/0/29395/coverbig.jpg?v=dcfb7aaab60b671da9ef4d6eecb60e1f&imageMogr2/format/webp)
Arvella Siregar adalah seorang perempuan yang hidupnya hancur karena pengkhianatan dan kekejaman suaminya, Rivan Kresna. Penyiksaan yang ia alami tak hanya meninggalkan bekas fisik yang sulit disembuhkan, tapi juga trauma yang menghantui pikirannya. Suatu malam, Arvella memutuskan melarikan diri dari kehidupan yang penuh kegelapan itu, hingga ia tersesat di tengah hutan belantara yang asing baginya. Di tengah kesunyian hutan yang menakutkan, Arvella diselamatkan oleh seorang lelaki misterius bernama Kael Mahendra. Kael, sosok pendiam namun kuat, memiliki kemampuan bertahan hidup yang luar biasa di alam liar. Dengan bantuan Kael, Arvella mulai belajar menyesuaikan diri dengan kerasnya kehidupan di hutan, dari membangun tempat berteduh hingga mencari makan dan menghindari bahaya. Perlahan, luka batin Arvella mulai mendapatkan sedikit ketenangan, meski bayang-bayang masa lalunya tetap menghantuinya. Seiring waktu, Arvella bertemu dengan kelompok orang-orang yang memiliki kemampuan unik-ada yang ahli beladiri, ada yang memiliki naluri tajam, bahkan beberapa mampu membaca bahasa alam. Bersama mereka, Arvella belajar lebih dari sekadar bertahan hidup: ia belajar menjadi tangguh, mandiri, dan menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri. Namun, hutan belantara bukan satu-satunya tempat yang menyimpan rahasia. Arvella menemukan fakta mengejutkan: kecelakaan yang menimpa dirinya saat masih bayi dan kematian kedua orang tuanya ternyata bukan kebetulan. Semua itu adalah hasil dari rencana jahat seseorang yang ingin menghapus seluruh keluarganya. Lambat laun, potongan-potongan kebenaran mulai terkuak, dan benih dendam tumbuh di dalam diri Arvella. Ditemani Kael, yang tanpa sadar telah mencuri hatinya, Arvella bersiap menghadapi dunia yang kejam di luar hutan. Dengan tekad membara, ia menyiapkan diri untuk membalas dendam atas kematian orang tuanya, meski nyawanya sendiri menjadi taruhan. Setiap langkah membawa Arvella lebih dekat pada jawaban tentang asal-usulnya, sekaligus menempatkannya dalam konflik yang berbahaya dengan musuh-musuh yang kuat dan licik. Perjalanan Arvella adalah tentang menemukan kekuatan, menghadapi luka masa lalu, dan menentukan nasibnya sendiri-sebuah perjalanan yang akan mengubahnya dari seorang korban menjadi sosok perempuan tangguh yang tak bisa dipandang remeh.
Arvella terbangun dengan rasa sakit yang menusuk di seluruh tubuhnya. Tubuhnya lelah, baju lusuh menempel pada kulitnya yang berjerawat dan berdarah di beberapa bagian. Suara hujan yang menimpa daun-daun hutan terdengar begitu keras, namun itu lebih ringan dibandingkan suara hatinya yang berdegup kencang karena ketakutan. Malam itu, ia lari dari rumah yang dulu menjadi tempat ia merasa aman, tapi kini hanyalah penjara yang menelan nyawanya sedikit demi sedikit.
Rivan-suaminya-telah membuat hidupnya menderita selama bertahun-tahun. Tidak ada yang tersisa dari rasa aman atau cinta dalam rumah itu. Setiap kata yang keluar dari mulutnya selalu seperti cambuk, setiap tatapan adalah hukuman, dan setiap sentuhan hanyalah pengingat bahwa ia hanyalah boneka dalam kehidupan orang lain. Arvella masih ingat malam itu: hujan deras mengguyur kota, Rivan mabuk dan marah karena cemburu, dan ia menerima pukulan yang membuat ia terkapar di lantai dingin rumah mewah yang kini terasa seperti kuburan.
Ia tidak bisa menahan lagi. Tubuhnya gemetar saat ia memutuskan untuk kabur. Dalam kegelapan malam, Arvella berlari tanpa arah, sepatu yang basah membuatnya tergelincir di jalanan licin, tapi rasa takut dan kemarahannya lebih besar daripada rasa sakit. Ia tidak peduli jika hujan membasahi tubuhnya, jika darah mengalir dari luka-lukanya, yang penting ia harus keluar dari belenggu yang mengekangnya.
Hutan belantara itu muncul tiba-tiba di pinggiran kota. Ia tidak pernah menyangka akan berakhir di sini-tempat asing, sunyi, dan penuh rahasia. Pepohonan tinggi menjulang seperti tembok alam yang menutupinya dari dunia yang kejam itu. Aroma tanah basah dan daun yang membusuk menguar di udara, bercampur dengan aroma hujan. Setiap langkah membawa luka baru, tapi rasa lega sesaat mengalir dalam dadanya karena ia berhasil lepas dari Rivan.
Arvella jatuh di bawah pohon besar, terengah-engah. Matanya menatap gelapnya hutan yang semakin pekat. "Aku harus bertahan... aku harus kuat..." gumamnya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh suara hujan dan angin. Namun, tubuhnya sudah terlalu lelah untuk bergerak lagi. Ia menutup mata, berharap semoga esok hari ia masih bisa bangun.
Suara ranting patah terdengar dari kejauhan. Arvella tersentak, langsung meraba-raba benda tajam untuk bertahan. Namun, siapa pun itu, ia tidak bisa melihat dengan jelas. Dari balik bayangan pepohonan, seorang lelaki muncul. Tinggi, tegap, dengan tatapan tajam yang seakan menembus kegelapan. Tubuhnya berotot, dan gerakannya luwes, seolah ia memang milik hutan ini. Lelaki itu berhenti beberapa langkah dari Arvella, menatapnya dengan campuran rasa ingin tahu dan kehati-hatian.
"Tenang... aku tidak akan menyakitimu," ucap lelaki itu pelan, tapi cukup jelas terdengar di telinga Arvella.
Arvella menelan ludah, tubuhnya menegang. "Si... siapa kamu?" suaranya serak, hampir pecah.
Lelaki itu tersenyum tipis, sedikit aneh tapi menenangkan. "Namaku Kael. Kamu... kenapa ada di sini sendirian?"
"Aku... aku kabur... dari rumahku," jawab Arvella, suaranya nyaris berbisik. Ia merasa malu, meneteskan air mata tanpa sadar. "Aku... disiksa... suamiku..."
Kael menatapnya dengan serius, lalu melangkah lebih dekat. Namun, ia tetap menjaga jarak. "Kamu tidak bisa tinggal di sini sendirian. Malam ini dingin, dan hutan ini... tidak ramah bagi yang lemah."
Arvella menahan napasnya. Ada rasa takut bercampur rasa lega. Ia tidak tahu apakah bisa mempercayai orang ini, tapi sesuatu dalam tatapan Kael membuat hatinya sedikit tenang. Ia pun mengangguk perlahan. Kael mengangkat alisnya, kemudian menarikkan tangan untuk membantu Arvella berdiri. Meski tubuhnya lemah, Arvella mencoba berdiri dengan bantuan lelaki itu.
Mereka berjalan melalui pepohonan yang basah, akar yang menonjol, dan tanah licin yang membuat langkah mereka susah. Kael memandu Arvella dengan hati-hati, menenangkan setiap langkahnya. Suara hujan mulai mereda saat mereka masuk lebih dalam ke hutan. Di tengah gelap, Kael menyalakan api kecil menggunakan alat yang ia bawa. Api itu hangat, membuat tubuh Arvella sedikit menggigil lega.
"Malam ini kamu aman," kata Kael, menatap Arvella. "Besok, kita akan mencari tempat yang lebih aman. Tapi sekarang, kamu perlu istirahat. Tubuhmu terlalu lelah."
Arvella menatap api yang menari-nari, menghangatkan tubuhnya yang dingin. "Terima kasih... Kael..." suara itu hampir berbisik, tapi terasa penuh rasa syukur. Ia merasakan sesuatu yang aneh-untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia merasa aman.
Hari-hari berikutnya di hutan menjadi pelajaran keras bagi Arvella. Kael mengajarinya cara bertahan hidup: memanfaatkan alam, mencari makanan, membuat jebakan sederhana untuk menangkap hewan kecil, dan memahami tanda-tanda alam. Arvella belajar lebih cepat dari yang ia kira, meski tubuhnya masih sering lelah. Setiap luka yang sembuh adalah bukti kekuatan barunya, setiap napas yang berhasil diambil adalah kemenangan kecil atas trauma masa lalunya.
Tidak hanya itu, Arvella juga mulai mengenal Kael lebih dalam. Lelaki itu pendiam, namun bijaksana. Ia tidak banyak bicara tentang masa lalunya, tapi caranya melindungi dan menuntun Arvella membuat hatinya perlahan terbuka. Ia mulai merasakan perasaan yang aneh-perasaan yang selama ini asing baginya, karena semua hubungannya sebelumnya hanyalah penderitaan dan pengkhianatan.
Suatu sore, ketika mereka duduk di tepi sungai kecil, Arvella menatap wajah Kael yang terpancar cahaya senja. "Kael... kenapa kamu menolongku?" tanyanya, suaranya lembut.
