis, cih!" kalimat cacian terakhir dari istri Si Andra sebelum dia menutup teleponnya, malah membuat wanita berkulit putih bersih yang dimaki dan dihina olehnya tertawa mendengarnya.

"Dasar cewek setres, udah tahu gue gila kenapa juga diomongin, dasar pea! Kan kocak ya hahaha, lagian lakinya yang dateng ke tempat kerja gue sama ke apartemen gue, terus salah gue gitu? dasar cewek edan! Bodo amatan ah emang gue pikirin hahaha" celotehnya sambil tertawa karena merasa lucu sendiri ingat semua omongannya istri si Andra.

Dan mengelus-ngelus pelan perut sixpacknya yang terasa kram karena tertawa terbahak-bahak.

"Memang menggilakan, omong kosong!" dia ngedumel sembari geleng-geleng kepala, mengerutkan dahi, dan mengerlingkan matanya.

Huft! Hela nafasnya berat.

Walaupun cercaan caci makian itu menyakitkan dan menusuk di hati, tapi itu udah hal yang dianggapnya biasa, karena ini labrakan di telepon yang ke empat kalinya dalam sebulan oleh istri-istri dari para pria yang menjadi customernya.

Sesuatu hal yang bukan pertama kalinya terjadi, dan bukan hal yang tabu lagi untuknya.

Setelah menerima hinaan, cacian, dan makian dari istrinya Si Andra, dia mencoba menenangkan hati, pikiran dan dirinya sendiri lalu melangkahkan kakinya berjalan dari teras di depan rumahnya menuju kebun yang terhampar luas dan menghirup udara segar yang ada di halaman belakang rumah papahnya di Bandung.

"Gue baru bangun tidur, terima telepon eh tahunya dilabrak gue sama bininya Si Andra, sial amat ya gue sore ini, si anying! Emang gue udah biasa sih dilabrak bini orang, tapi gak bisa apa tunggu nyawa gue ngumpul dulu ngelabraknya, ini belom juga ngumpul nyawa gue, mata aja masih setengah melek, ngangetin gue aja! Resiko jadi orang cantik emang, plus resiko dari kerjaan gue juga sih ini!" gerutunya dalam hati merenungi kejadian yang mengejutkannya tapi lucu yang baru saja menimpanya, sambil duduk kedua tangannya diletakkan di samping kedua pahanya menahan pundaknya, dan dia uncang-uncangkan kedua kakinya di bale-bale panjang yang ada di kebunnya.

"Kenapa gak dihapus-hapusin sih chat sama panggilan keluarnya, kalo pada abis chatan dan teleponan sama gue tuh para lelaki, haiyaa capedeh!" gerutu dia seketika mengerucutkan bibirnya, tatapan matanya kosong ke depan, dan kedua tangannya mengepal menahan amarahnya yang bergejolak di dada.

Huft! Hembusan hela nafasnya berat berulang kali.

Suara nada dering dari ponselnya menyadarkan dia sekaligus membuyarkan lamunannya dari pikiran-pikirannya yang melanglang buana ke antah berantah.

"Halo, Kem ...," terdengar dari sebrang suara parau yang berat memanggilnya.

"Ya, ada apa Ndra?" sahut wanita berwajah oriental itu dengan suara yang datar.

"Tadi istri aku telepon kamu ya? jangan didengerin ya!" ucap ia coba menenangkannya.

"Sapa juga yang dengerin, males amat ladenin nenek gayung! Anggap aja lagi dinina boboin" timpalnya cepat dengan bibir yang menyungging sinis sebelah sudutnya.

"Good, itu baru Okem aku hahaha" kata lelaki berkulit sawo matang itu dengan nada suara yang terdengar sangat senang

"Ya kali, binimu labrak orang yang salah, tahu yang di sini orang sableng!" celetuk wanita berambut hitam panjang sambungan menjabarkan salah satu sifatnya sendiri.

"Masih di rumah papahmu?" tanya lelaki berkepala plontos yang berasal dari Medan

"Mimi, Lana mau ice cream" suara anak pertamanya yang berusia 6 tahun berambut hitam ikal sebahu memanggilnya dari dalam rumah, ia pun menoleh ke arahnya.

"Apa kakak, bentar ya mimi telepon dulu" ucap dia seketika menghentikan obrolannya dengan lelaki plontos itu, dia mendengarkan suara anak-anak dari wanita yang menjadi kekasihnya dari sebrang.

"Ayo cepetan mimi, dede juga mau" sambung anak keduanya yang bermata bulat baby blue dengan wajah imut dan menggemaskan.

Alana dan Alena beda 15 menit saja saat pertama kali datang ke alam dunia yang indah dan fana ini.

"Udah dulu ya, mau bawa anak-anak ke alfamart!" ujarnya sambil melangkahkan kakinya kedalam menghampiri kedua putri kembar blasteran italinya yang cantik, pintar, dan berkulit seputih salju yang sedang menonton tv.

