Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gadis Cantik Milik Mafia

Gadis Cantik Milik Mafia

Syifa17

5.0
Komentar
4
Penayangan
5
Bab

Sephi, seorang gadis yang hidup sederhana namun penuh dengan kegigihan yang luar biasa, harus menghadapi kenyataan yang pahit. dia diusir dari keluarga bibinya karena difitnah dengan kejam. Meskipun demikian, Sephi tetap tegar dan tidak menyerah. dia memiliki tekad yang kuat untuk mengubah nasibnya dan menciptakan kehidupan baru yang tak terduga. Di samping itu, Aldo, seorang pemimpin korporat yang misterius dan memiliki pengaruh besar dalam dunia bisnis dan kriminal di Eropa, belum pernah mengalami cinta sebelumnya. Namun, ketika dia bertemu dengan Sephi dalam sebuah sesi wawancara pekerjaan, perasaan yang baru baginya mulai muncul. Aldo, seorang CEO muda yang sangat tegas, dingin, dan tidak suka berkompromi, dikenal sebagai individu yang tidak dapat didekati. dia memiliki reputasi sebagai magnat bisnis terkenal di Eropa dan juga sebagai pemimpin kriminal yang tangguh. Namun, satu-satunya hal yang bisa membuat hatinya hangat adalah keponakan kecilnya yang sangat dia cintai. Sephi dan Aldo bertemu ketika Sephi datang untuk wawancara di perusahaan Aldo. Aldo melihat sifat sederhana dan kasih sayang tulus yang dimiliki Sephi, yang membangkitkan perasaan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya. Pertemuan ini menjadi titik balik dalam hidup keduanya. Namun, pertanyaan yang menghantui adalah apakah Aldo yang selalu dingin dan tak tergoyahkan akan terpikat oleh pesona Sephi? Dan bagaimana kehidupan Sephi akan berubah setelah pertemuan mereka? Saksikanlah kisah selengkapnya yang penuh dengan ketegangan dan kejutan yang mengejutkan.

Bab 1 Nasib Buruk Sephi

Di balik senja yang meredup, Sephia Agustin, gadis berhati mulia, masih berkutat dengan pekerjaan rumah tangga. dia tak henti membersihkan sisa-sisa hari, sapu dan kain pel menjadi sahabatnya. Tak ada keluhan, hanya ketabahan yang terpancar dari sorot matanya.

Sephia, gadis yatim piatu yang dibesarkan oleh keluarga pamannya. Kehidupannya tak mudah, bagaikan debu yang tersapu angin, tak dihiraukan. Bibinya, wanita berhati dingin, tak segan melontarkan kata-kata kasar, bagaikan belati yang menusuk hati. Yuli, sepupunya, tak jauh berbeda, sering meremehkan dan membebani Sephia dengan berbagai perintah.

Meskipun terluka, Sephia tak pernah membenci. dia sadar, mereka adalah satu-satunya keluarga yang tersisa. Luka hatinya dia tutupi dengan senyuman, bagaikan matahari yang tetap bersinar di tengah badai.

"Sephi, ambilkan aku kacang lagi!" teriak Yuli, tanpa rasa bersalah. Kulit kacang berserakan di lantai, bagaikan cerminan hati yang tak peduli. Sephia, dengan suara lirih, mengingatkan Yuli untuk membuang sampah pada tempatnya.

Amarah Yuli meledak bagaikan gunung berapi. dia mengadu pada bibinya, menuduh Sephi tak patuh. Bibinya, tanpa mendengarkan penjelasan Sephi, langsung membentaknya, bagaikan badai yang menerjang.

Sephi terdiam, hatinya pilu. Air mata tertahan di pelupuk matanya. Demi menghindari pertengkaran yang lebih besar, dia menuruti semua perintah. Luka di hatinya makin perih, namun dia tak pernah menyerah.

Langit malam mulai merajut jubahnya saat Sephia menyelesaikan tugasnya. Debu dan kotoran takluk di bawah sapuan tangannya, meninggalkan jejak kebersihan yang berkilau. Kini, aroma masakannya menggoda selira, mengundang keluarga bibinya untuk menikmati makan malam.

Sephi, dengan perut yang menari-nari karena lapar, menanti dengan sabar di sudut ruangan. dia tak berani duduk bersama mereka, hanya berdiri di samping meja, mengamati setiap suapan yang mereka nikmati. Matanya berkaca-kaca, mencerminkan rasa lapar yang tak tertahankan.

Baru setelah piring mereka terkuras habis, Sephia diizinkan untuk makan. Sisa-sisa makanan yang dingin dan tak lagi menarik menjadi santapannya. Rasa laparnya terobati, namun hatinya teriris pilu. Ketidakadilan ini bagaikan duri yang menusuk jiwanya, membuatnya terluka dan terhina.

Meskipun begitu, Sephi tak pernah patah semangat. dia terus berjuang, menggantungkan harapan pada masa depan yang lebih cerah. Di dalam hatinya, dia berbisik, "Suatu hari nanti, aku akan keluar dari neraka ini dan hidup dengan bahagia."

"Sephi..... Ini masakan gak enak sangat sih, kamu mau meracuni kita Ha?" Bentak bibinya

"Apa sih Bi, mungkin lidah bibi saja yang salah, masakan aku pasti enak, karena sudah aku coba " jawab Sephi jujur.

"Apa maksud kau, Kalau kamu tidak percaya, silakan coba saja ini," ucap bibi mencengkram pipi Sephia dengan keras sambil menyuapkan makanan yang dia muntahkan tadi.

"bagaimana? Enak?" Tanya bibinya dengan nada suara yang tinggi.