Kael tersenyum tipis, menatap arus sungai. "Karena aku melihat kamu... berbeda. Ada sesuatu dalam dirimu yang tidak boleh hilang begitu saja. Kamu... kuat, Arvella. Hanya saja kamu belum percaya pada dirimu sendiri."
Arvella menelan ludah, mencoba menyembunyikan rasa haru. Kata-kata itu seolah menyalakan api kecil di hatinya, api yang selama ini terkubur oleh penderitaan. Ia ingin mempercayai Kael, ingin belajar dari lelaki ini, ingin menjadi tangguh-bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk menghadapi dunia yang menunggu di luar hutan.
Waktu terus berjalan, dan Arvella mulai mengenali hutan sebagai rumah sementara. Ia belajar membaca jejak binatang, memanfaatkan buah-buahan liar, bahkan belajar menahan rasa lapar dan dingin. Namun, di balik semua pembelajaran itu, pikirannya tidak pernah jauh dari masa lalunya. Bayangan Rivan, malam-malam penuh teror, dan luka yang masih terasa setiap kali ia mengingat rumah itu selalu menghantui.
Tapi ada sesuatu yang berubah dalam dirinya: rasa takut itu mulai digantikan oleh kemarahan yang membara. Kemarahan yang ia simpan selama bertahun-tahun kini menjadi bahan bakar untuk bertahan hidup. Ia ingin mencari jawaban-mengapa semua ini terjadi? Mengapa keluarganya hancur begitu saja? Dan siapa sebenarnya yang bertanggung jawab?
Sementara itu, Kael tetap berada di sisinya, menjadi teman, pelindung, dan tanpa disadari, seseorang yang perlahan mencuri hatinya. Arvella merasa campur aduk: takut kehilangan lelaki ini, takut menghadapi dunia luar, tapi juga merasa ada kekuatan yang tumbuh di dalam dirinya sendiri.
Malam itu, di bawah cahaya bulan yang menembus celah-celah pepohonan, Arvella menatap langit gelap dan berbisik pada dirinya sendiri, "Aku akan bertahan... Aku akan menjadi kuat... dan suatu hari, aku akan menemukan kebenaran. Siapa pun yang membuat hidupku hancur... mereka akan menanggung akibatnya."
Hutan belantara mungkin adalah tempat persembunyian yang keras, tapi bagi Arvella, ini adalah awal dari perjalanan panjangnya. Perjalanan untuk menemukan dirinya sendiri, menghadapi trauma yang menahan langkahnya, dan bersiap untuk menghadapi dunia yang penuh tipu daya dan bahaya di luar sana. Bersama Kael, ia belajar bahwa kekuatan sejati bukan hanya fisik, tapi juga hati dan tekad yang tidak mudah dipatahkan.
Arvella menutup mata malam itu dengan perasaan yang aneh: takut, tapi juga penuh harapan. Ia tidak tahu apa yang menunggu esok hari, tapi satu hal yang pasti-ia tidak akan membiarkan dirinya hancur lagi. Kali ini, ia akan menulis nasibnya sendiri, meski harus melewati jalan yang penuh duri dan kegelapan.
Bab 1 lari dari rumah
29/10/2025
Bab 2 ada rasa puas yang aneh
29/10/2025
Bab 3 berada lebih dekat
29/10/2025
Bab 4 perasaan aneh
29/10/2025
Bab 5 memisahkan orang
29/10/2025
Bab 6 tidak hanya segar
29/10/2025
Bab 7 tertutup kembali oleh batu-batu besar
29/10/2025
Bab 8 mendapatkannya dari tempat rahasia
29/10/2025
Bab 9 Ini lebih dari sekadar menara
29/10/2025
Bab 10 berjalan ke arah mereka
29/10/2025
Bab 11 melangkah cepat melalui gang-gang sempit
29/10/2025
Bab 12 suara misterius
29/10/2025
Bab 13 penuh tekad
29/10/2025
Bab 14 serangan tiba-tiba
29/10/2025
Bab 15 menunggu seseorang
29/10/2025
Bab 16 peringatan halus
29/10/2025
Bab 17 Di tengah gua
29/10/2025
Bab 18 supaya kita kelelahan
29/10/2025
Bab 19 kesempatan untuk membalas
29/10/2025
Bab 20 memiliki kemampuan luar biasa
29/10/2025
Bab 21 licik dari sebelumnya
29/10/2025
Bab 22 menjadi saksi bisu
29/10/2025
Bab 23 tekadnya tetap panas
29/10/2025
Bab 24 memutarbalikkan pikirannya
29/10/2025
Bab 25 kita capai akan sia-sia
29/10/2025
Bab 26 setelah malam-malam panjang
29/10/2025
Buku lain oleh Maria Susan
Selebihnya