Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Jangan Mencintaiku, Paman!

Jangan Mencintaiku, Paman!

aisakura_chan

3.5
Komentar
2.5K
Penayangan
59
Bab

"Aku yakin, Ayah dan ibumu akan menangis dalam kuburnya, saat tahu kau tidur dengan pamanmu sendiri!" *** Ayu melarikan diri ke rumah pamannya, karena perlakuan mertua yang kejam.Tapi malamnya, Ayu malah berakhir di bawah selimut yang sama dengan Hideki, adik dari ayahnya, Akibatnya, pernikahan Hide berakhir, sementara pernikahan Ayu di ujung tanduk, karena mertuanya mengusir Ayu, tanpa bertemu Kaito--suaminya. Keadaan yang membuat Ayu tinggal bersama Hide, meski sebenarnya Ayu ingin menjauh. Merasa malu dan hina. Semakin hari, Ayu semakin tidak mengerti dengan sikap Hide yang tak lagi lembut dan perhatian seperti dulu. Padahal Hide yang selama ini membesarkan Ayu, setelah orang tuanya meninggal. Semenjak Ayu berumur delapan sedang Hide dua puluh tahun dulu. Rahasia apa yang disembunyikan Hide sampai membuatnya berubah seperti itu? Bisakah Ayu memperbaiki pernikahannya? Atau mengambil pilihan terlarang yang tidak seharusnya?

Bab 1 Wanita yang Tertutup Selimut

"Kau tak lebih dari wanita mandul dan sakit-sakitan!"

"Kau hanya memanfaatkan kekayaan kami dan uang Kaito untuk memperkaya diri!"

"Tapi kau sendiri tidak berguna!"

"Dasar wanita sial!"

Ayu menutup telinganya, sambil memejamkan mata. Berharap bisa memblokir ucapan keji yang diserukan ibu mertuanya. Tapi perbuatan itu percuma. Ucapan itu bukan sedang terjadi saat ini. Seruan jahat itu hanya ada dalam kepala Ayu. Meneror meski dirinya sedang tidak berada di rumah.

Saat sedang diam, memori Ayu dengan otomatis mengulang raut wajah murka dan juga kata-kata keji itu. Seperti rekaman drama buruk yang dengan terpaksa harus terus dilihat.

"Apa Anda baik-baik saja?" Supir taksi yang melihat Ayu menekuk tubuhnya dan menutup telinganya tentu khawatir. Takut jika tiba-tiba Ayu pingsan.

"Ya. Saya baik-baik saja." Ayu menjawab dengan sopan, lalu memaksakan diri untuk tersenyum dan menegakkan tubuh, agar terlihat lebih normal.

"Tolong turunkan saya di rumah yang itu." Ayu menunjuk rumah berpagar abu-abu dengan gerbang kayu dengan ornamen shinto yang antik.

Sekian lama melamun, ternyata taksi yang ditumpangi Ayu sudah sampai di rumah yang menjadi tujuannya.

"Di sini?" tanya supir taksi itu. Setelah berhenti tepat di depan gerbang.

"Benar. Arigatou gozaimasu" (Terima kasih)

Setelah menyerahkan ongkos taksi, Ayu turun dan merapatkan mantel. Angin larut malam saat musim gugur di Tokyo cukup menggigit.

Ayu menatap gerbang rumah yang sudah hampir dua tahun ini tidak pernah dilihatnya, dengan penuh nostalgia. Itu adalah rumah tempatnya tumbuh. Ayu menekan bel yang terletak di samping plat nama bertuliskan Tanaka. Nama itu juga menjadi nama belakang Ayu. Tapi sekarang tidak lagi, karena Ayu telah menikah.

"Ya!" Terdengar sahutan, dan pintu gebang itu terbuka.

"Ayu!" Sambutan ceria membahana.

Seorang wanita yang berusia enam tahun lebih tua dari Ayu, memeluknya dengan hangat. Wajah wanita itu mengingatkan Ayu pada wajah ibunya. Karena memang wanita itu adalah adik bungsu dari ibunya, bibi Karin.

Jarak umur Karin dan ibu Ayu memang cukup jauh. Jadi usia Karin lebih mendekati Ayu.

"Masuklah... Aku sudah menunggumu sejak tadi. Aku sudah khawatir kau tidak jadi datang."

Karin mendahului, lalu menggeser pintu depan yang terbuat dari shoji ke samping. Rumah itu memang memiliki gaya tradisional Jepang, jadi hampir seluruh dinding rumahnya terbuat dari shoji, rangka kayu berlapis kertas transparan.

Ayu mengikutinya sambil tersenyum samar. Mendengar Karin berbicara memakai bahasa Indonesia membuat Ayu merasa hangat oleh rindu. Sudah sangat lama Ayu tidak mengobrol memakai bahasa ibunya itu.

Karin membawanya ke ruang tamu, memintanya duduk pada salah satu bantal yang tersedia. Ruang tamu itu juga bergaya tradisional, jadi Ayu duduk bersimpuh di samping meja kayu rendah yang mulus terpoles.