"Ya udah hati-hati ya, cium sayang ya buat kedua putrimu Alana dan Alena White yang cantik, bilang dari papah barunya hahaha, nanti aku transfer ya" ucap lelaki berperawakan tubuh tinggi besar, dan kekar mengakhiri percakapannya.

"Oke!" tukasnya dan mereka berdua pun menutup teleponnya.

"Bi Minah, ambilin tas sama kunci mobil di kamar, terus siapin anak-anak, pakein mereka jaket ya!" perintah dia kepada pembantu sekaligus baby sitter anaknya, umurnya tidak jauh beda dengannya.

"Iya bu" sahut bi Minah dan secepat kilat ia mengerjakan semuanya dengan cekatan, saat mengawasi pembantunya menyiapkan putri-putri cantiknya ada pesan line masuk dari Andra.

"Udah aku transfer ya Okem sayang, buat jajan Alana sama Alena putri kesayanganku juga" dia membacanya dengan wajah yang sendu dan tersenyum simpul, ia langsung cek lewat banking berapa jumlah yang sudah ditransfer oleh lelaki yang telah menjadi kekasihnya.

"Sepuluh juta, ya lumayanlah anggap aja uang pengganti buat ocehan sungut bininya yang bikin sakit kuping, kalo sama buat jajan anak-anak mana cukup ini sih!" ucapnya dalam hati, dia pun nyengir kuda dan mengerlingkan matanya.

"Thanks ya Andra sayang" balasnya dengan menyisipkan stiker yang mencium pipi.

Dari sekian banyaknya lelaki tampan dan kaya yang dia temui lalu menjadi customernya di tempat kerjanya, tidak sedikit juga dari mereka yang mencoba memperebutkan hati dan cintanya, diantara semua lelaki tampan dan kaya itu hanya Andra lah lelaki yang bisa membuatnya merasakan getar-getar cinta dan detak jantungnya berdebar sangat kencang lagi, semenjak ia bercerai dan menjadi single parent setelah 3 tahun lamanya.

Walaupun dia tahu Andra sudah tidak sendiri lagi, kenyataan itu tidak menyurutkan hatinya untuk menjadikan Andra sebagai Ayah baru untuk kedua putri kembarnya, dia tidak ingin melepasnya dari genggaman tangannya dan dia rela menjalani hidup dengannya sebagai istri keduanya, menjadi madu untuk istri pertamanya. Cinta itu memang buta dan telah membutakan mata hati wanita cantik berstatus janda beranak dua yang bertato galang di pinggul dan bertato bunga di tangan kanannya.

Dia keluar rumah menghidupkan mesin mobil Honda Jazz RS hitam yang sudah dimodifnya abis, memanaskannya sebentar, dan menyuruh bi Minah bawa masuk kedua putrinya ke dalam mobil. Alena duduk di kursi depan, Alana sama bi Minah duduk di belakang. Ketika mau berangkat dia merasa badan dan kakinya sangat berat, mau melangkah aja hawanya jadi tidak enak.

"Kok jadi males gini ya hawanya, hmmm" batinnya. Dia mengerlingkan mata, mengerutkan dahi, lalu menutup kedua matanya dan menarik nafas panjang berharap semuanya akan baik-baik saja.

Huft! Hela nafasnya berat.

"Bi, alfa kan deket tuh di depan jalan gang, jalan kaki aja gih beliin ice cream buat anak-anak" belum selesai dia ngomong, "Lana ikut bi Minah ya mi?" ucap putrinya yang besar memotong omongannya, dan dia menoleh ke arah.

"Dede juga ikut kaka sama bi Minah ya mimi" sambung putri bungsunya dengan wajah memelas. Dia pun melirik ke arahnya.

"kaka aja yang ikut, nanti kaka beliin yang punya dede, terus jangan lengah ya bi jagain kakanya" perintahnya lalu dia mengeluarkan uang kertas berwarna merah dua lembar dari dompetnya dan memberikannya pada pembantunya.

Bi Minah hanya menganggukkan kepalanya.

"Yah, mimi" ujar putri bungsunya lemas, dia memajukan bibirnya dan membuang muka, merajuk.

"Asek, oke mimi, dede nanti kaka beliin ice cream, coklat, pokoknya jajanan yang banyak ya, jangan cemberut" rayu kakanya saking girangnya mencubit kedua pipi adiknya.

"Dasar anak-anak, aih, comelnya anak-anak gue" ucapnya dalam hati, bibirnya menyiratkan senyum tipis yang membuat wajahnya terlihat manis.

"Besok kita jalan-jalan ya sayang, muter-muter Bandung, sebelum pulang Jakarta, oke tuan putri kesayangan mimi yang paling cantik sejagat raya" rayunya mencium pipi kanan kiri dan keningnya, dia kembali ke dalam rumah dengan menggedong putri bungsunya dia dudukkan di pinggangnya yang sebelah kiri.

Sedangkan putri pertamanya melangkahkan kakinya dengan mulut mungilnya yang terus bersenandung lagu kesukaanya "Let it go ... Let it go ..." dan berlalu pergi ke alfamart sembari digandeng bi Minah tangan mungilnya yang sebelah kanan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku