Jangan Mencintaiku, Paman!
a. Tidak ada yang bisa dilakukannya. Tubuh Ayu menegang, sem
getar, Ayu berbi
saat tangan Hide dengan
an ponsel itu ke tembok kamar
mengambil puing-puing ponsel yang tidak mungkin bisa dipakai l
idak pantas kembali pada keluarga itu!" Hide mendesis, l
embali. Aku harus b
engan tangan. "Apa yang kau sukai dari pria itu? Pria i
samanya! Aku bah
eharusnya dia tidak membiarkan Kaede menghin
!" Ayu menjeritkan fakta mengerikan itu dari mulutnya karena jijik. Ayu memang ingin kem
an Hide. Aib mengerikan. Karin sangat benar, kedua orang tuanya akan sangat kecewa dan sedih jika sampai tahu dia melakukan
antara kita?" Tangan Hide yang me
tam. "Kau ingat apa yang terjadi malam
arang perlahan ingatannya kembali. Ingatan yang kembali membuat Ayu ingin munt
ide dengan tepat, me
adalah milikku!" desis Hide. Ingatan Hide tentang kejadian itu juga sangat jelas. Dan me
tangannya mendorong Hide, menyuruhnya menjauh
gulang apa yang kita lakukan tadi malam. Aku akan membuatmu m
tubuh Ayu tidak sampai separuh dari Hide. Dengan mudah, tangan Hide meraih
, sementara mendorong wajah Hide yang berusaha kembali mencumbunya. Hide masih mencium aroma wangi yang mengdan akhirnya suara itu menembus ke dala
yang mulai memburu. Bayangan tubuh Ayu sangat sulit dilupakanny
kesekian kali dengan bahu bergetar. Ayu bahkan heran karena matanya masih bisa menghasilka
h dingin, lalu berbalik keluar dari kamar mandi. Rengekan Ayu kem
usan itu dengan sedikit bersemangat. Sebaris kehan
enangis saat melihat bajunya yang berantakan, tapi Ayu menghela napas panjang, menguatkan dir
dari salah satu lemari yang ada di situ. Baju milik Karin pastinya, tapi Ayu tida
nya sunyi yang ada di antara mereka setelah itu. Hide berjalan keluar menuju garasi, sedang Ayu menunggunya di depan gerban
lihat normal, agar tidak menimbulkan banyak pertanyaan jika Kaede dan Kaito bertanya.Tapi Ayu sulit menenangkan diri. Tukannya di kamar mandi tadi, membuat Ayu ketakutan. Ayu terus meremas kedua tangannya di atas pangkuan se
a. Dia sudah kembali berada di depan rumah Kaito. Tanpa b
begitu saja. Ayu sedikit mundur saat melihat gerbang kayu itu bergerak, dan tubuh Ayu menjadi kaku saat melihat yangyang juga jalan
g kembali menghadirkan air mata dengan mudahnya. Jiwanya yang sudah
murahan. Jangan katakan selama ini kau tidur
elakukannya! Sunggu
i sudah membuka kakimu untuk pria manapun, kau tidak juga hamil! Itu mungkin karma dan
aito lagi! Pernikahan kalian sudah berakhir. Aku malu mempunyai menantu sepertim
selama beberapa saat, tapi tidak mungkin Kaede akan membukanya. Wanita
ak tahu apakah dia ada di dalam atau tidak, tapi Ayu tid
berakhir. Ayu merunduk, setelah tidak mampu lagi untuk berteriak, sementara sat
dikatakan Kaede mengandung kebenaran. Apalagi sebutan yang pantas untuk dirinya jika bukan j
Ayu luruh dan berjongkok di hadapan pintu itu, sementara kedua
ternyata hanyalah ilusi. Pada akhirnya, Ayu kembali harus menghadapi kenyataan amat pahit. Dia t