"Kau seharusnya meninggalkan rumah itu sejak lama, Ayu. Kau terlalu baik. Aku geram setiap kali mendengar kisahmu," kata Karin, sambil mengelus bahu Ayu. Mengawali obrolan tanpa basa-basi.

Sudah beberapa lama ini Karin membujuk Ayu untuk meninggalkan Kaito-suaminya, tentu dengan alasan ibu mertuanya yang kejam itu. Tapi Ayu tidak sanggup mengambil keputusan seberani itu. Kini rasa sakit hati yang sejak tadi sebenarnya sudah tertahan, kembali muncul karena sentuhan simpati itu. Penghiburan dan kasihan itu, memancing air mata Ayu.

"Aku masih mencintainya," bisik Ayu di antara isakan.

"Ck, aku tidak yakin pria itu masih mencintaimu." Karin terdengar kesal, tapi Ayu tidak memiliki pembelaan kali ini, karena bisa jadi hal itu benar.

Ayu selalu menimbang dan menunda karena tidak ingin pernikahannya berakhir begitu saja, tidak ingin cintanya kandas.

Tapi hari ini Ayu tidak tahan lagi. Ibu mertuanya kembali menghina dan terus mencaci ketika mengetahui Ayu tidak juga hamil untuk kesekian kali.

Ayu masih mencoba bertahan dan mendengar dalam diam seperti biasanya. Namun, keinginan Ayu untuk bertahan goyah, saat melihat bagaimana Kaito-yang saat itu ada di rumah-hanya bisa memandang saja saat ibunya dengan keji terus memuntahkan cacian.

Ayu sudah tidak pernah berharap ibu mertuanya akan berhenti untuk menghina, tapi Ayu masih berharap Kaito akan membela. Harapan semu yang berakhir mengenaskan. Kaito sama sekali tidak membelanya.

Sikap diam Kaito lebih menyakitkan daripada hinaan yang diterimanya. Ayu selama ini merasa sudah lebih banyak diam, dan tidak pernah menyakiti hati Kaito.

Luka itu yang membuat Ayu menerima penawaran Karin, yang menyuruhnya untuk sementara kembali ke rumah ini. Untuk sementara menenangkan diri dan berpikir langkah apa yang harus diambil. Selain karena permintaan Karin, Ayu memang merasa aman di rumah ini. Ini adalah rumah tempatnya tumbuh-rumah milik pamannya, Hideki.

Karin adalah adik dari ibu kandungnya, yang berasal dari Indonesia, sedang Paman yang membesarkan Ayu adalah adik dari ayahnya, yang berasal dari negara ini---Jepang. Ayu menikah dua tahun lalu, lalu Karin menikah dengan pamannya setahun lalu dan pindah ke sini.

Karena itu, meski jarang berkunjung, Ayu masih menganggap tempat ini rumah yang menampung dua orang keluarganya yang tersisa.

"Ini. Minumlah," kata Karin, sambil meletakkan segelas susu hangat di hadapan.

Air mata Ayu sudah berhenti, dan Karin kembali mengelus lengannya. "Kita lebih baik bicara lagi besok. Kau minum susu ini, dan istirahatlah. Aku sudah menyiapkan kamar."

Ayu mengangguk, dan meminum susu yang disediakan oleh Karin. Susu itu hangat, Ayu merasa nyaman. Dan setelahnya Ayu merasa lelah dan mengantuk. Ayu tidak menyadari jika tubuhnya sangat lelah. Keputusan besar untuk meninggalkan Kaito-meski hanya untuk sementara, rupanya menguras tenaga.

"Terima kasih, karena sudah menerimaku," kata Ayu, saat membantu Karin menyiapkan tempat tidur untuknya.

Karin menggelar futon (kasur lipat) di salah satu kamar di rumah itu, dan Ayu sudah tidak peduli. Mata Ayu sudah mulai berat, tubuhnya terasa limbung.

"Tidak perlu sampai seperti itu. Kau adalah keponakanku yang manis." Karin tersenyum, sambil menyerahkan gaun tidur untuk Ayu.

Karena tidak ingin mengundang kecurigaan mertuanya, saat keluar rumah tadi Ayu memang hanya membawa tas kecil. Tidak membawa baju apa pun. Karin meyakinkan Ayu agar tidak memikirkan itu, dan berjanji akan menyediakan semua keperluannya, asalkan datang ke sini.

Ayu melepaskan bajunya, tapi nyaris sudah tidak mampu. Tubuhnya benar-benar lemas oleh kantuk, dan anehnya Ayu merasa gerah, padahal suhu malam ini dingin. Ayu tidak ingat bagaimana, yang jelas dia akhirnya berbaring dan tertidur atas futon itu.

***

Hide membuka pintu kamarnya dan mengerutkan kening, karena hidungnya mencium aroma wangi yang tidak biasa. Menyengat dan kepalanya menjadi lebih ringan dengan tiba-tiba. Tapi Hide tidak bisa melihat dari mana asal aroma itu karena kamarnya gelap.

Hide tidak berpikir panjang, hanya menganggap jika aroma itu adalah pewangi ruangan yang dibeli oleh Karin. Dia membuka jas dan juga kemeja seperti biasa sambil melirik tubuh yang tertidur di atas futon. Setelah membersihkan diri, Hide menggelar futon yang lain dan berbaring di samping tubuh yang tertutup selimut itu.

Ini rutinitas biasa. Yang tidak biasa adalah aroma wangi itu, Hide merasa kepala dan tubuhnya semakin mengambang. Hide mencoba memejamkan mata, tapi tiba-tiba ada tubuh bergerak merapat.

"Kau mau apa?" Hide bertanya dengan suara serak karena mengantuk dan pusing. Tidak ada jawaban tapi terdengar suara desahan dan tubuh yang ada di sampingnya kini mengulurkan tangan dari balik selimut dan memeluk tubuhnya.

"Lepaskan!" Hide membentak, sambil menurunkan tangan yang ada di perutnya. Tapi satu detik kemudian, tangan itu kembali dan memeluknya semakin erat. Hide biasanya akan menolak dengan lebih tegas, tapi kepalanya yang seolah berkabut, membuat Hide melakukan hal yang tidak biasa.

Dia membalik wanita yang memeluknya, dan bergerak naik ke atas tubuhnya. Hide mengelus wajah wanita yang ada di bawahnya,

"Karin, ada apa denganmu?" gumam Hide. Berpikir jika wanita itu adalah Karin.

Desahan terdengar saat Hide mengelus leher dan juga merabanya, dan saat itu Hide menyadari jika sosok yang dia sentuh bukanlah Karin. Melawan pusing, Hide bangkit menghidupkan lampu. Mata Hide yang berwarna gelap melebar saat melihat tubuh yang kini terbaring pasrah-dengan baju berantakan, yang ternyata bukan istrinya.

"Ayumi?" Hideki mendesiskan nama lengkap Ayu, dengan nada tidak percaya.

"Bagaimana kau bisa ada di sini?" Hide bergumam, dengan mata nanar. Memandang Ayu yang kini menggeliat dan mencoba membuka gaun tidur yang sudah berantakan itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Jangan Mencintaiku, Paman!
1

Bab 1 Wanita yang Tertutup Selimut

12/01/2024

2

Bab 2 Kesalahan yang Menjijikkan

12/01/2024

3

Bab 3 Ancaman yang Menggelikan

12/01/2024

4

Bab 4 Permohonan yang Dikabulkan

12/01/2024

5

Bab 5 Menantu yang Tidak Lagi Diinginkan

12/01/2024

6

Bab 6 Pilihan yang Pahit tapi Harus

12/01/2024

7

Bab 7 Tidak Ada yang Salah

12/01/2024

8

Bab 8 Bukan Paman yang Dulu

12/01/2024

9

Bab 9 Pikiran yang Tidak Sadar

12/01/2024

10

Bab 10 Kehidupan yang Lebih Tenang

12/01/2024

11

Bab 11 Kesengajaan yang Sangat Terlihat

12/01/2024

12

Bab 12 Kesalahan Lain yang Mengherankan

12/01/2024

13

Bab 13 Kesalahan Kecil yang Dinilai Fatal

12/01/2024

14

Bab 14 Awal yang Seharusnya Lebih Indah

12/01/2024

15

Bab 15 Keberadaanmu yang Tidak Wajar

12/01/2024

16

Bab 16 Tidak Ada yang Istimewa

12/01/2024

17

Bab 17 Petaka yang Tidak Terduga

12/01/2024

18

Bab 18 Kesalahan yang Akan Berharga Mahal

12/01/2024

19

Bab 19 Keberadaan yang Tidak Seharusnya

12/01/2024

20

Bab 20 Dulu yang Indah

12/01/2024

21

Bab 21 Yang Bersalah dan Tidak Terduga

20/01/2024

22

Bab 22 Salah yang Tidak Terlihat

20/01/2024

23

Bab 23 Salah Nama

21/01/2024

24

Bab 24 Perasaan yang Salah

21/01/2024

25

Bab 25 Siapa yang Salah

21/01/2024

26

Bab 26 Melihat Sesuatu yang Salah

23/01/2024

27

Bab 27 Kesalahan yang Tidak Termaafkan Sebenarnya

23/01/2024

28

Bab 28 Keberanian yang Salah

23/01/2024

29

Bab 29 Kau Tidak Bersalah

25/01/2024

30

Bab 30 Salah Waktu

25/01/2024

31

Bab 31 Keberadaannya yang Salah

26/01/2024

32

Bab 32 Langkah yang Sekali Lagi Salah

26/01/2024

33

Bab 33 Salah tapi Terasa Benar

27/01/2024

34

Bab 34 Kegembiraan yang Terasa Salah

27/01/2024

35

Bab 35 Pengertian untuk Kesalahan

28/01/2024

36

Bab 36 Teman Tidur yang Salah

28/01/2024

37

Bab 37 Reaksi yang Salah

29/01/2024

38

Bab 38 Kedekatan yang Salah

29/01/2024

39

Bab 39 Salah Penilaian

31/01/2024

40

Bab 40 Kesalahan yang Membuat Perubahan

31/01/2024