"Udah deh Bi, ini pasti yang salah lidah Bibi, ini menurutku rasanya sudah pas kok," jawab Sephia dengan santai karena dia memang merasa masaknya itu sudah sesuai dengan lidahnya.

"Udah deh, jangan mengejek, jangan menyalahkan, kamu bisa masak gak sih, dasar wanita tidak becus,"bentak bibi sambil menjambak rambut Sephia dengan kuat.

Yuli yang melihat sephia tersiksa dia merasa puas. Karena ini yang dia inginkan. Yuli jugalah yang sudah mencampurkan banyak garam tadi saat Sephia meninggalkan masakannya karena terburu ke toilet.

Sephi hanya meringis mendapat jambakan dari sang bibi.

"Kau makan sampah itu," ujar bibi melepaskan tangannya dari rambut sephia.

"Ya udah deh Ma. Ini suruh makan dia saja. Kita makan di luar,"ajak Yuli dan suaminya.

"Rassakan itu,"Bibi melenggang pergi mengikuti langkah Yuli dengan tersenyum kemenangan kepada Sephia

Sephi pun memahami siapa dalang di balik ini semua dia memahami betul bagaimana kelicikan yuli, tetapi sayangnya dia hanya diam saja dan tertunduk menahan air mata hampir terjatuh.

Saat mereka sudah keluar, isak tangis Sephia terdengar pilu. "Hiks... hikss... mengapa paman, bibi dan kak yuli jahat kepadaku? Apa salahku?" Lirih sephia membereskan semua makanan yang ada di meja.

"Mama... papa... Aku kangen kalian, mengapa kalian tega meninggalkan aku."

Sephi menyingkirkan semua sisa makanan tadi dengan air mata yang membasahi pipinya. Setelah itu, dia memutuskan untuk merebahkan diri karena tenaganya terkuras habis.

Jarum jam sudah menunjuk angka dua belas. Di tempat lain,

Letupan bertubi-tubi menggema. Dua kelompok itu beradu kekuatan dan senjata, tak ada yang menunjukkan tanda-tanda menyerah.

"Hari ini, kalian akan tumbang," ucap pria itu dengan penekanan kepada musuhnya.

"Aku tidak akan membiarkanmu menang," balas musuh pria tersebut. Pertarungan kembali berkecamuk.

Di balik wajahnya yang tampan bagaikan artis Korea ternyata, Aldo menyimpan rahasia kelam. dia adalah pemimpin mafia kejam yang tersohor di berbagai negara, terutama di belahan Eropa.

Tak hanya itu, Aldo juga merupakan CEO perusahaan nomor satu di Eropa. Dualitas dirinya ini menunjukkan sisi luarnya yang sukses dan berwibawa, namun menyimpan sisi gelap yang penuh kekejaman.

Saat ini, Aldo tengah membantai para musuhnya tanpa ampun. Awalnya, dia bekerja sama dengan mafia milik Aldo. Namun kekecewaan itu datang pada Aldo yang diperbuat oleh sahabatnya sendiri. Sehingga hal itu membuat Aldo penuh amarah karena dia merasa di bohongi. Bahkan dia menyerang balik dan menghabisi semua anak buah Elvanotanpa ampun.

setelah itu, Aldo bergegas pulang ke mension pribadinya, tak ingin keponakan kecilnya, dalam keadaan terluka.

Di sana, dia melihat Oca yang tertidur pulas dengan boneka teddy bear raksasa di pelukannya. Aldo mencium kening Oca dengan penuh kasih sayang.

****"

Waktu begitu cepat berlalu, sehingga Jauh sebelum fajar menyingsing, Sephi sudah tersadar dari mimpinya. Suara ayam jantan yang masih terlelap pun belum terdengar.

Seperti biasa, dia tak ingin terlambat dan memancing amarah bibinya. Beragam tugas rumah tangga sudah menanti, mulai dari mencuci pakaian seluruh anggota keluarga hingga menyiapkan sarapan.

Saat sarapan, bibinya selalu melontarkan komentar sinis, "Masakan ini tidak keasinan lagi kan?"

Sephi hanya bisa menjawab dengan tenang, "Tidak bibi, aku sudah belajar."

Di balik jawabannya yang tenang, Sephi merasakan pilu yang menusuk hatinya. Hanya dia yang tak bersemangat saat makan, sepi dan hampa.

Setelah sarapan, semua orang pergi.

Pamannya pergi ke perusahaan, bibinya pergi arisan, dan Yuli, kakak Sephi, pergi ke kampus dengan penuh semangat.

Sephi menatap kepergian mereka dengan tatapan iri. Dia ingin sekali merasakan apa yang Yuli rasakan, duduk di bangku sekolah, menimba ilmu, dan mengejar mimpi.

Namun, nasib berkata lain. Sephi harus terbebani pekerjaan rumah dan tak berkesempatan untuk sekolah.

Air mata Sephi menetes tanpa suara. Perlakuan keluarga bibinya bagaikan belenggu yang mencekiknya, membuatnya sesak dan tertekan.

Sephi tak tahu sampai kapan dia harus hidup dalam situasi ini. Yang dia tahu, dia harus tetap kuat dan tegar.

Suatu hari nanti, Sephi bertekad untuk bebas dari belenggu ini. Dia ingin sekolah, mengejar mimpinya, dan meraih kebahagiaannya sendiri.

Keinginan Sephi untuk sekolah makin kuat setiap harinya. Dia mulai belajar diam-diam, memanfaatkan waktu luangnya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah.

Sephi meminjam buku-buku dari Yuli dan belajar dengan tekun. Dia yakin, suatu hari nanti dia akan bisa meraih mimpinya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku